BAB 12

55 3 0
                                    

Besok adalah waktu yang sudah ditunggu oleh Arumi. Pengumuman siapa yang akan mengikuti lomba sains dan matematika esok lusa.

Dia terus memanjatkan do'a agar impiannya itu tercapai.

"Aku harap besok aku yang terpilih."

Arumi kemudian menutup matanya untuk beristirahat dari penatnya hidup di dunia.

***

Pagi-pagi buta mading sekolah sudah dipenuhi oleh siswa dan siswi yang ingin melihat hasil kerja mereka ketika mengikuti seleksi perwakilan lomba sains dan matematika. Kebanyakan dari mereka kecewa ketika melihat hasilnya tapi dua muda-mudi tampak kurang percaya pada mading yang dilihat mereka.

"Apa? Aku terpilih?"

"Wah kamu bakal jadi perwakilan sekolah di lomba sains dan matematika nanti. Selamat ya bro!" Lelaki yang memiliki badan bulat itu menepuk punggung Joshua lumayan keras.

Sedangkan cewek di depannya masih diam tidak mengeluarkan suara. Awalnya dia kurang yakin bahwa dirinya pasti lolos tapi tanpa diduga ternyata dirinya berhasil.

"Ah Luna kamu lolos seleksi. Selamat ya Luna!"

Banyak dari siswa dan siswi langsung memberikan ucapan selamat kepada Luna yang menjadi idola mereka.

"Kamu tuh udah cantik ternyata pintar juga ya. Hebat deh! Aku jadi iri," ujar anak cewek yang rambutnya di kepang. Dia adalah Tiren, ketua kelas 12-3.

Luna menutup mulutnya. "Terima kasih semuanya. Terima kasih telah mendukung diriku. Aku tau kalian pasti ikut berdo'a kan buat aku? Sekali lagi aku ucapin terima kasih." Luna sampai membungkuk. Lomba ini adalah lomba bergengsi, dia tentu saja bangga bisa terpilih menjadi perwakilan sekolah.

Tanpa kerumunan itu sadari ada sosok cewek juga yang terkejut melihat hasil akhir seleksi.

"Padahal aku sudah belajar keras. Tapi kenapa ...? Kenapa aku tidak lolos?" Badan Arumi merosot ke bawah ketika semuanya sibuk dengan kekecewaan masing-masing.

"Arumi!"

Joshua dan Nako yang sebelumnya sudah berputar-putar mencari gadis itu akhirnya mereka dipertemukan.

"Nako ...," panggil Arumi dengan lirih. Wajahnya yang sudah sayu kemudian memandang laki-laki jangkung di sebelah Nako.

"Selamat Jo! Aku udah tau kamu pasti lolos. Ah ... aku gagal saat ini. Maaf. Padahal kamu sudah bekerja keras mengajari aku. Tapi ... aku gagal." Kepala Arumi menunduk. Dia tidak berani sama sekali memandang manik mata Joshua sekarang. Dalam hatinya sangat terasa tidak enak ketika memandang laki-laki jangkung itu.

"Kamu bicara apa?! Jangan begitu! Aku sudah bangga karena kamu ternyata ada di peringkat tiga. Saat mengajarimu yang bebal aku mengira kamu akan berada di tingkat terakhir," ungkap Joshua dengan tawanya yang mengiringi.

Darah Arumi mendidih. "Bisa-bisanya kamu berkata begitu kepada orang yang habis mengalami kegagalan? Sungguh tidak punya perasaan!" cecar Arumi dengan lantang.

Nako tau bahwa kalau diteruskan akan terjadi perang maka gadis Jepang itu langsung menyela.

"Sudah. Kalian berhenti berantem. Arumi aku tau kamu kecewa. Tapi jangan terlalu lama. Ayo bangkit lagi. Kesempatan bukan hanya hari ini. Akan ada kesempatan lain yang harus kamu gapai lagi." Suara Nako begitu keras bagaikan orang yang sedang mengikuti demo.

"Ayo semangat!"

Api semangat Arumi mulai tersulut oleh kata-kata Nako yang bijak itu. Dia pun akhirnya mengangguk dan mengangkat tangannya yang terkepal.

"Aku pasti bisa!" Tangan terkepal itu meninju udara yang tidak terlihat.

"Aku juga pasti bisa!" Joshua ikut meninju udara di atasnya.

***

Body Swap (TRANSMIGRASI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang