12. Debutante

372 42 5
                                    

Malam di hari ini lain dari biasanya. Suasana hening yang biasa menjadi latar di kediaman utama, kini tampak ramai oleh lalu-lalang para pelayan yang membawa berbagai jamuan untuk ditata di gedung aula.

Malam ini adalah pesta debutante Luvia, seperti yang telah gadis itu bicarakan di tempo hari. Luvia yang diangkat menjadi putri sulung keluarga Luxio, pertengahan malam nanti akan menginjak usia ketujuh belas. Duke Luxio mengadakan perayaan peringatan hari kelahiran Luvia sekaligus menggelar pesta debutante untuk dirinya.

Debutante sangat penting untuk dilakukan. Pesta itu ditujukan agar seorang gadis muda dapat dikenali oleh masyarakat, terlebih oleh para bangsawan. Jika bukan acara formal, Arika rasa seharusnya Luvia tidak perlu melakukan pesta itu. Gadis itu bahkan sudah terkenal di kalangan bangsawan sebelum debutante-nya.

Arika melangkahkan kakinya menuju aula gedung utama, berniat melihat seberapa indahnya dekorasi pesta Luvia. Gadis itu berjalan dengan santai. Sejak ia semakin dekat dengan sang Ayah, Arika menjadi lebih percaya diri dan leluasa untuk keluar dari wilayah kediamannya di sayap kiri. Gadis itu juga pernah ditawari ayahnya untuk pindah kamar ke gedung utama, tetapi Arika menolak dengan alasan sudah terlanjur nyaman. Padahal dalam hati, Arika jadi lebih leluasa untuk mewujudkan rencananya. Ia menjadi lebih bebas menerima informasi dari Jason karena keamanan sayap kiri yang tidak terlalu ketat. Gadis itu juga leluasa untuk melatih sihirnya.

Tamu undangan mulai berdatangan. Para bangsawan dari seluruh kerajaan Narthea diundang ke debutante Luvia. Gadis yang pernah menjadi calon pewaris marga satu-satunya itu menerima ucapan selamat dan kado dari setiap orang. Luvia terus menampakkan senyum gembira sepanjang waktu.

Di pesta ini, Duke tidak dapat hadir karena ditugaskan oleh kerajaan untuk memantau pemberontakan di perbatasan. Pria itu hanya menitipkan hadiah untuk Luvia pada Butler Marson. Arika sendiri memilih untuk menyingkir ke meja jamuan. Ia berusaha menghindari para bangsawan yang sedang menjilat Luvia dengan segala bentuk pujian. Arika meneguk cocktail-nya dengan tenang.

"Ayah begitu mencintaiku. Meskipun tidak dapat menghadiri pesta ini, Ayah telah merancang pestaku sendiri dan mengirim hadiah mewah untukku."

Salah seorang wanita bertanya mengenai pendapat Luvia tentang Duke Luxio. Luvia dengan suara keras langsung menjawab seolah-olah Duke memang begitu menyayanginya walau hanya berstatus sebagai anak angkat. Gadis bermuka dua itu terus saja memanggil Duke dengan sebutan 'Ayah'.

Arika yang mendengar perkataan Luvia seketika terbatuk ringan. Apa yang dibicarakan oleh Luvia bukanlah hal yang benar. Duke menyuruh Butler Marson untuk merancang pesta Luvia, sebab pria itu terlalu sibuk untuk meladeni acara gadis itu. Mengenai hadiah, Duke meminta pendapat Arika sebelumnya dan gadis itu menyarankan sebuah kalung dengan liontin yang tidak begitu mahal.

"Mau berdansa denganku, Nona Arika?"

Dua telapak tangan terulur di depan wajah Arika. Arika yang tengah mengamati Arika, sedikit tersentak oleh dua laki-laki di hadapannya. Orang yang menawarkan ajakan secara bersamaan adalah Artheo dan Jonathan.

Lain halnya dengan Arika yang masih bergeming, kedua laki-laki itu saling menatap tidak percaya. Mereka tidak menduga akan memiliki niat yang sama untuk mengajak Arika.

"Aku memiliki sesuatu yang harus dibicarakan," kata Artheo.

Arika yang berada dalam situasi itu, merasa kebingungan. Jika ia menolak Jonathan, laki-laki itu pasti akan sangat malu. Namun jika ia menolak Artheo, Arika sangat penasaran dengan ucapan laki-laki itu Barangkali Artheo hendak membicarakan tentang sihir cahaya.
Arika akhirnya meraih tangan Artheo. Gadis itu mengucapkan maaf pada Jonathan dengan membungkukkan tubuhnya. Jonathan yang ditinggal Arika, hanya bisa menarik kembali uluran tangannya dengan senyum paksa.

Luvia melihat kejadian itu. Sejak pertama kali Jonathan mendekati Arika di rumah kaca, Luvia telah tidak segan untuk menunjukkan kebenciannya. Ditambah dengan pembelaan Duke di kediaman Count Sirius, kebenciannya pada Arika semakin menjadi.

Ketika acara dansa berlangsung, Luvia terus mengamati Arika. Ia bahkan tidak fokus pada langkah kakinya sehingga seringkali menginjak kaki pasangan dansanya. Luvia tiba-tiba mendapat ide di kepalanya. Gadis itu menuntun pasangan dansanya untuk mendekati Arika dan Artheo yang tengah berdansa dengan raut serius.

Luvia menabrakkan tubuhnya pada Arika. Keduanya sama-sama terjatuh, hanya saja Artheo dengan sigap dapat menopang tubuh Arika. Hal itu digunakan oleh Luvia. Tanpa malu, Luvia menjatuhkan dirinya ke lantai. Gadis itu menangis dan mengaduh kesakitan pada pergelangan kakinya. Pasangan dansa Luvia berteriak menyalahkan Arika.

"Apa Anda tidak memiliki mata, Nona? Bagaimana Anda dapat melukai tokoh utama pesta? Saya tidak peduli apakah Anda putri kandung Duke atau tidak, tetapi Anda telah bersikap jahat pada kakak Anda sendiri!" teriak laki-laki yang menjadi pasangan dansa Luvia.

Seketika musik dansa berhenti. Para bangsawan yang semula tengah menikmati pesta, kini saling mengerubung ke pusat kericuhan. Banyak dari mereka mengujarkan kebencian pada Arika karena hal itu.

"Karena Duke telah memberinya kesempatan, bukan berarti dia dapat bertindak kejam pada pewaris marga."

"Nona Arika memang seperti benalu di kediaman Luxio."

"Benar-benar seperti penyihir."

Mendengar kata 'penyihir' di telinganya, Arika bergeming kaku di posisinya. Gadis itu kembali teringat pada kejadian dimana ia dituduh melakukan kejahatan pada tunangan Putra Mahkota dan dihukum mati. Meskipun sudah agak lama, memori tentang eksekusinya mengalir kembali di ingatan Arika.

"Apa yang kalian ributkan disini? Tunanganku terpeleset karena lantainya begitu licin, bukan karena Nona Arika," ucap Jonathan tiba-tiba.

Luvia yang masih menangis tersedu di atas lantai, menatap kecewa pada Jonathan. Padahal laki-laki itu berstatus sebagai tunangannya, tetapi malah membela Arika di depan matanya.

"Apa yang kalian lihat? Beri jalan untuk Arika!" ucap Artheo dengan suara keras.

Laki-laki itu menuntun pundak Arika yang masih bergeming untuk menjauh dari kerumunan. Artheo membuka jalan sembari menatap tajam pada para bangsawan yang mencela gadis itu. Para bangsawan yang tadinya ricuh, kini menutup mulut dengan rapat. Mereka bergidik ngeri dengan aura dingin yang dikeluarkan oleh Artheo dan Putra Mahkota.

Luvia yang terduduk di lantai, dibantu berdiri oleh pasangan dansanya. Laki-laki yang tadi berteriak keras menyalahkan Arika, juga turut diam ketika melihat Putra Mahkota ikut campur. Luvia menggertakkan giginya, mata hitam legam miliknya berkilat merah. Gadis itu semakin membenci Arika.

.
.
Berasa otw ngeharem ga si? wkwk
Drop komentarmu yagesya.

⚠️Pemberitahuan!
Karena writing marathon 15 hari udah selesai, cerita ini mentok up di bab ini.

Jangan khawatir, cerita di Wattpad ini belum end. Naskah end bisa kalian tunggu di open PO. Insyaallah.

Tetap stay yagesya, jangan lupa dukung terus cerita Arika.

Salam sayang,
Restu.

Rebirth of Incompetent Daughter [TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang