T D A | 24

50 10 0
                                    

24. Semua terbongkar

Di lain tempat Antartika tengah siap-siap untuk perang. Saat sudah akan dimulai. Ia tercekat melihat ada Aksa disitu. Maksudnya apa ini?

Aksa mendekati Antartika, dan tersenyum yang entah senyum apa. Aksa begitu berbeda, dari sorotnya, bahkan gerak geriknya. Terlihat aneh. "Hei."

Antartika menatap Aksa datar. Tak niat untuk membalas sapaan itu. Ia terlalu kaget. Hingga ia baru sadar, dimana Fardo.

"Dimana Fardo? Dia takut, huh?" Antartika tersenyum meledek.

"Gue disini." Antartika tercekat.  Sesaat ia merasa di terjunkan kejurang dengan luka yang tak kasat mata.

"Maksud lo..." Antartika mundur. Melihat Aksa yang berubah menjadi Fardo. Jadi selama ini hanya sebuah tipuan? Semua hanya rekayasa semata oleh iblis didepannya ini? Semua masalah, teror, yang ia dan Rara alami adalah perbuatan Fardo?

"Anjing! Maksud lo apa hah? Lo permainin gue pake wujud temen gue?!" Antartika mencekik Fardo, menatap iblis itu nyalang. Seharusnya ia tau betapa liciknya seorang iblis yang sesungguhnya. Manusia yang seperti iblis saja sudah mengerikan kelicikan nya. Apalagi iblis yang sesungguhnya.

Fardo tertawa begitu kencang. "Kau tau? Temanmu sedang berusaha mati-matian menahan sakit, mungkin sebentar lagi mati."

"Maksud lo?"

"Kau bahkan tidak tau apa yang sedang Aksa rasakan sekarang. Kau ini temannya apa bukan?" Fardo tersenyum meledek. Ia mundur perlahan, lalu dalam hitungan tiga detik perang sudah di mulai.

Antartika tidak pokus, sesudah ini ia akan meminta maaf. Tapi apakah Aksa akan memaafkannya? Aksa terlalu sulit untuk di tebak, terlalu sulit untuk di dekati kembali. Jadi ini yang selalu lelaki itu katakan?

Antartika sulit untuk bisa menerimanya.

"Antartika, apa yang kamu pikirkan?" Varza datang dan melindungi Antartika yang hampir tertikam.

"Gue jahat. Gue ngerusak semuanya." Antartika terduduk. Ia menahan sesaknya kuat-kuat. Fardo yang melihat tersenyum kemenangan, ini yang ia nantikan, membuat Antartika lengah saat di medan perang.

Varza mengusap bahu Antartika menenangkan. Ia jadi ragu untuk mengatakan bahwa Rara ada di ruangan eksekusi. Mungkin nanti saat Antartika tenang "Bangun, kita selesaikan ini terlebih dahulu, jangan sampai kita kalah karna calon rajanya tengah sedih, kamu tau? Saya geli melihat kamu berkaca-kaca seperti itu." Varza tertawa menyebalkan. Walau begitu ia berusaha menenangkan.

Antartika berdiri. Benar kata Varza, masih ada waktu setelah ini. Ia harus bisa memenangkan perang ini.

Banyak sekali, orang-orang yang bermuka pucat, sangat pucat, berperang dengan cara mereka sendiri. Dengan kemampuan yang dimiliki.

Mereka terlalu pokus perang, hingga melupakan iblis satu yang kini sudah pergi ke alam manusia. Fardo.

- T D A -

Aksa berjalan di lorong gelap. Sendirian. Ia masih di sekolah hingga sekarang malam, ia ketiduran saat eskul karna hujan ia menunggu hingga sekolah di tutup. Aksa terjebak, tapi tidak masalah.

Tiba-tiba Aksa melihat sosok aneh di dekat pintu kelas, di koridor memang lampunya tidak terlalu terang. Ia merasa aura menantang. Bulu kuduknya merinding. "Fardo."

Iblis itu berjalan mendekat dengan wajah yang menyeramkan. "Selesai."

Aksa tertawa kosong. "Lalu?"

"Mati." Dengan gerakkan tak terlihat Fardo menusuk Aksa tepat di bagian jantung. Gerakannya terlalu cepat. Badannya sulit untuk bergerak. Sesaat ia merasa dunia berhenti sekejap.

Jleb

"Selamat tinggal." Setelah menusuk kepala iblis di depannya, Aska menendang Fardo hingga terpental bebrrapa meter.

Sebelumnya, Aska menyadari jika Aksa tidak ada, lalu ia memasuki sekolah dengan lewat belakang. Lalu ia melihat Aksa yang sedang berbicara, sebelumnya ia tak melihat Fardo, tapi saat ia terus menajamkan matanya, ia melihat sosok iblis yang terlihat samar-samar. Lalu Aska menusuk balik Fardo menggunakan pisau yang tak sengaja ia bawa.

"Aksa ...." Aska menahan air matanya. "Sa, bangun." Aska menggoyang-goyang badan Aksa pelan.

"Tetap bertahan gue mohon, gue panggil ambulance sekarang juga. Gue ga bawa mobil." Aska memeluk erat Aksa, ia tak bisa menahan air matanya lagi.

"T-tidak perlu." Lalu setelah itu, semua penglihatan Aksa gelap, dengan senyum terakhir yang ia perlihatkan.

"NGGAA! GUE MOHON JANGAN AKSA!"  Aska menggoyangkan badan Aksa menyuruh lelaki itu untuk bangun dan terjaga kembali. Tapi semuanya sia-sia.

Aksa sudah tidak ada lagi.

Tbc

The Devil Antartika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang