"Assalamu'alaikum Azlan here! ", teriak lelaki tersebut yang di ketahuilah bernama Azlan Atthatthalla Wijaya.
Anak kedua dari Wijaya family 'yang alim tapi kadang sedikit dzalim' slogan yang dibuat oleh Azlan sebagai bahan candaannya, walaupun kadang dibenarkan oleh kakak pertamanya.
" Walaikumsalam bang, bisa gak kalo masuk rumah ngak harus heboh! Ribut tau! ", gerutu gadis yang lebih muda dari Azlan, yaitu Seina Mauza Wijaya. Anak ketiga ataupun si bungsu dari Wijaya family. Bayi manjanya mama dan ayah, yang membuat Azlan selalu iri dengan dia.
" Udah jangan ribut! Kasihan mama lagi tidur siang", atensi keduanya teralih kan ketika mendengar suara itu.
Keduanya terdiam, ya siapa juga yang mau melawan duplikat ayah yaitu Ratu Aqila Wijaya. Anak pertama dari Wijaya family, yang jika ia serius semua keluarganya termasuk ayah yang notabennya keras saja takut dengan Ratu. Itu juga dikarenakan kerasnya didikan yang diberikan ayahnya untuk dirinya.
"Hehehe maaf kak ini. Ini Azlan beli baso sama susu coklat kotak buat kakak. "
"Wihh lagi banyak uang ya bang? ", ucap Ratu kepada adiknya
" Ini bukan pakai uang Azlan, ini pakai uang ayah hehe. Biasa Azlan tadi sedikit malak ayah hehe", Jangan kaget ketiga mendengar apa yang Azlan katakan. Urusan malak memalak itu sudah hal yang biasa dilakukan tiga saudara ini kepada ayahnya ketika sedang banyak uang. Sedari kecil mereka selalu akan kompak jika menginginkan sesuatu tapi tetap mereka masih tau batasannya.
Hal-hal seperti ini yang selalu membuat Ratu rindu rumah. Suasana ketika mereka masih kecil yang kadang membuat rumah heboh hingga membuat mama sakit kepala melihat kelakuan mereka bertiga.
Lihat sekarang adik keduanya yang dulunya manja sekarang tengah berjuang untuk membawakan mahkota untuk kedua orang tuanya. Ia tengah berjuang menjadi santri dan menghapal alquran untuk mengangkat derajat keluarganya agar orang-orang tidak lagi meremehkan keluarga mereka. Begitu juga si bungsu ia juga menjadi santri penghafal al Quran. Wajahnya yang selalu ia tutupi dengan cadarnya yang sudah ia terapkan sejak SD walupun saat itu berbagai cibiran yang ia dapatkan karena ia masih berada di kalangan minoritas.
"Kalau begitu ayok makan bareng! Kakak siapin dulu, kalian duduk dulu yaa! "
༶•┈┈⛧┈♛
Langit sore berwarna jingga, angin sepoi-sepoi yang amat menyejukkan membuat Azlan betah duduk di teras rumahnya, sambil melantunkan ayat suci yang sudah ia hafal."Bang, ini minumnya! ", ucap Ratu kakak Azlan sambil ia duduk di bangku samping Azlan.
Setelah Azlan menyelesaikan murajaahnya Azlan meminum teh yang dibuat oleh kakaknya.
" Kak, kok tehnya kurang manis?", ujar Azlan
"Kurang manis ya? Perasaan takaran gulanya kakak buat kayak biasa deh! "
"Tapi tetep kurang manis kak! Kalau ngak percaya, nih cobain! "
Ratu meminum teh yang ia buat tadi. Rasa tehnya sudah manis seperti biasa yang ia buat untuk adeknya. Tapi entah mengapa Azlan mengatakan bahwa teh yang ia buat kurang manis. Mungkin indra pengecap adeknya bermasalah.
"Manis kok! Kayak biasa kakak buat lan", protes Ratu sambil meletakkan kembali tehnya dengan ekspresi sedikit jengkel.
" Tapi kenapa Azlan rasa kurang manis? Kalo gitu coba kakak tutup muka kakak dulu! "
"Buat apasih lan? Kamu mau ngerjain kakak kan? "
"Udah, ikutin aja apa yang aku bilang!"
Dengan perasaan ogah-ogahan Ratu menutup wajahnya menggunakan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams 2 Januari
Ficção Adolescente"kalo kakak gak bisa!, adek kakak harus bisa ! kakak gak mau egois"