Esok nya setelah perdebatan pendek itu, Veranda dikabari oleh salah satu ajudannya jika rumah baru yang dipersiapkan untuk bupati telah siap ditempati.
Singkat cerita, setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, Veranda sekeluarga sudah sampai di rumah baru.
"Mbak, bisa tulung antar iki menyang omah ngarep ora? Ibuk isih kudu ngurusi iki" kata Veranda kepada Shani yang sedari tadi menemaninya
[ "Mbak, bisa tolong antar ini ke rumah depan tidak? Ibuk masih harus mengurusi ini". ]
"Saged buk, sekedhap nggih"
[ "Bisa buk, sebentar ya". ]
Shani keluar dari kamar Veranda untuk mengantarkan kertas yang sama sekali tidak ia ketahui apa isinya.
Belum ada 15 menit Shani sudah sampai di depan pintu kayu. Ia pun mengetuk pintu perlahan, tidak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sosok gadis.
"Nggih? Wonten betah kalih sinten?"
[ "Iya? Ada perlu dengan siapa?". ]
Shani menatap gadis itu beberapa saat. "Mm... Saleresipun mboten wonten betah, kula namung ngateraken dlancang niki saking Jessica Veranda"
[ "Mm... Sebenarnya tidak ada perlu, saya hanya mengantarkan kertas ini dari Jessica Veranda". ]
"Oh, gadhah artos betah kalih ibuk kula. Monggo Mbak, mlebet rumiyin" ucap gadis tersebut sambil tersenyum
[ "Oh, berarti perlu dengan ibu saya. Ayo Mbak, masuk dulu". ]
Shani pun lantas masuk ke dalam rumah yang tidak jauh berbeda dengan rumahnya.
"Monggo pinarak rumiyin. Kula ulemi ibuk rumiyin"
[ "Silahkan duduk dulu. Saya panggilkan ibuk dulu". ]
Shani mengangguk. "Nggih, maturnuwun"
[ "Iya, terimakasih". ]
10 menit kemudian, dari ruangan dalam terlihat gadis tadi bersama ibu-ibu seumuran Veranda berjalan menuju tempat Shani duduk.
"Loh, putrine Ve. Ana apa?" tanya Yona
[ "Loh, putrinya Ve. Ada apa?". ]
"Nuwun sewu buk, menika kula dipundhawuhi maringaken niki" jawab Shani
[ "Maaf buk, itu saya disuruh memberikan ini". ]
"Oalah iya, maturnuwun ya"
[ "Oalah iya, terimakasih ya". ]
"Nggih buk sami-sami, izin pamit rumiyin nggih. Ajrihipun mangke menawi dangu-dangu dipunpadosi ibuk"
[ "Iya buk sama-sama, izin pamit dulu ya. Takutnya nanti kalau lama-lama dicari ibuk". ]
Yona mengangguk. "Ya. Mengko yen wis teka ing omah ngomong menyang Ve, putrine ayu banget"
[ "Ya. Nanti kalau sudah sampai di rumah bilang ke Ve, putrinya cantik sekali". ]
Shani kemudian refleks tersenyum.
Setelah berpamitan untuk kedua kalinya, putri cantiknya Veranda itu pulang kembali ke rumahnya.
Belum sampai ia dirumahnya, matanya menangkap dua orang yang berjalan menuju dirinya. Saat ia masih fokus memperhatikan, tiba-tiba dua orang itu memegang erat kedua lengannya.
"Loh? Wonten napa niki? Kok kula dipuncepeng? Wonten lepat apa kula?" tanya Shani panik
[ "Loh? Ada apa ini? Kok aku ditangkap? Ada salah apa aku?". ]
"Ngapunten Mbak. Niki sampun ketentuan bilih dados putri bupati" jawab salah seorang yang memegang tangan Shani
[ "Maaf Mbak. Ini sudah ketentuan jika menjadi putri bupati". ]
"Mboten kersa kula kados niki. Ibukipun kula mawon mboten maringi ngertos, tulung napa kajengipun kula wangsul"
[ "Tidak mau aku seperti ini. Ibukku saja tidak memberitahu tolong biarkan aku pulang". ]
"Mboten saged kados niku Mbak. Monggo tumut kito rumiyin" kata salah seorang itu memaksa
[ "Tidak bisa seperti itu Mbak. Ayo ikut kami dulu". ]
Shani semakin panik ketika dipaksa, ia pun berbicara sambil mengeraskan suaranya. "Mboten kersa kula. Kula badhe wangsul, buk tulung kula"
[ "Tidak mau aku. Aku mau pulang, buk tolong aku". ]Lohh, piee kui? Sopo sing arep nulungi cici sempurna? Eh maap salah, Mbak Sempurna harusnya wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan
Ficção HistóricaMenceritakan tentang seorang gadis perempuan yang harus memperjuangkan sesama perempuan. Seperti apa perjuangan dan jatuh bangunnya gadis ini dalam memperjuangkan sesama perempuan?