Suasana meja makan saat jam makan malam tampak senyap. Regan dan raja yang biasanya duduk berdampingan kini duduk berhadapan, saling melempar tatapan permusuhan, menguarkan aura yang membuat siisih meja makan hanya bisa terdiam melihat kedua saudara itu.
Raja mengalihkan perhatiannya pada Luna yang sedang menyiapkan makanan untuk regan karna Asha yang menyuruh, sedangkan yang lain tidak tertarik sama sekali. Lebih memilih dengan pikiran masing-masing. Berbeda dengan raja yang merasa kesal melihat Regan terus-menerus memperhatikan Luna, sesekali mengajak gadis itu berbicara. Meskipun hanya di tanggapi seadanya.
"Dasar caper," cibir raja saat melihat Luna tersenyum kearah regan. Tadi Sisil sudah menyuruh Asha untuk melayani Regan. Tapi, Asha menolak dan malah menyuruh Luna dengan alasan meminta tolong, karena ia tidak enak badan.
Luna memandang suaminya saat mendengar cibiran itu."kak raja kenapa?" tanya Luna polos.
Raja berdecak"gak," ketus Raja ngegas.
Luna lalu mengangguk. Ia kembali menatap Asha yang hanya mengaduk-aduk makanannya. Ia menghela nafas saat mengingat apa yang terjadi antara asha dan Regan.
Asha mendongakkan kepalanya saat sadar jika seseorang memandangnya.
Ia tersenyum ke Luna dan di balas perempuan itu. Lalu kembali ke kegiatan awalnya, membuat Asha sesekali mendapatkan teguran dari Sisil. Perkataan Sisil yang cukup menyesakkan adalah saat perempuan tua itu berkata."sil, habiskan makanan mu, kasian cucu Oma kalau tidak mendapatkan nutrisi dari ibunya, KAMU JUGA REGAN, bujuk istri kamu makan."
Regan menatap Asha malas.
Huh kenapa aku haru terjebak di situasi seperti ini
"HEH! ngapain kamu diam di sana? Ngarep di ajak makan bareng?" Tanya Sisil sinis. Wanita parubaya itu melempar tatapan merendahkan ke Luna.
Luna menggeleng dan menunduk."e-nggak, bu."
"Yaudah sana, pergi." Luna mengangguk cepat. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang mengepalkan tangannya di bawa meja dan menatap Sisil dengan tatapan mematikan.
Dasar wanita sialan, berani sekali dia
***
"Kak inget gue gak?"
Luna mengangguk lalu menggeleng.
Perempuan muda yang sedang duduk di bangku taman tertawa ngakak saat melihat respon istri dari Abang sepupunya.
Perempuan itu menghentikan tawanya saat melihat raut bingung luna. Ia meletakkan paper bag nya di bawa ketengah dan menyuruh Luna yang sedang berdiri untuk duduk.
Luna lalu mengangguk. Tapi tatapannya tidak lepas dari perempuan muda di depannya. Luna mengenal wajahnya. Tapi tidak dengan namanya. Ia ingat betul perempuan di depannya adalah sepupu raja yang membelanya di depan keluarga besar Wijaya.
"Aku ingat wajah kamu. Tapi aku gak tau nama kamu." Jelas Luna, hal itu membuat perempuan itu mengangguk.
Ia menyodorkan tangannya, "kenalin kak, aku Alicia dan nama kakak kak Luna kan?"
"Iya, kamu tahu dari mana namaku?" Tanya Luna.
Alicia malah tersenyum misterius. "Ada deh," Alicia menjeda perkataannya, "oh ya kak. Dedeknya umur berapa? Trus cewek atau cowok?"
"5 bulan, sebentar lagi enam bulan. Dan untuk masalah jenis kelamin kakak juga belum tau, sengaja biar jadi kejutan nanti." Luna tersenyum tipis. Alicia mengangguk dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA (End)
General FictionJANGAN LUPA FOLLOW! Tinggalkan vote dan komen Deskripsi Luna athayya gadis pecinta senja yang terpaksa harus menikah dengan laki-laki yang telah merebut kehormatannya hingga ia harus hamil anak pria yang telah memiliki kekasih itu. Dan Luna juga k...