01.

405 44 1
                                    

// Age Switch!! //
.
.
.
.
.
.
.
.

🕊🕊🕊



Dhika keluar dari kamar saat jam makan malam telah tiba. Dengan langkah ringan, ia bawa kedua kakinya menuju meja makan. Hanya butuh menuruni tangga, lalu belok arah kiri, Dhika sudah sampai pada tujuan.

Disana, ia melihat bi Nani, asisten rumah tangganya sedang menyajikan beberapa macam hidangan di atas meja makan.

Dengan mata berbinar, Dhika mempercepat langkahnya.

"Wahh..." Kata pertama yang keluar dari mulut Dhika.

"Banyak banget, bi..." Lanjutnya, kemudian duduk dikursi lalu mengambil udang crispy untuk dimakan.

Bi Nani tersenyum. "Kan mau ada tamu, mas.."

"Tamu siapa?" Tanya Dhika di sela-sela kunyahannya.

"Loh, mas Dhika gak tau?"

Dhika menggeleng sebagai jawaban. Matanya masih fokus pada hidangan di atas meja.

"Tadi pagi, tuan Adi nyuruh saya masak yang banyak buat makan malam, katanya bakal ada tamu" Jelas bi Nani.

"Oh.. Tamunya papa"

"Iya, mas..."

"Kalo gitu, aku makan nanti aja deh, kan gak enak kalo pas aku lagi makan disini, tiba-tiba tamunya papa dateng"

"Nanti mas Dhika kelaperan loh. Kalo gak mau makan disini, gimana kalo makan di kamar aja? Saya anterin makanannya sekarang"

"Nanti aja gak apa-apa kok, bi.."

"Yakin?"

"Iya...."

"Oke deh.."

Bi Nani lanjut menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan Dhika, anak itu mengembalikan piring yang sudah diambilnya tadi.

Kemudian Dhika bangkit dari kursinya, berniat ingin kembali ke kamarnya.

Namun, belum sempat Dhika menaiki tangga, panggilan dari arah ruang tamu menghentikan langkahnya.

"Dhika..."

Dhika berhenti, lalu menoleh.

Semula biasa saja, Dhika melihat ayahnya berjalan ke arahnya. Namun, saat menyadari ada orang lain berjalan dibelakang ayahnya, mata Dhika menyipit tidak suka.

Dhika terus tatap orang itu dengan mata tajamnya. Sampai orang tersebut berada tepat dihadapannya.

Padangan Dhika beralih pada sang ayah. "Ngapain papa bawa orang itu kesini?!"

"Dhika..." Seru pak Adi, memperingati sang anak.

Namun, itu tak berarti apa-apa buat Dhika. Ia kembali tatap orang di samping ayahnya. "Pergi lo dari sini!! Orang kayak lo gak pantes ada di rumah ini!"

"Dhika!! Yang sopan kamu sama tante Nara!"

"Aku bakal sopan ke orang lain, tapi enggak sama jalang satu ini!"

"RADHIKA!!!"

"Mas.. Jangan..." Bisik wanita itu, berusaha menahan suaminya agar tetap tenang. "Aku gak apa-apa.." Lanjutnya. Kini keduanya saling pandang, memberi senyum kecil, meyakinkan bahwa dia benar-benar tidak masalah dengan perkataan Dhika.

Butuh waktu beberapa detik hingga pak Adi mengangguk, ia akan bersabar menghadapi anak lelakinya ini.

Melihat itu, Dhika mendecih tidak suka. Membuat pandangan Pak Adi kembali pada anaknya.

"Papa tunggu di meja makan, kita makan malem bareng"

"Aku gak mau!" Tolak Dhika seketika. Ia berbalik, mulai berjalan cepat menaiki tangga.

"Ke meja makan sendiri apa perlu papa seret kamu!"





🕊🕊🕊






Hening. Suasana meja makan tersebut benar-benar hening. Dan Dhika sangat benci situasi seperti ini.

Semenjak ibunya meninggal, hubungan Dhika dan sang ayah memang sudah memburuk. Di tambah lagi, saat Dhika mengetahui ternyata selama ini ayahnya mempunyai wanita lain selain ibunya. Dan yang lebih parah, ayahnya memilih menikahi wanita itu tak lama setelah ibunya meninggal.

Itu sebabnya Dhika sangat membenci Nara, wanita yang sudah membuat ibunya menderita sewaktu hidup dulu.

Dhika benci Nara. Wanita itu yang membuat ayah dan ibunya dulu sering bertengkar. Gara-gara wanita itu juga Dhika tidak bisa merasakan harmonisnya sebuah keluarga.

"Dhika mau makan pake apa? Biar tante ambilin.." Ucap Nara mencoba memecah keheningan. Ia sendokkan nasi untuk Dhika.

Yang ditanya tetap diam. Tidak ada sedikitpun niatan untuk menjawab.

"Dhika..." Kini giliran pak Adi yang berucap. "Dijawab dong, itu tante Nara nanya.."

Dhika masih milih bungkam. Tangannya bergerak mengambil piring baru, lalu mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Dan suasana kembali hening.

Namun tak berlangsung lama.

"Permisi..." Seseorang datang, menarik atensi semua orang.

"Oh, Julian.... Akhirnya kamu sampe juga.." Pak Adi berdiri menyambut orang tersebut. "Ayo duduk sini, kita makan bareng.."

Orang yang dipanggil Julian tersebut tersenyum mengikuti arahan tuan rumah. "Maaf ya, om. Tadi ada kerjaan sedikit makanya telat" Ucapnya setelah duduk dikursi.

"Gak apa-apa, ini kita baru mau makan kok"

Dan setelah itu, ruang makan tersebut tak lagi hening. Kehadiran Julian benar-benar mengubah suasana.

Obrolan Pak Adi dan Julian terdengar nyambung satu sama lain. Bahkan Nara, juga ikut larut dalam obrolan mereka. Meninggalkan Dhika, satu-satunya orang yang hanya diam sembari memakan makanannya.

"Aku selesai..." Ucap Dhika saat makanan di piringnya telah habis.

Ia bangkit dari kursi, hendak pergi dari sana.

"Tunggu...." Cegah pak Adi menghentikan Dhika. "Jangan pergi dulu.. Ada yang mau papa omongin sama kamu" Lanjutnya terdengar serius.

Kali ini Dhika langsung nurut, kembali duduk di tempatnya semula.

"Kenalin, ini Julian... Anaknya temen papa"

Dhika menatap laki-laki yang duduk di depannya.  Tersenyum tipis saat melihat Julian tersenyum padanya.

"Papa bakal jodohin kamu sama dia.."

"APA?!!"










~TBC~


Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang