T D A | 16

82 21 5
                                    

Halooo!

Mungkin part ini kebanyakan uwu uwunya!! Awogawog.

Tapi gatau sih menurut kalian ini emang uwu atau ngga. Aku ga hebat buat adegan romantis, emm

Jangan lupa vote n komenn, lopyuu alll!!💚

HAPPY READINGG!!

16. Uwu

Seorang gadis yang masih memakai seragam SMA terlihat berantakan. Seragam yang kusut, ikatan rambut yang sudah tidak rapih dan baju putih yang sedikit basah oleh keringat.

Dia Arsya yang sedang berlari di bawah bulan yang bersinar cerah. Hari ini sangat sial untuk Arsya, dia hampir tertangkap oleh orang yang selama ini meneror dia. Si peneror gila itu mengincarnya tanpa alasan yang pasti.

Arsya sampai di tujuannya. Di atas rumah besar yang sudah satu tahun tak berpenghuni. Arsya berhenti berlari, dia mengatur nafasnya yang memburu. Dia lihat pemuda yang berdiri di pembatasan.

"Aksa!" Panggil Arsya menyuruh pemuda yang berdiri di ujung untuk mundur dan duduk di samping nya.

Aksa menoleh dan tersenyum tipis pada gadis pujaannya. Yaps! Aksa mempunyai perasaan pada gadis sinting, gila, miring seperti Arsya.

Aksa duduk di bawah, dengan kaki yang menyila. "Kenapa?" Tanyanya.

Arsya cemberut. "Gue udah tau peneror gilanya. Si Gila hampir nangkap gue, coba!" Kesal Arsya. Walau begitu sedikit terbesit rasa takut, apalagi ini menyangkut nyawa, masa depan, juga keluarga.

Aksa merangkul pundak Arsya, berbagi kehangatan di dinginnya malam. Aksa sudah tau dari awal kalau ini memang sudah di rencanakan, jadi buat apa dia bingung-bingung mencari tau siapa penerornya?

Sekarang jam menunjukan jam 10 malam, waktu di mana seorang gadis sudah bergelut dengan selimut tebal. Tapi tidak bagi Arsya, dia harus terseret oleh permainan sinting ini demi menyelamatkan seseorang.

Arsya menyenderkan kepalanya pada pundak Aksa. Menutup mata, membiarkan semilir angin menyapu bagian wajahnya, membiarkan dinginnya malam menusuk kulitnya.

"Apa rencana lo nanti?"

>>> T D A <<<

Byurr!

Rara menahan gejolak amarah yang siap keluar. Air cucian piring di kantin terasa dingin menusuk kulitnya, tangan dan wajahnya berminyak, di campuri oleh tanah membuat rambutnya kotor.

Arsya menatap Rara merasa bersalah. "Maaf, Ra. Ga sengaja." Ketika Arsya akan membersihkan baju Rara oleh tisu tetapi Rara menepisnya dengan kasar.

Rara menatap Arsya sinis. Rasa ingin marah tetapi menurutnya itu tidak berguna. "Sama-sama!"

Rara berjalan cepat meninggalkan kantin membuat siswa-siswi menatap heran karna tidak biasanya dua sahabat ini bertengkar hebat.

Nsyah menatap Arsya kecewa. "Penghianat, akan tetap menjadi penghianat!" Setelah mengucapkan itu Nsyah pergi meninggalkan Arsya yang menunduk takut, di ikuti oleh Pajra dan Acha yang memberi celetukan yang menyakiti hatinya.

"Gila lo Sya, gue kira kita temen!" Ucap Pajra dramatis yang langsung di cubit oleh Acha karna malu dan kesal.

"Punya sahabat yang bener-bener sahabat itu nyarinya ga gampang Sya. Sekarang lo susul Rara dan minta maaf sama dia sungguh-sungguh, lo bisa jelasin baik-baik sama kita masalahnya," jelas Acha sedikit normal.

The Devil Antartika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang