Sudah berulang kali hampir berhenti di beberapa restoran. Dikarenakan sedang wekeend day, baik taman hiburan maupun tempat makan ramai dan penuh. Rafka sebagai sopir tiga perempuan hanya menuruti kemauan mereka. Amar dan Naufal mengikuti dari belakang dengan mobil yang berbeda.
"Ini lumayan nggak rame. Mau nggak kalau di situ aja?" tanya Nesya menunjuk sebuah restoran di seberang jalan.
"Nggak masalah. Soalnya perut udah laper banget, semoga makanannya enak di situ," jawab Jihan dan disetujui Linda juga.
"Ini kalau puter balik lumayan. Mungkin kalian mau turun dulu nyebrang ke sana," ujar Rafka.
"Oke, Mas. Kita turun dulu sekalian cari tempat." Nesya menyetujui. Disusul Jihan dan Linda turun mobil.
Rafka mengamati tiga perempuan menyebrang sampai depan restoran. Setelah dirasa aman, ia melaju mobil untuk putar balik.
"Gue laper banget," lirih Naufal ketika bertemu Rafka dan Amar satu sama lain.
"Masuk dulu sama Bang Amar. Gue mau ke musholla dulu," ucap Rafka sembari menggulung lengan kemejanya.
"Oke, kita duluan, Raf. Eh, mau dipesenin makanan apa?" tanya Amar.
"Samain aja, Bang."
Hampir sepuluh menit Rafka menyelesaikan ibadahnya, kemudian menghampiri meja makan yang dipenuhi beberapa macam makanan. Amar melambaikan tangan untuk memberi tanda kepada Rafka.
"Mas Rafka udah selesai salat?" tanya Nesya ketika Rafka duduk di depannya.
"Alhamdulillah, udah," jawabnya. "Maaf ya harus nungguin dulu."
"Udah bisa dimakan, kan?" tanya Nufal yang sudah sejak tadi menahan rasa laparnya.
"Doa dulu, woy!" Amar menahan tangan Naufal yang sudah siap menyuap nasi dana ayam sambal matah ke mulutnya.
Rafka dan tiga perempuan tertawa kecil melihat Naufal dan Amar. Mereka layaknya adik dan kakak yang jarang sekali akur. Amar memang memiliki jiwa kakak dan sifat dewasa.
Rafka, Naufal, Amar, dan Jihan mengadahkan tangan mengucapkan lafal doa sebelum makan. Sedangkan Nesya dan Linda menggenggam tangan kemudian menggerakkan salah satu tangan dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri.
Deg!
Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Rafka. Perempuan cantik di depannya berdoa menggunakan cara berbeda dan sebelumnya menanyakan kegiatan beribadahnya.
Rafka seakan disadarkan oleh sesuatu. Ia pun mengalihkan pikirannya dengan mulai melahap makanannya. Sesekali matanya bertemu dengan Nesya dan saling tersenyum satu sama lain.
Betapa indahnya toleransi. Untuk pertama kalinya Rafka bertemu dengan seseorang yang berbeda agama. Tidak ada yang menghalangi pertemanan dari segi apa pun, baik agama maupun yang lainnya. Bagi Rafka cukup tau daripada tidak tau sama sekali. Takutnya terjadi sesuatu dan kesalahpahaman yang tak jelas.
"Besok kalau udah prosesi kabarin. Biar kita bisa siap-siap berangkat ke sana," saran Amar membahas persiapan wisuda adiknya.
"Iya, Bang. Streaming aja lah, Bang. Biar bisa lihat selebrasi kita besok. Hehe .... " Jihan tersenyum malu.
"Mau selebrasi apa sih, Han? Enggak usah aneh-aneh," ujar Naufal.
"Ya ada lah, Mas Naufal. Mangkanya besok liat streamingnya," sahut Jihan.
"Biasanya tuh ada yang ngode jari gini." Rafka menunjuk jari kelingkingnya menirukan gerakan yang sedang viral. Kode untuk meminta segera dilamar.
Jihan melirik ke arah Linda dan Nesya. Kemungkinan besar di antara dua perempuan itu akan membuat selebrasi yang disebutkan Rafka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contrast
Teen FictionCinta beda agama adalah sebuah ujian dari tuhan untuk memastikan apakah manusia lebih mencintai penciptanya atau ciptaanNya. Kesalahan jadwal dari rekan kerjanya membuat Rafka harus menemui client di hari liburnya. Namun, energinya seakan terasa pen...