Chapter 2

116 7 3
                                    

Enjoy reading :) xx

Louis Tomlinson

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Setelan polo dan jeans yang kukenakan membuat diriku yang sudah tampan ini, jadi semakin tampan. Hari ini adalah hari kesepuluh aku bekerja sebagai bodyguard untuk seorang Des Jullian Styles. Aku akan menemaninya bermain golf dengan rekan-rekan bisnisnya siang ini. Sejauh ini, aku tidak merasa bahwa Des adalah pria tua kejam yang harus segera mati karena hanya membuang waktu dengan menumpuk dosa tiap harinya. Tapi justru sebaliknya. Aku merasa ia seseorang yang baik dan cukup menyenangkan untuk seseorang seumurannya. Ia sering mengajakku mengobrol ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, ia bahkan tidak menganggapku sebagai bawahannya. Sebaliknya ia bersikap layaknya seorang teman dekat kepadaku. Terkadang aku sedikit tidak tega membunuhnya. Terlebih saat melihat wajah yang sudah termakan usia miliknya itu, memerah saat tertawa lepas mendengar leluconku. Sepertinya Des sudah benar-benar mempercayaiku. Tapi bagaimana lagi. Pekerjaan tetaplah pekerjaan. Aku memang sering terbawa rasa kasihan seperti ini, dan aku hanya terus mengabaikannya saja. Bagaimanapun juga aku sudah menjalani ini semua selama bertahun-tahun dan aku tidak bisa mundur lagi. Mundur sama saja seperti membongkar jati diriku. Terlebih mengingat James. Dia pasti akan mengancamku habis-habisan jika aku tidak melakukan apa yang diperintahkannya atau membunuh orang yang diinginkannya. Awalnya aku melakukan ini hanya untuk membiayai ibuku yang sekarat di rumah sakit kala itu. Namun diluar dugaan aku malah terperosok lebih dalam. Bahkan setelah ibuku meninggal pada akhirnya pun, aku tidak bisa lari dari pekerjaan ini. Karena apa? James mengancam akan melaporkanku ke polisi jika aku berhenti menjadi bonekanya. Dan sebaliknya, jika aku tetap mau diperalat olehnya, ia akan membayarku dengan dollar yang sangat banyak. Ia juga akan menjaga rahasiaku dan melindungiku kalau-kalau saja aku ketahuan ketika sedang beraksi. Meskipun pada kenyataannya aku tidak pernah ketahuan sekalipun.

Aku menyemprotkan sedikit parfum ke sekeliling leherku. Sekali lagi aku meraba daguku sembari menyeringai ke cermin.

"Kau sangat mengagumkan Tomlinson.."

***

"Jaquline bagaimana pendapatmu tentang Barbara dan Niall?"

"Nona Styles, apa benar gosip yang beredar jika Niall membuangmu demi wanita lain?"

"Jaquline apakah kau sudah menemukan pengganti Niall? Dan bagaimana pendapat Harry akan masalah ini? Kudengar Harry dan Niall sempat bertengkar?"

Gadis berambut ikal yang sedari tadi menjadi sorotan wartawan yang menunggu di depan kampus, hanya bisa tersenyum kikuk dan berusaha terus menerobos gerombolan wartawan yang sedari tadi melontarkan pertanyaan murahan kepadanya. Beruntung tiga orang petugas keamanan kampus segera bergerak melihat keributan ini. Mereka mendorong mundur gerombolan wartawan yang sama liarnya dengan hulk ketika sedang mengamuk. Gadis yang dipanggil Jaquline hanya tersenyum tipis dan menggumamkan kata maaf sesekali. Ia langsung berlalu saat ketiga penjaga kampusnya berhasil membuka secelah jalan untuk dirinya lewat. Sebuah mobil biru dongker berhenti di hadapannya. Tanpa menunggu lama Jaquline segera membuka hendel pintu dan menjatuhkan tubuhnya di kursi sebelah kemudi. Jaquline membanting pintu lalu menghela nafas berat sebelum menyenderkan punggungnya pada jok mobil. Lelaki disebelahnya hanya tersenyum kecil. Memperlihatkan dimplesnya, yang bisa membuat jutaan wanita terkena kencing manis akibat senyuman nya yang sweet itu.

"Mereka keterlaluan.."

Jaquline mendengus sebelum melanjutkan perkataannya.

"Enak saja mereka bilang Niall membuangku. Tau apa memangnya mereka"

Sang lelaki hanya terkekeh pelan.

"Can I do something to make you feel better, dear?"

"Entahlah. Kurasa lebih baik kita pulang saja Harry.."

Mr. AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang