Part 1

545 44 4
                                    

"Nggih pun, kula umumkan. ingkang kapilih dados bupati inggih punika Jessica Veranda, lan wakilipun Viviyona Apriani. Paringaken tepuk-tangan kagem kaping kalihipun" ucap seorang pria yang sudah cukup berumur
[ "Baiklah, saya umumkan. Yang terpilih menjadi bupati adalah Jessica Veranda, dan wakilnya Viviyona Apriani. Berikan tepuk tangan untuk keduanya". ]
Jessica Veranda atau yang biasa dipanggil Ve itu adalah wanita keturunan Belanda-Jepang-Indonesia yang setelah selesai menyelesaikan pendidikannya pindah dan menetap di Kebumen, Jawa Tengah. Sementara Viviyona Apriani atau Yona adalah wanita blasteran Indonesia-Amerika.
"Ve!" panggil Yona sambil memegang pundak Veranda
"Wonten napa nggih?"
[ "Ada apa ya?". ]
Yona tertawa mendengar pertanyaan Veranda. "Aja nganggo bahasa krama menawa karo aku"
[ "Jangan menggunakan bahasa krama jika dengan aku". ]
Veranda kemudian ikut tertawa.
"Ana apa wau nimbali?" tanya Veranda sambil mulai melangkah lagi
[ "Ada apa tadi memanggil?". ]
"Ora. Anakmu kepriye? Tembunge dheweke kurang setuju menawa kowe dadi bupati" jawab Yona
[ "Tidak. Anakmu bagaimana? Katanya dia kurang setuju jika kamu jadi bupati". ]
"Ora ngerti Yon. Muga-muga dheweke bisa ing aweh pengerten"
[ "Tidak tahu Yon. Semoga dia bisa di beri pengertian". ]
"Amin, sengkuyung Ve!"
[ "Amin, semangat Ve!". ]
"Matur nuwun Yon" kata Veranda sambil tersenyum
[ "Terimakasih Yon". ]
Mereka berdua pun berpisah di persimpangan jalan. Veranda tiba-tiba kepikiran tentang pertanyaan mengenai anaknya yang kurang menyetujui jika ia menjadi bupati.
"Kepriye carane aku menehi pengerten ing dheweke kabeh?" tanya Veranda dalam hati
[ "Bagaimana caranya aku memberi pengertian kepada mereka". ]
Veranda kemudian sampai dirumah.

Veranda membuka pintu rumahnya dan langsung melihat Zee dan Marsha yang sedang mengganggu Chika. Melihat Veranda masuk, Chika langsung mengadu dengan wajah kesal.
"Buk, kula awit kala-wau diganggu Zee kalih Marsha" adu Chika sambil memeluk Veranda
[ "Buk, aku sedari tadi diganggu Zee dan Marsha". ]
Veranda tersenyum sambil memeluk Chika balik. "Mbak Yessica dados srengen"
[ "Mbak Yessica jadi marah". ]
Chika semakin cemberut karena dipanggil Yessica.
"Kula mboten remen nggih dipuntimbali Mbak Yessica. Timbali Chika mawon" kata Chika
[ "Aku tidak suka ya dipanggil Mbak Yessica. Panggil Chika saja". ]
Semua yang ada di ruangan itu tertawa. Tidak lama kemudian, Veranda sadar jika ada 3 orang anaknya yang sama sekali tidak muncul.
"Christy lan Mbakmu loro menyang ngendi?" tanya Veranda pada Chika
[ "Christy dan Kakakmu dua kemana?". ]
"Mbak Indira pungkasan kula priksa wonten ing kamaripun buk. Menawi Christy lan Mbak Gracia medal, tembungipun ajeng dhateng griyanipun kanca" jawab Chika
[ "Mbak Indira terakhir aku lihat ada di kamarnya buk. Kalau Christy dan Mbak Gracia keluar, katanya mau ke rumahnya teman" ].
"Yasudah, ibuk arep menyang kamare Mbak Indira dhisik"
[ "Yasudah, ibuk mau ke kamarnya Mbak Indira dulu". ]
"Nggih buk" kata Chika sambil mengangguk
Veranda beranjak menuju kamar Shani.
Sebelum masuk kamar putri sulung nya, Veranda menarik nafasnya sebentar lalu mengetuk pintu kamar tersebut pelan-pelan.
"Nggih? Mlebet mawon" Terdengar suara lembut dari dalam.
[ "Iya? Masuk saja". ]
Veranda membuka pintu kamar tersebut lalu ditatapnya wajah cantik dan manis putrinya itu.
"Wonten napa buk?"
[ "Ada apa buk?". ]
Veranda masih diam sambil terus menatap wajah orang yang ada di depannya itu.
"Sampeyan saweg napa?" tanya Veranda perlahan
[ "Kamu lagi ngapain?". ]
"Mboten saweg napa-napa. Namung mendel mawon"
[ "Tidak sedang kenapa-napa. Hanya diam saja". ]
"Pangapura ibuk ya Mbak" kata Veranda sambil memegang tangan Shani
[ "Maafkan ibuk ya Mbak". ]
Shani terkejut. "Loh? Wonten napa buk? Napa ingkang kedados?"
[ "Loh? Ada apa buk? Apa yang terjadi?". ]
Veranda menatap mata Shani.
"Buk? Ibuk kepilih dados bupati?" tebak Shani
[ "Buk? Ibuk kepilih jadi bupati?". ]
Veranda mengangguk.
"Loh kados pundi to buk? Kula kan sampun sanjang mboten purun menawi ibuk dados bupati"
[ "Loh bagaimana sih buk? Aku kan sudah bilang tidak setuju kalau ibuk jadi bupati". ]
"Pramila Mbak. Pangapura ibuk, ibuk ora bisa nolak iki. Rakyat milih ibuk" ujar Veranda
"Sampun. Sapunika napa kalajengipun ibuk" kata Shani
[ "Sudah. Sekarang terserah ibuk". ]

PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang