🥧Fang Yusheng and Qiao Jiusheng (√) 🥧

61-70 jalan-jalan, iam back, rumor

🥧61🥧

Setelah memberikan liontin itu kepada Fang Yusheng, Qiao Jiusheng bergegas ke atas untuk menghapus riasannya dan mandi.

Fang Yusheng memanggil Qi Bufan. "Pergi beli kalung untuk liontin ini."

Qi Bufan melihat liontin itu dan tidak bertanya lebih jauh. Dia berbalik dan pergi untuk membeli rantai.

Sementara itu, Fang Yusheng pergi ke ruang meditasi dan mempersembahkan dupa kepada Bodhisattva.

Dia menyatukan kedua telapak tangannya dan berkata, “Bodhisattva, saya akan menghentikan pemujaan saya.”

Dia akhirnya menemukan imannya. Sekarang, meninggalkan agama Buddha dan kembali ke dunia fana adalah jalan yang benar baginya. Fang Yusheng meninggalkan ruang meditasi, lalu berkata kepada Bibi Jin, "Bibi Jin, tolong bakar dupa untuk Bodhisattva dengan interval tetap setiap pagi dan sore."

Bibi Jin bertanya dengan heran, “Tuan Muda Yusheng, ada apa? Bukankah kamu sendiri yang melakukan semua ini di masa lalu?”

Fang Yusheng melengkungkan bibirnya dan menjawab, "Tidak di masa depan."

Setelah mengatakan itu, dia naik ke atas, meninggalkan Bibi Jin yang berdiri sendirian di pintu masuk ruang meditasi, tampak seperti biksu yang kebingungan.

***

Ketika dia berbaring untuk tidur di malam hari, Qiao Jiusheng memikirkan kata-kata Qiao Yunfan.

Kakek berkata dia bermimpi bahwa saya meminta bantuan. Dia bermimpi bahwa lidah saya dipotong.

Setelah memikirkan banyak hal dengan linglung, Qiao Jiusheng tertidur.

Fang Yusheng menahan makan di rumah utama. Setelah jam sepuluh, dia makan malam. Kemudian, dia naik ke atas untuk memanggil Qiao Jiusheng untuk makan malam juga. Tepat saat dia mendorong pintu, dia mendengar dia menangis. Ini mengejutkan Fang Yusheng, dan dia mempercepat langkahnya menuju tempat tidur.

Karena situasi Qiao Jiusheng, dia mengambil langkah lebih besar dari biasanya. Dia membuat kesalahan saat berjalan dan secara tidak sengaja membenturkan kepalanya ke layar.

Fang Yusheng menggosok kepalanya dan menenangkan diri sebelum melanjutkan berjalan ke tempat tidur.

Suara tangisan Qiao Jiusheng tidak berhenti. Dia menangis dan membisikkan sesuatu.

Fang Yusheng meraba-raba di sekitar tempat tidur. Dia akan membangunkannya ketika dia mendengar dia berkata, “Kakak, jangan potong lidahku. Tolong, jangan potong lidahku!”

Permohonan Qiao Jiusheng dipenuhi dengan ketakutan dan keputusasaan.

Tangan Fang Yusheng mendarat di Qiao Jiusheng. Dia tidak bisa melihat ekspresinya, tapi dia bisa merasakan tubuhnya gemetar.

Dia menggerakkan tangannya ke wajah Qiao Jiusheng dan merasakan sedikit kelembapan.

Hatinya sakit. Fang Yusheng dengan cepat membungkuk dan memeluk Qiao Jiusheng.

Qiao Jiusheng masih menangis, tetapi dia tidak berbicara lagi. Namun, dia terus mengeluarkan tangisan yang menyakitkan dan terputus-putus. Suara itu seperti tangisan kesakitan yang bisu. Dia tidak bisa menangis bahkan jika dia mau.

“Ah Sheng, jangan takut. Jangan takut. Itu hanya mimpi buruk.”

Tidak peduli bagaimana Fang Yusheng menghiburnya, Qiao Jiusheng tidak bangun dari mimpi buruknya.

Fang Yusheng tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Dia memikirkannya dan menyenandungkan sebuah lagu.

Dalam mimpinya, Qiao Jiusheng berlutut di tanah, menjambak rambutnya, dan menangis sedih. Namun, tidak peduli berapa banyak dia berteriak, dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya darah yang keluar dari mulutnya. Dia sangat kesakitan sehingga dia ingin mati.