'Drrrttt ... Drrrt ....'
Sejak sepuluh menit yang lalu ponsel tersebut bergetar. Sang pemilik sedang menikmati alur mimpinya. Dirinya sengaja mengaktifkan mode bergetar di hari liburnya. Satu hari libur sangatlah berharga bagi sosok Rafka.
Bola matanya bergerak dalam keadaan masih terpejam. Perlahan-lahan kelopak mata membuka dan mimpinya terpaksa berhenti karena getaran ponsel yang tak kunjung berhenti.
Kini posisi Rafka sudah duduk sembari melihat ponselnya dengan malas. Dirinya sudah dapat menebaknya dari melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Rafka pun menggerakkan ibu jarinya untuk menjawab.
"Assalamualaikum, Raf." Salam dari si penelepon yang terdengar sedang gelisah.
"Waalaikumsalam, Bang. Ada apa di studio?" Rafka langsung bertanya intinya.
"Sorry banget sebelumnya harus ganggu libur lo. Cuma ini urgent dan Azka ternyata udah keburu pulang. Cuma lo sama Naufal yang bisa gue minta tolongin," jelas Amar.
Amar adalah rekan kerja Rafka di studio foto yang posisinya sebagai admin. Begitu juga dengan Azka dan Naufal, mereka satu tim dengan Rafka dengan job yang berbeda-beda.
"Oke, Bang. Dua puluh menit cukup? Posisi lagi di mana?" tanya Rafka sembari mengambil handuk di belakang pintu kamarnya.
"Cukuplah, Raf. Adik gue sama teman-temannya masih make up kok. Paling setengah jam baru selesai," papar Amar.
"Jihan wisuda sekarang? Bukannya besok?" tanya Rafka. Satu studio sudah mengenal satu sama lain anggota keluarga masing-masing.
Rafka berhenti sejenak karena masih ada waktu lebih untuk siap-siap. Sehingga dirinya tidak terlalu buru-buru dan client hari ini adalah 'orang dalam' alias dari keluarga sendiri.
"Iya, besok. Cuma mau foto studio sekarang soalnya hari minggu dan kita juga libur biar bisa puas katanya. Sebenarnya, dia udang booking jauh-jauh hari dan gue iyain terus lupa enggak gue masukin schedule karena menurut gue bukan client," jelas Amar.
"Meskipun itu adik lo tapi dia mau jasa kita ya tetep client, Bang. Kali ini karena adik lo gue rela jatah libur hangus. Dah, gue mau mandi," ucap Rafka dan melempar ponselnya ke atas kasur.
Setelah sepuluh menit dihabiskan di kamar mandi, Rafka bersiap-siap melaksanakan salat dhuha terlebih dahulu sebelum berangkat. Empat rakaat dua salam tidak pernah ditinggalkan dalam keadaan apa pun.
Rafka menggunakan kaos putih dan kemeja denim kesukaannya. Dikarenakan hari Minggu di luar jam kerja sehingga tidak perlu menggunakan seragam studio. Setelah pekerjaan hari ini selesai, dirinya berencana langsung kembali pulang.
Sepeda motor Naufal sudah terlihat di tempat parkir studio. Biasanya lelaki itu datang terlambat dan paling santai. Rafka seharusnya bisa datang lima menit sebelumnya, karena dirinya membeli kopi terlebih dahulu.
"Bang, tumben banget dia datang awal?" tanya Rafka sembari meletakkan tiga cup kopi.
"Kayak lo enggak tau aja kalau ada client cewek gimana si Naufal," ledek Amar sorot matanya mengarah ke seseorang yang dimaksud.
Naufal selesai membersihkan lensa kamera DSLR, kemudian memberikan ke Rafka agar bersiap-siap. Meskipun dirinya sebagai videografer, Naufal lebih handal mengarahkan model dengan berbagai pose foto.
"Siapa pun client kita, kita tetap melayaninya dengan baik. Lebih penting lagi kalau perempuan, karena perempuan harus dimuliakan," papar Naufal serius.
"Masyaallah, niatnya sudah baik itu. Cuma jangan ada niat tersembunyi lagi, contohnya kayak ajang cari jodoh. Hahaha ...." Amar tetap memuji niat baik Naufal, tetapi tidak lupa mengingatkan agar menghindari hal yang kurang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contrast
Teen FictionCinta beda agama adalah sebuah ujian dari tuhan untuk memastikan apakah manusia lebih mencintai penciptanya atau ciptaanNya. Kesalahan jadwal dari rekan kerjanya membuat Rafka harus menemui client di hari liburnya. Namun, energinya seakan terasa pen...