// Age Switch!! //
.
.
.
.
.
.
.
.🕊🕊🕊
"Dhika, tunggu penjelasan papa dulu.." Adi segera bangkit, mencekal kuat tangan anaknya begitu Dhika hendak pergi meninggalkan meja makan. Dia menolak perjodohan itu.
"Papa ngelakuin ini demi kebaikan kamu..."
"Kebaikan kaya apa yang papa maksud?" Sentak Dhika cukup keras menatap marah pada sang ayah.
Apa maksudnya mau menjodohkan dia dengan orang yang tak Dhika kenal?
Apa ayahnya tidak berkaca pada hubungannya dengan ibunya dulu? Bukankah mereka dulunya juga dijodohkan? dan lihat yang terjadi. Hubungan mereka hancur. Ujung-ujungnya Dhika yang menjadi korban keegoisan orang tuanya.
Dhika tidak mau nasibnya sama seperti ibunya, terjebak dalam hubungan tanpa cinta.
"Papa mau ngeliat aku menderita kaya mama dulu? Iya? Itu yang papa maksud kebaikan buat aku?"
"Bukan.. Maksud papa bukan gitu.." Ucap Adi masih berusaha tenang. "Dengerin dulu... Papa jodohin kamu sama Julian, biar dia bisa jagain kamu. Karena papa gak tega kalau harus ninggalin kamu sendiri"
"Maksud papa?"
Perasaan Dhika tidak enak. Apa maksudnya tidak tega ninggalin dia sendiri? Memangnya ayahnya mau pergi kemana?
"Tante Nara hamil anak papa.." Ucap Adi pelan sembari menatap Nara, istrinya yang kini sedang menunduk.
Membuat Dhika kaget bukan main mendengar itu. Kini perasaanya semakin tidak karuan. Tidak, ini bukanlah kabar yang baik untuknya.
"Untuk itu.. Papa gak bisa lagi bagi waktu buat kamu disini. Papa harus lebih fokus jagain tante Nara..."
Selama ini, Adi memang harus bagi waktu untuk anak dan istrinya. Dalam seminggu, sekitar dua sampai tiga kali dia akan menginap di rumah yang Dhika tempati, dan selebihnya dia pulang ke Nara.
Itu dikarenakan Dhika yang menolak untuk tinggal bersama dengan Nara. Tentu saja karena Dhika masih benci dengan perempuan itu.
"Makanya.. Papa putusin buat jodohin kamu. Biar Julian bisa nemenin kamu, jagain kamu, biar kamu gak kesepian.."
Adi mendekati Dhika. Anaknya itu masih diam terlihat sangat kaget. Ia paham itu.
"Percaya sama papa, ya? Julian bakal jagain kamu dengan baik. Dia gak bakal nyakitin kamu kaya papa nyakitin mama kamu dulu.. Ya?" Ucapnya mencoba meyakinkan Dhika.
Dhika masih diam tak berkutik. Tubuh dan pikirannya masih sangat kaget dengan apa yang baru saja ia dengar tadi.
Apa sekarang ia sedang dibuang oleh ayahnya sendiri?
Memikirkan itu, rasanya Dhika ingin menangis sekarang."Dhika..." Panggil sang ayah sekaligus menyadarkan Dhika dari pikirannya.
Dengan kedua mata yang sudah memanas, Dhika tatap mata sang ayah. Bibirnya mulai bergetar.
"Baru tau dia hamil aja, sekarang papa udah mau buang aku?" Setetes air mata berhasil lolos.
"Kalau papa emang udah gak mau ngurus aku, buang aja aku ke jalanan sekalian! Lebih gampang kan? Gak perlu repot ngurus perjodohan!"
Dhika benar-benar tidak menyangka ayahnya tega melakukan ini padanya. Dia sadar, dari dulu kehadirannya memang tidak pernah diinginkan oleh ayahnya. Tapi apa harus sekejam ini? Dibuang karena ayahnya akan segera punya anak lain.
Anak itu bahkan belum lahir, tapi kehadirannya sudah berhasil menggantikan Dhika dimata ayahnya.
"Hei.. Papa gak buang kamu! Kenapa kamu bisa mikir kaya gitu? Kamu anak papa, Dhika... Gak mungkin papa buang anak papa sendiri..."
"Papa jelasin sekali lagi, papa jodohin kamu biar kamu ada yang jagain. Biar Julian bisa jagain kamu selagi papa fokus sama kehamilan tante Nara. Gak ada yang mau buang kamu"
"Bohong!! Itu cuma alesan papa aja!! Bilang aja papa udah gak mau ngurus aku lagi karna papa mau punya anak dari dia!" Tangan Dhika nunjuk ke arah Nara.
"Aku juga tahu, dari dulu papa emang gak pernah sayang sama aku! Papa gak pernah ngarepin aku ada! Makanya sekarang papa mau buang aku, iya kan?"
"Enggak, Dhika! Papa gak pernah kaya gitu. Papa-"
"Mas.. Udah ya" Nara bangkit menghampiri Adi. Sudah tidak tahan lagi melihat ayah dan anak itu terus berdebat. "Jangan paksa Dhika.." Lanjutnya mengusap lengan sang suami. Nara takut kalo semakin dipaksa, Dhika akan semakin membenci ayahnya sendiri.
"Gak usah sok belain gue, lo! jalang anjing!" Sentak Dhika pada Nara.
"Dhika!!"
"Lo jahat banget Nara.." Dhika berucap lirih. Menatap tajam Nara dengan mata yang tak berhenti mengeluarkan air mata.
Tanpa memperdulikan ayahnya, Dhika mendekat ke Nara, membuat perempuan itu sedikit mundur merasa terintimidasi.
"LO JAHAT!!!" teriaknya tepat di depan wajah Nara.
"Belum puas lo ambil papa dari mama, sampe mama gue meninggal?! Sekarang lo juga mau nyingkirin gue?!"
Nara menggelengkan kepalanya beberapa kali. Dia benar-benar tidak bermaksud melakukan itu.
Melihat istrinya yang merasa terpojok, Adi segera menggeser tubuh Nara, membawa Nara berada di belakang tubuhnya. Hingga kini ia yang berhadapan langsung sama Dhika.
"Kamu yang sopan sama tante Nara. Bagaimanapun juga, dia tetap istri papa. Jaga sikap kamu!"
"Yang harusnya jaga sikap itu dia!"
"Cukup, Dhika!"
"Jalang gak tau diri!!"
PLAKK!!
"PAPA BILANG CUKUP, CUKUP!!"
Teriak Aditama tepat setelah sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Dhika.
Tamparan yang hampir saja membuat Dhika tersungkur karena saking kerasnya tamparan dari sang ayah di pipi kirinya.
Membuat semua orang yang berada di sana kaget. Termasuk sang pelakunya sendiri. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan.
Tangan Dhika terangkat memegang pipi bekas tamparan tersebut. Ada sedikit bercak darah diujung bibir.
Dhika mendongak menatap ayahnya dengan perasaan benci sekaligus kecewa yang bercampur menjadi satu.
"Gue benci sama lo!" Ucap Dhika penuh penekanan. Kemudian pergi dari sana.
Meninggalkan ayahnya yang sekarang berdiri mematung, menatap tangan kanannya yang bergetar setelah mendengar kalimat terakhir Dhika sebelum pergi.
~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband
FanfictionMeski berawal dari sebuah perjodohan, Julian janji bakal menjadi suami yang sempurna untuk Dhika💙 . . . . Bxb Jaedo local au