5. Di Lantai Atap

0 0 0
                                    

Kemarin sudah selesai melaksanakan pengenalan lingkungan sekolah. Dan hari ini sudah mulai pembelajaran. Mapel untuk jam pertama dan kedua adalah bahasa indonesia, sedangkan jam ketiga adalah matematika. Ya walaupun baru awal-awal masih santai, pasti harus memperkenalkan diri lagi. Ah, membuang energiku saja. Selain itu yang kupikirkan adalah nanti istirahat aku harus mendatangi lantai atap. Ingin sekali rasanya memiliki tempat tersembunyi, tapi sepertinya tidgak tersembunyi. Pasti orang-orang juga tahu kalau sekolahan ini ada rooftop. Hanya saja yang kuherankan kenapa hanya gedung bagian barat yang berisi kantor dan fasilitas-fasilitas pendukung. Sedangkan gedung-gedung untuk proses belajar tidak memiliki lantai atap. Tapi ya entahlah mungkin karena lantai atap tidak terlalu dibutuhkan. Sekarang lebih baik fokus belajar saja deh.

Setelah tadi memperkenalkan satu persatu, Bu Amalia memulai pelajaran di pagi hari ini. Beliau masih muda, tapi mungkin sudah kepala tiga. Tutur katanya menyiratkan bahwa dirinya seorang yang lemah lembut, ramah dan bijak. Gaya mengajarnya juga tidak membosankan. Aku suka itu. Kemudian pelajaran pun berganti, sama seperti tadi memperkenalkan diri. Mungkin seminggu ini akan seperti itu.

Pelajaran pagi ini selesai, akhirnya istirahat juga. Aku keluar kelas yang sudah membludak sejak terdengar bel istirahat. Segera kumenaiki tangga pojok luar kelas menuju kelantai dua. Melewati kantin yang sudah ramai, tapi lebih ramai kantin bawah sih. Hm, tau juga sih. Yaudahlah ya. Aku menaiki tangga menuju lantai tiga sambil membawa bekal yang disiapkan Mbok Marsih. Kuedarkan pandangan mencari-cari tangga menuju lantai atap. Ah ternyata ada diujung ruang musik. Langsung kumenginjak anak tangga satu persatu. Mungkin sekitar 20-an anak tangga. Lalu kubuka pintu, oh syukurlah tidak dikunci. Sepi, tidak ada orang. Bagus. Ternyata pemandangannya cantik juga. Eh, ada bangku juga toh. Aku duduk dan mulai menikmati bekalku. Walaupun istirahat pertama, aku sudah sangat lapar karena tidak sempat sarapan. Disaat kegiatan makanku, aku merasa diawasi. Saat ku tengok tidak ada orang sama sekali. Kok agak horor ya, untungnya aku membawa headset dan langsung aku memainkan lagu favoritku judulnya "Memories" yang menjadi salah satu soundtrack dari anime One Piece. Aku tidak menonton anime itu sih, hanya tahu lagunya dan sedang cari cover versi indonesianya. Setelah makan aku hanya memandangi sekitar menikmati angin yang berhembus lembut sambil mendengarkan lagu tadi yang kuputar ulang. Dalam hati kubertanya. “Apakah aku bisa merasakan kebahagiaan? Apakah impianku bisa aku wujudkan?” dan selalu seperti itu.

Akhirnya aku kembali ke kelas. Lantai atap lumayan bagus pemandangannya. Ya, aku memutuskan untuk menjadikan tempatku menyendiri. Sambil menuruni tangga aku berpikir nanti istirahat kedua aku berencana ke lantai atap lagi, penasaran juga karena seperti ada yang mengawasiku tadi. Duh, jadi kepikiran. Jangan-jangan tempat tadi udah ada yang punya lagi. Hmm, entahlah.

“Eits. Dari mana Er? Tadi aku ke kelasmu ngga ada. Ih, makan bekel nasi nggak ajakin sih” tanya Dira.

“Hehe iya nih. Iya maafin ya” ucapku sambil nyengir kuda. Biar cuma aku aja deh yang tau lantai atap.

“Ah kamu mah Er, jahat deh. Nih lain kali ya...” belum sempat ngomel bel masuk berbunyi. Huh terselamatkan deh.

“Eeeh. Udah bel masuk, ke kelas dulu ya Ra. Baaayyy...” ucapku sambil berlalu dan Dira masih menunjukkan ekspresi kesalnya.

Aku mengikuti pelajaran kembali dan seperti tadi, guru yang baru pertama kali pertemuan meminta setiap murid memperkenalkan diri. Kalau begini bisa-bisa hafal dalam sehari untuk seorang sepertiku yang sulit mengingat. Ah, kalau aku sendiri mudah untuk menghafal nama seseorang. Tapi, sulit untuk mengingat wajah mereka. Ah, sangat sulit. Lebih baik aku mengerjakan soal rumit daripada harus mencocokkan nama sesuai wajah mereka dengan benar.

Oh, pelajaran kali ini kelemahanku. Ya, PPKn. Yah walaupun ada bab tentang sejarah karena aku menyukai sejarah. Namun pelajaran ini sedikit tidak kusukai apalagi bagian tentang bab politik atau tentang tata negara. Pokoknya yang pemerintahan gitulah. Walaupun begitu bukan berarti aku tidak mempelajarinya ya. Terkadang hal yang tidak kita sukai adalah hal yang paling membuat kita sadar, bahwa semua itu sama rata tinggal bagaimana sudut pandang kita saja untuk menyikapinya. Ah, bullshit banget ya aku. Hahaha...

Memang diawal-awal ini pelajaran masih santai dan sejauh ini belum ada perintah tugas apalagi tugas berkelompok. Jika tugas berkelompok pastinya aku menjadi opsi terakhir, aku sudah bilang belum ya? Satu kelas berisi 32 murid. Ya begitulah, mungkin di kelas kalian sama juga. Ah jadi agak mengantuk, tapi aku tahan. Karena aku tahu, duduk di paling belakang dan pojok begini pasti malah sangat terlihat jelas. Hm, depanku cowok dengan model rambut kupikir semacam aktor jepang, bisa dibilang juga meniru gaya idol-idol korea gitulah. Kalian pasti tahu itu. Sedangkan di samping kananku ada cewek dengan tubuh berisi. Ah, jangan berpikir aneh-aneh tentang ucapanku, bukan body shaming ya. Aku hanya menjelaskan ciri fisiknya. Dia cantik, wajahnya imut dengan rambut bergelombang dikucir dua. Sembari memperhatikan penjelasan guru, aku melirik jam tangan. Yeay, bentar lagi istirahat kedua. Biasa lebih lama kan waktunya. Aku bisa ke rooftop lagi, kebetulan lagi halangan jadi aku ngga ke masjid dan harus cepat. Kalau ketahuan Dira malah ikutan nanti.

Kriiiiinggg... kriiiiinggg... kriiiiinggg... .

Akhirnya bel berbunyi juga. Aku langsung keluar kelas dan pastinya melewati kelasnya Dira. Aku langsung aja ikut berdesakan dengan murid lain sambil mendekap novel. Sesampainya di lantai atap, duduk ditempat tadi pagi, pasang headset, baca buku. Terlalu asik membaca, aku terkesiap. Kukira ada orang, ternyata angin kencang baru saja melewatiku. Kulihat jam tanganku, sudah 20 menit aku disini. Balik kelas ajalah pikirku, ya karena lumayan jauhlah. Kubereskan barangku lalu menuju pintu dan ternyata disana berdiri seorang siswa. Pasti kakak kelas sih, soalnya pakai seragam SMA. Setelah kulihat lagi wajahnya, loh eh kok mirip yang di perpustakaan kemarin. Ah, ngga tau. Buru-buru aku melewatinya menuju pintu. Tapi, sebelum itu...

“Nama siapa? Nama lo” tanyanya dengan nada dingin.

“Untuk apa tanya namaku?” tanyaku balik. Jujur aku takut dan nggak mau bikin masalah. Apalagi ini baru hari kedua masuk sekolah. Ah, tolong

“Ya biar gue tau. Lo kan yang kemaren liat gue di perpustakaan kan?” jelasnya. Hah, dia masih inget sih.

“Jadi, siapa nama lo?” tanyanya lagi karena melihatku diam bengong.

“Erika” jawabku singkat, toh pikirku satu sekolah ini.

“Oh. Yaudah, asal lo tau. Tempat ini sering gue pake” ujarnya.

“Oh maafin kak, aku beneran ngga tau. Kemarin penasaran aja terus hari ini coba cek. Ternyata tempatnya nyaman, pemandangannya juga bagus” jelasku panjang amat deh.

“Ok nggak masalah. Cuma kaget aja, nggak biasanya ada orang mau kesini. Biasa mereka ada di dalem gedung” jelasnya lagi dan tiba-tiba main keluar aja, eh maksudnya masuk gedung.

Wah, nggak ngerti lagi sih aku. Pantesan tadi pagi kayak ada yang ngawasin ternyata emang bener. Lah malah aku nggak nanya nama dia. Tapi lihat name tag sih namanya Dimas, anak XI IPA 1.







A / N

Hai aku balik lagi, maaf ya minggu lalu ngga update.

Semoga kalian suka 🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hembusan Angin di TokyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang