hari 0²

2 1 0
                                    

"Vio, aku senang kau bisa kembali bekerja Bagaimana kabarmu?" Nigel. Seorang pria yang memiliki wajah tampan. Kami sebagai barista. Bekerja tanpa henti. Mungkin hanya aku, Nigel mempunyai tempat pulangnya sendiri.

"Aku baik, kau menghawatirkan ku?" Aku tersenyum dengan lembut, senang rasanya jika Nigel bersikap ramah seperti ini. Dia seperti mempunyai ke-pribadian  ganda. Sifatnya benar-benar berubah 99%. Detik ini manis, menit berikutnya pahit.

"Kau sudah ku anggap adik ku sendiri, tidak ada kata aku tidak menghawatirkan mu. Beristirahat dengan sekejap jika kau benar-benar lelah. Aku tidak ingin kau sakit seperti saat-saat sebelumnya."

"Astaga Nigel, iya-iya. Kamu bawel sekali." Aku terkekeh sendiri melihat nya. "Aku akan menjaga tubuhku dengan baik kali ini, aku berjanji"

"Ah baiklah- baiklah, aku percaya padamu."

"Hari sudah sore, kau tak ingin pulang?"

Nigel melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kau benar, sudah pukul 17.56. aku akan bersiap untuk pulang." Ia membuka mulutnya kembali dengan tatapan bertanya. Aku yang paham langsung tersenyum dan menjawab nya.

"Tidak, aku akan menginap disini seperti biasa."

Dia mengangguk, tersenyum hangat, lalu mengusap kepalaku. "Hati-hatilah disini, saat malam datang, jangan pernah mencoba untuk keluar malam sendiri. Jika ada apa-apa cepat hubungi aku."

Lagi-lagi hatiku menghangat, aku memegang tangannya yang besar. Ku genggam dengan lembut dan tatapan yang menatap matanya teduh. "Aku akan menuruti apa yang kau ucapkan, aku selalu bersyukur telah bertemu denganmu disini. Terimakasih Nigel."

Huh.....

Aku mulai merebahkan tubuhku pada kasur lantai yang tipis. Aku ingin berteriak. Rasanya aku sudah setres.

Seperti biasa, pikiran ku melayang pada keluarga ku. Aku merindukan mereka. Padahal belum ada satu hari aku disini. Memang begitu, dasar aneh.

Memijat pelipis ku dengan perlahan, pusing kembali menyerang. Aku keluar dan berjalan dengan langkah tak tau arah. Jalanan yang sepi tanpa kendaran membuat ku sedikit tenang, dan merinding tentunya.

Pukul 22.43.

Aku mengingkari ucapan mu pada Nigel tadi sore.

Sebuah cahaya datang, silau dari pandangan ku. Aku menyisi pada trotoar jalan, berharap aku bisa selamat dan menyingkirkan pikiran ku tentang hal-hal buruk.

Brakk...

Aku bernafas dengan lega, tubuhku masih sama seperti tadi. Tak ada benda yang menyentuh kulitku. Perlahan menunduk untuk melihat apa yang menyirami kaki ku. Tak ada hujan, tapi cairan ini sedikit kental. Dengan mata masih terpejam, aku melihat ke bawah.

Darah?

Dengan rasa yang berdebar aku menjelaskan pandangan ku ke depan. Sebuah bus yang terguling dengan banyak penumpang yang sudah berserakan dimana-mana.

Melihat lagi ke bawah, ternyata darah anak laki-laki berseragam SMA dengan logo XII di atas tangan sebelah kanannya. Hingga nafas rasanya tercekat, dan lupa apa yang terjadi setelah.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa Lalu Violetta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang