Pukul setengah lima lebih lima belas menit, Gracia dan Chika pulang ke rumah dengan wajah tertunduk.
"Kepriye? Mbak Indira ketemu ora?" tanya Veranda
[ "Bagaimana? Mbak Indira ketemu tidak?". ]
Gracia memegang tangan Chika sedikit lebih erat. "Mboten buk, pangapunten kula lan Chika sampun usaha madosi Mbak Indira"
[ "Tidak buk, maaf aku dan Chika sudah berusaha mencari Mbak Indira". ]
Veranda langsung lemas, ia terduduk dilantai. Gracia dan Chika langsung ikut duduk, mereka memeluk Veranda sekaligus merasa bersalah karena tidak dapat menemukan keberadaan Shani.
Berita hilangnya putri bupati sudah menyebar ke seluruh penjuru kota, begitu juga dengan Yona yang amat sangat terkejut, karena belum lama ini ia baru saja bertemu dengan Shani.
Cepat-cepat Yona pergi ke rumah Veranda.
"Ve? Anakmu wis ketemu utawa durung?" tanya Yona
[ "Ve? Anakmu sudah ketemu atau belum?". ]
"Durung Yon, kepriye iki? Aku kedangdapan banget, aku wedi anakku dipilara" jawab Veranda
[ "Belum Yon, bagaimana ini? Aku panik banget, aku takut anakku disakiti". ]
Yona lantas menarik Veranda untuk berdiri, Veranda kemudian memeluk Yona.
"Sing tenang. Anakmu mesthi slamet, dheweke kabeh ora ndean wani milara utawa nyekel putu saka Albert Danielle Natlan sanadyan mung seujung kuku" jelas Yona, mencoba menenangkan sahabatnya itu
[ "Yang tenang. Anakmu pasti selamat, mereka tidak mungkin berani menyakiti atau menyentuh cucu dari Albert Danielle Natlan meskipun hanya seujung kuku". ]
Air mata Veranda semakin mengalir. "Ora ana sing ora ndean. Sapa wae anakku, dheweke kabeh mesthi tetep wani"
[ "Tidak ada yang tidak mungkin. Siapapun anakku, mereka pasti tetap berani". ]
"Wis! Ora prelu kedangdapan, anggota pengamanan bupati wis gegerak. Sedhela maneh anakmu mesthi ketemu" kata Yona
[ "Sudah! Tidak perlu panik, anggota pengamanan bupati sudah bergerak. Sebentar lagi anakmu pasti ketemu". ]-
Di tempat lain, seorang tuan berpakaian seragam warna merah dan hitam dengan topi besi berjalan mendekati tempat yang diduduki oleh Shani.
"Sinten panjenengan? Mboten betah mendekat!" kata Shani sambil menunjuk orang tersebut
[ "Siapa kamu? Tidak perlu mendekat!". ]
Orang itu tertawa. "Ik ben de kandidaat... nee, ik ben nu je meester"
[ "Aku adalah calon... Tidak, aku tuanmu sekarang". ]
Shani terdiam sebentar, ia masih belum paham dengan jawaban orang tersebut. Ia bisa berbahasa Belanda, tapi karena sudah lama tidak mengucapkannya, ia jadi sedikit lupa.
"Wat bedoelt u? Geef me terug aan mijn ouders" kata Shani
[ "Maksud kamu apa? Kembalikan aku kepada orang tuaku". ]
Orang itu terkekeh menyeramkan. "Vanwege je moeder heb ik je zo gekidnapt, Shani Indira!"
[ "Karena ibumu aku menculikmu seperti ini, Shani Indira". ]
"Wat heeft mijn moeder met je gedaan? Vergeef hem alsjeblieft en breng me terug naar hem" kata Shani dengan nada memohon
[ "Apa yang ibuku lakukan padamu? Tolong maafkan dia dan bawa aku kembali padanya". ]Orang itu bersimpuh didepan Shani.
"Na je dood, breng ik je terug naar je slechte moeder. Onthoud nu mijn naam, mijn naam is Robby" kata Robby lalu berdiri dan pergi
[ "Setelah kamu mati, aku akan membawamu kembali ke ibumu yang jahat. Sekarang ingat nama saya, nama saya Robby". ]Sebelum Robby pergi, ia berbicara dengan penjaga lalu penjaga tersebut mendekati Shani.
"Monggo Mbak" kata penjaga itu lalu menarik tangan Shani untuk berjalan meninggalkan ruangan gelap itu
[ "Ayo Mbak". ]
Shani sampai di sebuah ruangan yang sangat luas dan juga terang.
Ia dilepaskan disana dan tidak diikat, setelah itu penjaga pergi dan mengunci pintu.
Ruangan tersebut semakin terang ketika lampu yang berada di tengah ruangan menyala.
"Mbak, panjenengan kenging punapa saged kesasar wonten ngriki?" tanya seseorang sambil memegang tangan Shani
[ "Mbak, kamu kenapa bisa tersesat disini?". ]Shani menoleh lalu menatap gadis dengan kebaya yang lusuh berbeda dengan dirinya yang bersih dan rapi. Sejujurnya, ia terkejut dengan pertanyaan itu, dan ia hanya diam.
"Mboten betah ajrih, kula ugi sami kados panjenengan Mbak. Tepangaken asmaning kula Feni" kata Feni sambil mengulurkan tangannya
[ "Tidak perlu takut, aku juga sama seperti kamu Mbak. Perkenalkan nama aku Feni". ]Dengan sedikit ragu, tangan Shani menyentuh tangan Feni.
"Monggo Mbak, kula tepangaken kalih kanca-kanca kula ingkang wonten ing ngrika" kata Feni sambil tersenyum
[ "Ayo Mbak, aku perkenalkan dengan teman-temanku yang ada disana". ]Feni menarik tangan Shani untuk pergi ke tempat yang lain di ruangan tersebut.
"Kanca-kanca, ana kanca anyar kanggo awake dhewe" kata Feni lebih keras kepada sekumpulan gadis berpakaian hampir mirip dengan Feni
[ "Teman-teman, ada teman baru untuk kita". ]
Sekumpulan gadis dengan jumlah tiga orang itu berdiri menyambut Shani dengan senyuman.
"Puniki kanca-kanca kula. Monggo tepangaken nami panjenengan" kata Feni
[ "Ini teman-temanku. Ayo perkenalkan namamu". ]
"Nggih. Mm... Nami kula Shani" Shani memperkenalkan dirinya dengan sangat singkat, namun kalimat singkatnya itu sudah sangat membuatnya gugup
[ "Iya. Mm... Namaku Shani". ]
Salah seorang gadis yang duduk didekat jendela maju selangkah kalau menjabat tangan Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan
Historical FictionMenceritakan tentang seorang gadis perempuan yang harus memperjuangkan sesama perempuan. Seperti apa perjuangan dan jatuh bangunnya gadis ini dalam memperjuangkan sesama perempuan?