/ ;- m era h

56 5 3
                                    

pagi ini, aku merasakan sakit yang luar biasa di hidung namun tetap kutahan.

"aduh".

aku ingat bagaimana kemarin aku dipaksa kasa untuk ke rumah sakit.

tidak kusangka, cedera di hidung ini sangat berpengaruh. bahkan sakit untuk bernapas, terpaksa lewat mulut.

dokter bilang, tidak patah. hanya sedikit parah, hampir patah lebih tepatnya.

"kak, kamu yakin mau masuk?" tanya bunda menatapku khawatir.

"iya bun, itu suna udah nunggu di depan" ujarku sembari berpamitan.

"hati-hati ya, kalau ada gejala langsung ke uks".
"iyaaa bun, tenang aja cuma hidung kok".

lalu berlari keluar yang disambut cubitan ringan di pipi dari suna. "kenapa masuk?".

aku menatap matanya dengan heran, "kan gue masih sehat".

ia menghela napas, "gue diceritain kasa kemaren. lo aneh, udah tau parah masih aja nyari gue".

mengingat yang kemarin, memang betul begitu adanya.
kasa yang memaksaku ke rumah sakit. jika bukan karena dipaksa, tidak akan mau.

"maaf" ujarku.

selama perjalanan suna memandangiku. entah apa yang dipikirannya.

tidak ada yang berbicara satu patah katapun sampai di pertigaan.

sangat canggung, aku tak bisa menahannya.
"y-ya, karena gue lurus lo belok kanan. kita pisah ya".

"lo ga berhak buat minta maaf, [name]" suna mengelus kepalaku. "maaf, harusnya gue yang ngejaga lo".

lalu pergi begitu saja, meninggalkan diriku membeku di tempat.

'apa? gimana? suna tadi ngomong apa? KASAAAAAA GUE MAU TERBANGGG' teriakku dalam hati.

rasanya kupu-kupu berterbangan menyelimuti isi perutku. jangan salahkan aku jika berlari sangat kencang menuju gerbang.

sementara itu, kasa sudah menunggu duluan dengan susu kotaknya.

"[name]!!!" panggilnya saat melihatku berlari.

aku menarik tangannya ikut berlari masuk. "GUE SENENG BANGET SAAAA".

badannya lemah lunglai saat kutarik, pasrah layaknya boneka. namun ia tersenyum "gara-gara si sipit ya?".

tak bisa ku pungkiri, rasanya ingin berguling-gulingan.

'harusnya gue yang ngejaga lo'.

kalimat itu terputar lebih dari 102 kali dipikiranku.

tapi senyumku menghilang saat melihat akaashi berpapasan denganku.
cukup merusak suasana pagi ini.

akaashi menatapku, lebih tepatnya ke hidungku yang dibalut perban dan plester.

"[name], hidung lo?..." ujarnya.

"iya, hampir patah ternyata" jawabku dengan ketus yang membuat bokuto disebelahnya tertohok.

"tapi bukan salah kak bokuto, santai aja. gue minta maaf ya, pasti latihan kemaren kepotong gara-gara gue".

setelah mengatakan itu, aku menarik tangan kasa dan pergi.

respon akaashi sangat berbanding terbalik dari yang kemarin. wajahnya terlihat begitu terkejut.

jangan salah paham, aku memang menghindarinya.

setelah sadar, aku memang malu dengan kejadian kemarin. wajahku tepat di dadanya, apa-apaan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sunsetz - akaashi ft. readersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang