Dentuman high heels yang berpacu, menggema di sepanjang lorong pintu darurat yang sempit. Keringat dingin mengucur deres, membasahi wajah sang empunya yang putih pucat. Lari atau mati.. Hanya itu pilihan yang tersisa untuk wanita malang yang kini sedang berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Seolah setiap langkah mempertaruhkan seluruh hidupnya.
Langkah nya memelan ketika ia telah hampir sampai pada pintu keluar. Kedua lengannya yang gemetar dipaksa memutar kenop pintu. Segera setelah pintu terbuka lebar, nampak sebuah ruangan yang sangat luas. Dan dengan langkah yang dipaksakan, sang wanita malang kembali berjalan--kini dengan mengendap-endap, mendekati pintu utama. Dengan nafas yang tertahan, ia berusaha terus meyakinkan dirinya, bahwa semua akan baik-baik saja dan ia hanya perlu terus melangkah.
Hingga hanya tinggal lima langkah lagi.
Satu,
Dua,
Tiga,
"Empat..."
Sebuah bisikan pelan, namun berhasil membuat langkah milik sang wanita malang terhenti. Kakinya bergetar seiring dengan langkah kaki yang mendekat dari arah belakang.
"Clarisse.. kau seharusnya sudah ada di surga semenjak 15 menit yang lalu"
Sebuah helaan nafas berat membuat jantung si wanita malang--Clarisse, seolah berhenti menjalankan fungsinya. Seolah hanya dengan helaan nafas tersebut, dirinya telah benar-benar tamat.
"Ah, seharusnya kau tidak mengulur waktu perpisahan kita.."
Clarisse memejamkan matanya, bertepatan dengan bunyi ganjil yang mendadakan pistol yang baru diisi peluru.
"Kau tau Clarisse, percuma saja kau kabur tadi. Karena pada akhirnya..kau juga akan tetap mati.."
Suara tawa nyaring terlontar dari mulut milik sosok gelap, yang kini sudah berada tepat di belakang Clarisse. Lengannya bergerak, mengarahkan moncong senapan ke lubang telinga Clarisse.
"Have a nice dream baby"
--
LouisSuara nyaring alarm membuatku kembali terjaga. Dengan langkah patah-patah seperti zombie, aku melangkah menuju kamar mandi. Aku hanya tidur 3 jam semalam berkat misi memuakkan namun menghasilkan cukup banyak dollar untukku.
Setelah selesai membasuh wajah dan kumur-kumur, aku melangkah ke dapur untuk sarapan. Kutekan tombol merah pada remote televisiku. Dengan mulut yang sibuk mengunyah aku menggonta ganti channel dengan malas. Hanya ada acara acara tak berguna seperti gosip, masak, gosip, gosip, fashion, masak, gos..
"..seorang wanita bernama lengkap Clarrisse Smith, usia 25 thn, ditemukan meninggal di lobi utama kantor xxx. Diduga korban menembak dirinya sendiri dengan pistol yang ditemukan di sisi tubuh korban. Motif dari tindakan bunuh diri korban masih diselidiki. Namun menurut beberapa teman dekat korban, ko.."
Suara dering telepon membuyarkan fokusku dari televisi. Kulangkahkan kakiku menuju meja kecil dekat kaki tangga--tempat dimana telepon rumahku berada.
"Yeah?"
Sapaku langsung setelah mengangkat gagang telepon dan mendekatkannya ke telinga.
"Ini aku.."
Suara berat yang sudah sangat kukenali menyahut dari seberang sana.
"James?ada apa?"
Terdengar kekehan perlahan dari bibir lawan bicaraku ini. Aku tersenyum tipis, membayangkan James yang sepertinya akan memuji hasil kerjaku yang mengagumkan semalam.
"Kau hebat Tomlinson, as always.."
Aku tertawa karena ternyata apa yang kubayangkan benar. James memujiku. Dan kutebak, sebentar lagi dia akan berkata bahwa ia benar benar puas dengan hasil kerjaku dan telah mengirimkan dollar bonus ke reken..
"Tapi mungkin kau akan sedikit kecewa karena tidak ada dollar bonus kali ini.."
Tuh kan tebakanku be.. Eh. Apa yang James barusan katakan? Tidak ada bonus untukku? Aku mengernyit heran. Semua bukti sudah kuhapus dari lokasi kejadian. Bahkan aku sudah memanipulasi semua data sehingga berita pembunuhan itu terkesan seperti bunuh diri. Namun seketika aku sadar akan suatu hal lalu mengangguk.
"Kau ingin mengganti dollar bonusku dengan segunung emas unt.."
"Tidak. Tentu saja tidak. Bonusmu belum ku kirim karena tugasmu belum selesai.."
James terdiam lama dan aku dengan segala kesabaran menunggunya untuk kembali menjelaskan maksud di balik kata 'tugasmu belum selesai' itu.
"Aku ingin kau mengirim seorang lagi ke surga. Mungkin kali ini agak sulit, tapi akan kuberikan apapun yang kau mau kalau kau berhasil membunuhnya.."
Aku menyeringai mendengar ucapan James.
"Apapun yang kuinginkan?"
"Hm.. jika kau berhasil membunuhnya."
"Siapa?"
"Pewaris utama Haz's Group..."
Aku menatap langit langit rumahku sembari tersenyum tipis. Haz's Group. Pemegang saham terbesar seInggris. Dan pewaris utamanya adalah..
"Des Jullian Styles..."
--
Hai :3 salam kenal smuanyaa..
Ini pertama kalinya gw post ff bikinan gw disini..
Maaf klo prolognya aneh ato jelek.. gw msh belajarr u.u
Yang jelas gw bikin ini sepenuh hati jiwa n raga gw (?)
Smoga aja kalian pada suka!!
Dont forget the votes and comment guyss
Love yaa xx
![](https://img.wattpad.com/cover/38488410-288-k338670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Assassin
Fanfiction"Kau percaya cinta?" "Menurutmu? Cinta hanyalah omong kosong buatan manusia. Aku tidak percaya pada omong kosong" "Kau tau, cinta itu jahat. Setiap orang yang tidak percaya padanya pasti akan kena balasan suatu saat nanti" "Oh ya?" "Tentu saja.. Tu...