Makan Malam

190 44 27
                                    

Mematut diri di depan cermin, Reena memberikan sentuhan terakhir untuk penampilannya dengan memoles lipstik merah maroon di bibirnya.

Katanya ini makan malam kali ini sangat spesial karena Reena akan bertemu dengan calon suaminya. Karena itu Reena juga menyiapkan diri sebaik mungkin, dia tersenyum menyaksikan penampilannya yang terlihat seperti seorang penyihir. Gaun hitam berlengan panjang menjadi pilihannya malam ini.

"Aku yakin, si bungsu itu akan langsung menolak perjodohan ini begitu melihat penampilanku hehehe..." Reena tersenyum puas melihat penampilannya.

"Reen, apa kamu sudah siap Nak?" Nyonya Diratama membuka pintu kamar putrinya, kedua matanya lantas membulat sempurna melihat penampilan Reena yang jauh dari kata cantik.

"Astaga Tuhan. Apa yang kamu lakukan? Cepat hapus riasanmu itu!" Nyonya Diratama melangkah masuk, mengambil kapas dan menuang cairan micellar water. Dengan cepat wanita itu berusaha menghapus riasan di wajah ayu putrinya.

"Biar Mama yang mendadanimu." ujar Nyonya Diratama sambil memaksa putrinya itu untuk duduk dan mulai menghapus riasan menor di wajah Reena.

"Maaaaa aku sudah berusaha dandan dengan cantik!" keluh Reena dengan bibirnya yang manyun.

"Cantik katamu? Kamu terlihat seperti penyihir, Nak!"

"Penyihir itu cantik Mama."

"Ya Tuhan. Dosa apa aku dan suamiku, hingga Engkau mengutuk kami dengan memiliki seorang putri aneh begini..." gumam Nyonya Diratama sambil terus menghapus riasan putrinya secepat yang ia bisa.

Reena mendengkus malas. Memilih memejamkan kedua matanya dan pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh sang Ibu pada wajahnya.

***

Mobil mewah keluarga Sayilendra memasukin halaman rumah keluarga Diratama. Arki menghela napas lelah. Dalam hati, pemuda berusia awal tiga puluh tahun itu tak henti menyuarakan sumpah serapah untuk dirinya sendiri.

Kenapa dia harus menjadi anak baik yang penurut? Semasa sekolah Arki ini cukup berandalan loh!

Apa karena usianya yang sudah dewasa, membuat dirinya menjadi anak penurut? Shit, menggelikan sekali.

Jika sekarang dirinya kabur, apakah masih bisa?

Bisa.

Bisa-bisa dia dibunuh oleh sang Ayah.

Membuka pintu mobil, Arki dengan pasrah mengikuti langkah kaki kedua orang tuanya memasuki rumah mewah milik keluarga Diratama sambil mengancing jasnya. Malam ini —menuruti keinginan sang Ibu, Arki mengenakan pakaian formal setelan berwana hitam. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, membuat penampilannya terlihat seperti pria dewasa yang mapan.

Menoleh ke kiri dan ke kanan, Arki menilai arsitektur rumah mewah keluarga Diratama. Rumah keluarga Diratama tidak semewah rumah keluarganya, beberapa sudut ruangan masih bergaya tradisional khas Jawa. Beberapa karya pelukis terkenal terpajang di dinding, ada juga jendela besar yang menghadap langsung ke arah kolam renang terbuka di belakang rumah.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya Sayilendra," sapaan hangat itu menyambut keluarga Arki begitu memasuki ruang keluarga.

"Selamat malam, jangan terlalu sungkan begitu. Kita akan segera menjadi keluarga." balas Nyonya Sayilendra dengan ramah.

Arki tersenyum tipis saat wanita yang seusia dengan sang Ibu menatapnya.

"Nak Arki ya?" panggilnya dengan nada lembut.

Arki mengangguk, sedikit membungkuk sebagai rasa hormatnya. "Selamat malam Nyonya, saya Arki." ujarnya mengenalkan diri dengan sopan.

Nyonya Diratama tersenyum, dalam hati menganggumi sikap pemuda itu. "Mari silahkan," ucapnya sambil menuntun keluarga Sayilendra menuju ruang makan.

Terlihat Tuan Diratama datang bersama putrinya, tersenyum ramah menyambut keluarga Sayilendra di ruang makan.

