Pemberontakan Dari Dalam.

59 6 0
                                    

Randini menatap temannya dengan kebingungan, sementara Philip berusaha mengusir burung hantu itu dari bahunya. Setiap Philip melambaikan tangannya, burung hantu itu terbang ke udara sebentar, lalu kembali lagi ke bahunya.

“Philip! Apa yang kamu pikirkan saat mengirim surat itu ke tuan putri?”

“Apa maksudmu Randini? Siapa bilang aku yang mengirimnya?” 

“Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu? Aku memang tidak tahu isi suratmu, dan aku tidak tertarik juga dengan isi suratnya. Tapi kamu salah kalau kamu berpikir tuan putri akan memperhatikanmu.”

Saat mendengar teriakan Randini, burung hantu itu akhirnya ketakutan dan terbang menjauh. Philip berpura-pura tidak mendengar Randini dan mengurus kuda-kuda kerajaan.

“Philip, kamu dengan aku kan?” 

Philip berusaha memberi isyarat pada Randini untuk diam karena Tamara sedang berjalan ke arah mereka. Tapi, itu hanya membuat Randini lebih marah.

“Kamu tidak boleh main-main! Intinya, jangan kirimkan surat lagi!”

Tamara cukup dekat untuk bisa mendengar sebagian percakapan mereka. “Surat apa maksudmu, Randini?” Tamara melipat tangannya di depan dada, sambil mengerutkan keningnya. 

“Semoga ini tidak ada hubungannya dengan ku atau surat tadi pagi.” Tukas Tamara. 

Mendengar suara sang putri, Randini perlahan-lahan berbalik dan membungkuk. Randini kikuk harus membalas apa, “Benar tuan putri, ini tidak ada hubungannya dengan nona…ugh! Eumm.. tadi saya hanya menceramahi teman saya.” Randini menunjuk ke arah Philip Agrarim. Philip yang ditunjuk hanya diam ditempat dan menatap Tamara tanpa bersuara.

“Temanmu? Siapa namanya?”

Philip tiba-tiba membungkukkan dirinya, “Tuan Putri, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Philip, seorang pengurus kuda dan saya sudah bekerja dengan raja selama setahun.”

“Ah begitu, senang bertemu denganmu, Philip. Maaf aku belum mengenalmu sebelumnya, aku jarang keluar dari istana. Tapi aku janji akan lebih sering melakukannya.”

“Nona bisa meminta saya menemani jalan-jalan di sekitar istana jika diperlukan. Nona tidak seharusnya jalan-jalan sendirian.” Randini membungkuk.

“Kita dikelilingi dinding-dinding istana yang tebal dan kokoh - apa yang mungkin terjadi padaku?” 

“Randini, tuan putri benar. Disini benar-benar sangat aman.” Philip mengikuti alur pembicaraan tersebut.

“Emm.. nona, saya ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan nona.” Sang putri belum sempat menjawab permintaan Randini, saat Philip menyelanya.

“Permisi.. Saya harus pergi, dan saya harus kembali bekerja.” Sang putri tersenyum dan mengangguk. “Aku mengerti, Philip. Lagipula laki-laki tidak tertarik dengan obrolan wanita bukan?”

“Tidak begitu tuan putri, saya tidak seperti yang lain.”

“Jadi, apa bedanya kamu dengan laki-laki lainnya?”

“Saya suka bercerita dan bisa mendengarkan dengan baik..-” Randini memotong omongan Philip, “Ya…memang..Philip laki-laki yang baik. Dia hanya harus belajar untuk menutup mulutnya.”

“Sudah-sudah, jangan terlalu keras padanya Randini. Teman-teman mu juga sekarang adalah teman-temanku dan mereka bisa bebas bicara dan bercerita denganku!” Wajah Randini bersinar-sinar saat mendengarnya. Tamara menganggap temannya sebagai teman sang putri. Tidak jauh sifatnya dari sang kakak, Arinta Wangsa. Mereka berdua memang selalu diajarkan selalu menghormati semua orang dan tidak memandang derajat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUEENDOM | WONYOUNG & SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang