"Nggih pun, kula umumkan. ingkang kapilih dados bupati inggih punika Jessica Veranda, lan wakilipun Viviyona Apriani. Paringaken tepuk-tangan kagem kaping kalihipun" ucap seorang pria yang sudah cukup berumur
[ "Baiklah, saya umumkan. Yang terpilih menjadi bupati adalah Jessica Veranda, dan wakilnya Viviyona Apriani. Berikan tepuk tangan untuk keduanya". ]
Jessica Veranda atau yang biasa dipanggil Ve itu adalah wanita keturunan Belanda-Jepang-Indonesia yang setelah selesai menyelesaikan pendidikannya pindah dan menetap di Kebumen, Jawa Tengah. Sementara Viviyona Apriani atau Yona adalah wanita blasteran Indonesia-Amerika.
"Ve!" panggil Yona sambil memegang pundak Veranda
"Wonten napa nggih?"
[ "Ada apa ya?". ]
Yona tertawa mendengar pertanyaan Veranda. "Aja nganggo bahasa krama menawa karo aku"
[ "Jangan menggunakan bahasa krama jika dengan aku". ]
Veranda kemudian ikut tertawa.
"Ana apa wau nimbali?" tanya Veranda sambil mulai melangkah lagi
[ "Ada apa tadi memanggil?". ]
"Ora. Anakmu kepriye? Tembunge dheweke kurang setuju menawa kowe dadi bupati" jawab Yona
[ "Tidak. Anakmu bagaimana? Katanya dia kurang setuju jika kamu jadi bupati". ]
"Ora ngerti Yon. Muga-muga dheweke bisa ing aweh pengerten"
[ "Tidak tahu Yon. Semoga dia bisa di beri pengertian". ]
"Amin, sengkuyung Ve!"
[ "Amin, semangat Ve!". ]
"Matur nuwun Yon" kata Veranda sambil tersenyum
[ "Terimakasih Yon". ]
Mereka berdua pun berpisah di persimpangan jalan. Veranda tiba-tiba kepikiran tentang pertanyaan mengenai anaknya yang kurang menyetujui jika ia menjadi bupati.
"Kepriye carane aku menehi pengerten ing dheweke kabeh?" tanya Veranda dalam hati
[ "Bagaimana caranya aku memberi pengertian kepada mereka". ]
Veranda kemudian sampai dirumah.Veranda membuka pintu rumahnya dan langsung melihat Zee dan Marsha yang sedang mengganggu Chika. Melihat Veranda masuk, Chika langsung mengadu dengan wajah kesal.
"Buk, kula awit kala-wau diganggu Zee kalih Marsha" adu Chika sambil memeluk Veranda
[ "Buk, aku sedari tadi diganggu Zee dan Marsha". ]
Veranda tersenyum sambil memeluk Chika balik. "Mbak Yessica dados srengen"
[ "Mbak Yessica jadi marah". ]
Chika semakin cemberut karena dipanggil Yessica.
"Kula mboten remen nggih dipuntimbali Mbak Yessica. Timbali Chika mawon" kata Chika
[ "Aku tidak suka ya dipanggil Mbak Yessica. Panggil Chika saja". ]
Semua yang ada di ruangan itu tertawa. Tidak lama kemudian, Veranda sadar jika ada 3 orang anaknya yang sama sekali tidak muncul.
"Christy lan Mbakmu loro menyang ngendi?" tanya Veranda pada Chika
[ "Christy dan Kakakmu dua kemana?". ]
"Mbak Indira pungkasan kula priksa wonten ing kamaripun buk. Menawi Christy lan Mbak Gracia medal, tembungipun ajeng dhateng griyanipun kanca" jawab Chika
[ "Mbak Indira terakhir aku lihat ada di kamarnya buk. Kalau Christy dan Mbak Gracia keluar, katanya mau ke rumahnya teman" ].
"Yasudah, ibuk arep menyang kamare Mbak Indira dhisik"
[ "Yasudah, ibuk mau ke kamarnya Mbak Indira dulu". ]
"Nggih buk" kata Chika sambil mengangguk
Veranda beranjak menuju kamar Shani.
Sebelum masuk kamar putri sulung nya, Veranda menarik nafasnya sebentar lalu mengetuk pintu kamar tersebut pelan-pelan.
"Nggih? Mlebet mawon" Terdengar suara lembut dari dalam.
[ "Iya? Masuk saja". ]
Veranda membuka pintu kamar tersebut lalu ditatapnya wajah cantik dan manis putrinya itu.
"Wonten napa buk?"
[ "Ada apa buk?". ]
Veranda masih diam sambil terus menatap wajah orang yang ada di depannya itu.
"Sampeyan saweg napa?" tanya Veranda perlahan
[ "Kamu lagi ngapain?". ]
"Mboten saweg napa-napa. Namung mendel mawon"
[ "Tidak sedang kenapa-napa. Hanya diam saja". ]
"Pangapura ibuk ya Mbak" kata Veranda sambil memegang tangan Shani
[ "Maafkan ibuk ya Mbak". ]
Shani terkejut. "Loh? Wonten napa buk? Napa ingkang kedados?"
[ "Loh? Ada apa buk? Apa yang terjadi?". ]
Veranda menatap mata Shani.
"Buk? Ibuk kepilih dados bupati?" tebak Shani
[ "Buk? Ibuk kepilih jadi bupati?". ]
Veranda mengangguk.
"Loh kados pundi to buk? Kula kan sampun sanjang mboten purun menawi ibuk dados bupati"
[ "Loh bagaimana sih buk? Aku kan sudah bilang tidak setuju kalau ibuk jadi bupati". ]
"Pramila Mbak. Pangapura ibuk, ibuk ora bisa nolak iki. Rakyat milih ibuk" ujar Veranda
"Sampun. Sapunika napa kalajengipun ibuk" kata Shani
[ "Sudah. Sekarang terserah ibuk". ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan
Ficción históricaMenceritakan tentang seorang gadis perempuan yang harus memperjuangkan sesama perempuan. Seperti apa perjuangan dan jatuh bangunnya gadis ini dalam memperjuangkan sesama perempuan?