"Hidup memang keras, kalau ngeluh terus. Mending nggak usah hidup" -Arkanva
•≈🍁≈•
|selamat membaca|"Kamu lucu, tapi dinginnn bangettt. Boleh di cairin dikit nggak?"
"Emang gue es batu?"
•••••
"Boleh minta tolong anterin aku ke rumah?"
"Sorry, gue bukan ojek"
•••••
"Gue nggak temanan sama bocah"
"Kalau gak bisa jadi temen, minimal pacar"
•••••
"Kenapa sikap lo selalu kekanak-kanakan gini!!"
"Jadi dewasa nggak enak. Capek"
•••••
"Gue enek lihat muka lo"
"Aku nggak enek lihat muka kamu"
"Beneran stress lo"
•••••
"Lo pergi dari hadapan gue, gue udah benci sama semua perilaku dan senyum busuk lo"
"Oke, lain kali aku coba cemberut"
"Lama-lama gila gue"
•••••
"Va"
"Arkanva" panggil seorang gadis.
Namun pria yang bernama Arkanva tidak menggubris panggilan itu, malahan ia tetap berjalan dengan raut datar.
"Minggir" ucap Arkanva yang mendapati gadis itu menghalangi jalan nya.
Tara menghela napas, saat melihat wajah pria itu babak belur lagi. "Berantem lagi?" Tanya nya dengan nada lembut.
"Bukan urusan lo" jawab Arkanva dengan nada menyentak.
"Aku belum selesai ngomong." Tara menggenggam lengan kiri Arkanva, agar pria itu mengurungkan niat untuk pergi.
Tara menarik pelan lengan kiri Arkanva, agar pria itu menghadap nya.
Arkanva menepis kasar tangan kiri gadis itu dari lengan kirinya. "Cepet ngomong" ucap nya dengan sorot dingin.
Tara tersenyum, seperti sudah biasa mendapatkan sikap kasar dan dingin Arkanva.
Tanpa basa-basi, Tara mengeluarkan satu hansaplast dari saku nya. Setelah membuka hansaplast, ia memasangkan nya di pelipis kiri pria itu.
Arkanva mendesis pelan, saat merasakan hansaplast itu menyentuh robekan kecil di pelipis nya.
"Sakit?" Tanya Tara, saat mendengar pria itu mendesis.
Arkanva merubah ekspresi nya kembali semula. "Gak usah sok khawatir-"
"Udah kan, sekarang lo jauh-jauh dari gue" setelah berucap, Arkanva berjalan di koridor sekolah.
Tara tersenyum tipis dengan sorot mata sendu, saat menatap punggung pria yang perlahan menjauh.
"Sudah berubah"
•≈🍁≈•
ARKANVA tengah memandangi langit dan bulan sembari menyandarkan punggung nya di kursi panjang, ia tersenyum tipis ke arah langit lalu memejamkan mata.
Mungkin pria itu ingin beristirahat sejenak di taman tersebut.
Belum beberapa detik pria itu memejamkan mata, ia dibuat malas dengan suara pria yang memanggil nya.
"Va" panggil Bumi dengan wajah panik.
"Hmm" gumam Arkanva dengan kedua mata masih tertutup.
"Va, bangun Va" panggil Bumi sembari menggoyangkan tubuh pria itu.
Arkanva membuka mata dengan raut kesal. "Ck ganggu banget sih lo!!" Sentak nya.
"Kenapa wajah lo panik gitu?" Tanya Arkanva saat menatap sahabatnya.
"Pacar lo..dia...-"
Tatapan Arkanva yang semula biasa saja, berubah menjadi lebih dingin dan tajam.
"Gue sama dia gak ada hubungan, jadi gak usah bawa-bawa urusan dia ke gue" sela Arkanva dengan wajah datar.
"Lebih baik lo pergi, gue gak punya waktu buat urusan sama orang sakit mental" ucap nya lagi, diakhiri tatapan sinis.
"Dengerin gue dulu"
Arkanva yang tidak mau berdebat, memilih beranjak dari tempat duduknya. "Kalau lo gak mau pergi, gue aja yang pergi" ucap nya.
"VA." Bumi mencengkram pergelangan kanan pria itu.
Arkanva yang kesal, menepis kasar tangan Bumi. "KUPING LO BUDEK, HAH"
"Gue udah bilang, kalau gue bukan-"
"TARA KECELAKAAN" bentak Bumi.
Seketika Arkanva terdiam dengan kening yang semakin mengkerut, sontak ia menarik kerah seragam Bumi.
"Lo jangan bercanda sama gue" ujar Arkanva penuh penekanan.
"Gue serius, kalau lo gak percaya dia sekarang dirumah sakit *****" balas Bumi.
Arkanva melepas cengkraman nya, lalu ia berlari meninggalkan taman tersebut.
Di perjalanan, motor Arkanva mengebut. Panik, tentu. Mungkin perasaan bersalah memenuhi dirinya sekarang.
"Kenapa lo selalu buat gue kayak gini, ra"
"Lo gak boleh mati!!"
•≈🍁≈•
≈MAKASIH SUDAH MEMBACA≈
|JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR|
|FOLLOW IG @anak_oranv|
WRITTEN= Imturaa
©2022
"Loving yourself isn't vanity, it's sanity"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANVA
Teen FictionDia Arkanva Saputra Langit, lebih dikenal dengan nama Va/Ka. Banyak orang mengira bahwa pria itu memiliki sifat cuek dan dingin, namun mereka tidak tahu bahwa sifat nya bisa berbanding terbalik jika dirumah. Va memiliki tujuh orang sahabat yaitu Lia...