Arki menggigit bibir bawahnya, sorot matanya menilai penampilan putri keluarga Diratama dari atas hingga bawah.

'Sial! Pantas saja Bunda bilang aku akan langsung jatuh cinta pada calon istriku. Ternyata dia Reena! Model majalah ternama. Mana bisa aku menolak perjodohan ini.' Arki membatin menatap calon istrinya tanpa berkedip.

Nyonya Sayilendra menyikut suaminya, memberi kode untuk memperhatikan putra bungsu mereka yang terpesona menatap calon istrinya. Pasangan itu pun terkekeh pelan melihat reaksi putra mereka.

"Selamat malam, saya Reena." sapa putri keluarga Diratama sambil tersenyum ramah, nada bicaranya lembut dan gerakan tubuhnya begitu anggun. Perempuan itu mempersilahkan Tuan dan Nyonya Sayilendra untuk duduk, memakaikan serbet dan menuangkan wine digelas mereka.

"Arki?" panggil Nyonya Sayilendra menyadarkan putranya yang masih berdiri diam di tempatnya.

Kedua mata monolid pemuda itu mengerjap kaget. Berdehem kecil, ia lantas menarik kursi di dekat sang Ibu dan duduk manis di sana, berseberangan langsung dengan putri Tuan Diratama.

"Nah Arki, ini Reena calon istrimu." Tuan Sayilendra membuka pembicaraan. "Dan Reena, ini Arki. Dia yang akan menjadi calon suamimu."

Reena menatap Tuan Sayilendra, lalu bergulir pada Arki. Kedua mata monolid Arki masih memperhatikan Reena.

Menarik sedikit sudut bibirnya, Arki tersenyum pada Reena.

Reena memperhatikan wajah Arki sesaat, lalu mengangguk sebagai balasan.

Arki menelan salivanya kasar, 'Apa aku baru saja diabaikan?' tanyanya dalam hati.

Reena hanya menatapnya, lalu mengangguk kecil. Perempuan itu tidak tersenyum, tidak juga terpesona pada ketampanannya —yang biasanya membuat para gadis tersipu malu. Reena terlihat tenang, wajahnya sama sekali tidak merona.

'Sial! Apa hanya aku yang terpesona padanya?' Arki tak bisa berhenti mengumpat dalam hati.

Acara makan malam keluarga dimulai, pembicaraan seputar bisnis masih menjadi topik utama —selain perjodohan Reena dan Arki. Duduk berhadapan dengan Arki, membuat Reena mau tak mau melirik pemuda itu. Saat suara beratnya terdengar menanggapi para Ayah yang meminta pendapatnya, juga suara tawanya yang begitu khas.

"Arki, bagaimana makanannya? Apa kamu suka? Karena Reena kepingin makan sushi, jadi itu yang kami sajikan." tanya Nyonya Diratama dengan nada lembut.

Arki tersenyum, lalu mengangguk pelan. "Aku menyukainya Nyonya, dan kebetulan aku juga suka sushi."

"Oh ya? Lalu apa lagi makanan yang Nak Arki suka?" tanya Nyonya Diratama dengan nada penasaran. Wanita berusia awal kepala lima itu ingin mengetahui banyak tentang calon menantunya.

Arki meletakan peralatan makannya, wajahnya terlihat berpikir. "Apa ini tentang makanan?" tanyanya.

Nyonya Diratama mengangguk membenarkan.

"Aku suka sushi, mie dan selain itu ..." Arki melirik ke arah Reena yang duduk diseberangnya. Pemuda itu lantas menarik sedikit sudut bibirnya, lalu melanjutkan kalimatnya. "Sepertinya aku juga menyukai putrimu, Nyonya."

Seluruh orang di ruang makan sontak tertawa, kecuali Reena yang terlihat syok mendengar ucapan Arki.

'Oh sial. Dia seorang bastard!' maki Reena dalam hati. Kedua tangannya menggenggam erat peralatan makan, matanya melihat Arki dengan pandangan tak terbaca.

'Apakah dia tersipu malu? Atau marah? Sialan!!! Apa arti tatapan itu?!!!' Arki bertanya-tanya dalam hati. Reena dihadapannya ini terasa berbeda dengan Reena yang dikenal oleh publik.

•• TO BE CONTINUED ••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•• TO BE CONTINUED ••

Ma FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang