01 AZKAVA | Arena Balap

9 5 1
                                    

Angin berhembus dengan kencang, menerpa wajah tampan lelaki yang sedang memejamkan matanya. Dia menghembuskan nafas pelan. Membuka matanya dan menatap hamparan laut dibawahnya. Dia berada di atas tebing–sendirian.

Ia menghembuskan nafasnya berulang kali, mencoba menerima kehidupannya yang terasa berat. Mulutnya terkekeh pelan mengingat betapa buruknya kehidupan yang selama ini dirinya jalani. Ia mengeratkan lagi jaket levis itu pada tubuhnya.

Miss you, Mom.”

Setelahnya dia beranjak meninggalkan tempat itu. Mengendarai motor sport nya dengan kecepatan tinggi. Tak mempedulikan dinginnya udara sore yang menembus jaketnya, hingga mengenai kulit putihnya.

Sesampainya di apartemen pribadi miliknya, dia bergegas menuju kamar mandi, membersihkan badannya yang terasa lengket. Pukul 20.43 wib. Ah, sepertinya dia melewatkan makan siangnya terlalu lama. Untuk itu dia menuju dapur dan memasak alakadarnya.

Ting!

Arbian

|Balapan. Jam 11 tempat biasa.

Hm.|

Setelah membaca pesan singkat itu, dia langsung menuju kamar dan mengambil jaketnya. Tak lupa mengambil kunci motor yang tergantung di dinding kamarnya.

Melajukan motornya menuju basecamp–hanya tempat tongkrongan biasa. Tak lama dia sampai di rumah sederhana yang lumayan luas. Terdapat banyak motor di halaman rumah, banyak anak laki-laki di warung yang tak jauh dari sana. Setelah memarkirkan motornya, dia langsung saja masuk kedalam rumah yang pintunya terbuka lebar.

“Azka!”

Azka, lelaki itu mengangkat satu tangannya tanda menyapa teman-temannya yang ada di sana.

“Tumben datang jam segini?” tanya Arbian Mahesa.

Azka mendudukkan dirinya di sebelah Bian. “Pengen aja.”

Bian hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Sementara Azka memejamkan mata, bersandar pada sofa, dan menaruh satu lengan untuk menutupi matanya. “Nanti bangunin,” gumamnya yang dapat didengar Bian, dan dibalas anggukan olehnya. Meskipun dia yakin Azka tak melihat.

●●●

Sirkuit tampak ramai. Tak hanya para lelaki, para perempuan pun berada di sana. Untuk apa lagi kalau bukan melihat sang raja jalanan turun langsung di arena. Di sana terlihat Azka dengan pakaian serba hitamnya menaiki motor sport black-red miliknya. Disampingnya terdapat lawan balapnya malam ini, Reno. Jika kalian berfikir mereka bermusuhan, maka jawabannya, tidak. Mereka malah terlihat sangat akrab.

1..

2..

3..

DORR!!

Setelah tembakan diudarakan, Azka dan Reno sama-sama melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Saling membalap di setiap tikungan. Untuk sementara Reno berada diposisi pertama, meninggalkan Azka yang berada tak jauh darinya. Putaran kedua Azka memimpin dengan Reno berada sepuluh meter dibelakangnya. Dan putaran terakhir, mereka imbang dengan Azka dan Reno yang sama-sama melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Garis finish berada 100 meter di depan mereka. Dengan kecepatan penuh Azka menambah gigi motornya.

Wushh!!

DORR!!

Bunyi tembakan itu menyadarkan mereka semua. Lagi dan lagi, Azka si raja jalanan memenangkan balapan kali ini. Sudah tak heran lagi mereka melihat hal seperti ini. Azka membuka helm yang menutupi kepalanya, dia menoleh ke kiri dimana Reno berada. Mengepalkan tangannya dan disambut tawa oleh Reno, mereka ber-high five.

“Selamat bro!”

Azka menganggukkan kepalanya dengan wajah datar miliknya. Bian dan teman Azka lainnya menghampiri mereka berdua, memberikan selamat.

“ANJIR GUE KIRA BOHONG, TERNYATA BENER NIH HADIAHNYA APARTEMEN?!!” teriak Juki -sahabat Azka.

Reno tertawa mendengarnya. “Iyalah! Ya kali gue bohong sama kalian.”

“Duit juga?” tanya Bian.

Reno menoleh menatap Bian lalu mengangguk. “Uangnya udah sama Azka, noh!”

“WOOOO!!! MAKAN-MAKAN GUYS!!!” seru Topan -sahabat Azka yang sifatnya 11-12 dengan Juki.

Azka tersenyum kecil, senang jika melihat para sahabatnya juga senang. Dia menatap teman-temannya yang ikut ke sirkuit, tidak banyak –hanya sekitar 24 anak. Dia tidak membawa seluruh anggota geng-nya.

Kalian tahu? Azka mempunyai geng yang sudah 2 tahun ini dipimpin olehnya. Banyak lika-liku yang mereka lalui bersama, susah-senang, jatuh-bangun, sudah tak asing lagi bagi mereka. Bukan bos dengan babu, melainkan teman dengan teman. Mereka saling merangkul. Tidak ada kata sungkan diantara mereka. Tapi, tetap saja mereka menghargai Azka sebagai ketua mereka, sebagai pemimpin mereka, walau Azka menyuruh mereka untuk menganggap dirinya sama tapi, mereka tetap kekeh dengan pendiriannya.

“Cabut!” titah Azka mengalihkan perhatian mereka.

Mereka semua kembali ke basecamp tadi. Tak lupa beberapa kresek makanan ringan hingga berat, tentu saja Azka yang mentraktir mereka. Azka mendudukkan dirinya di single sofa depan televisi. Mengambil kaleng soda, meminumnya dengan sekali teguk. Melihat sekeliling, terlihat teman-temannya yang makan dengan senda gurau, terlihat bebas.

Azka berdiri dan berpindah tempat ke sofa yang lebih panjang. Menidurkan badannya, menutupi wajahnya dengan jaket yang telah ia lepas. Kakinya menyenggol Bian yang kebetulan duduk di karpet berbulu. “Balik, bangunin,” ucapnya. Bian menoleh lalu mengangguk dengan mulut penuh makanan. “Yoi!”

“Kenapa si bos?” tanya Topan mengedikkkan dagunya ke Azka yang tertidur.

Bian mendongak. “Capek kali.”

“Ohh,” gumam Topan. “Jagung bakar enak kali ya?”

Juki yang berada di depan Topan langsung menonyor kepalanya. “Makanan masih banyak. Gak usah maruk!”

Topan meringis pelan. “Iya-iya! Orang bercanda juga.”

“Nyenyenyee!”

Bian bergidik. “Kek cewek aja lo!” ucapnya pada Juki. Membuat mereka yang berada di basecamp tertawa.

“Sttt… si bos bangun nanti!” ucap Diki tiba-tiba, membuat mereka diam seketika.

Azka menggeliat saat ada yang menepuk-nepuk kakinya, dia melihat kebawah, terlihat Bian yang menepuk kakinya dengan keras. "Hm?"

“Pulang. Udah jam 2.”

Azka hanya berdehem singkat. Berdiri dan memakai jaketnya, membenarkan jam tangannya yang miring, lalu mengacak rambutnya dan menyisir kebelakang. Melihat sekeliling, ternyata teman-temannya sudah banyak yang pulang, hanya ada beberapa anak yang mungkin menginap disini. “Duluan!” ucap Azka pada teman-temannya yang masih ada di basecamp.

Mereka semua mengangguk.

Azka melajukan motornya dengan santai, dibelakangnya ada Juki dan Bian yang kebetulan searah dengannya. Di perempatan Azka membunyikan klaksonnya, dirinya belok kanan, sedangkan Bian dan Juki jalan lurus.

Setelah sampai, Azka menghempaskan tubuhnya ke sofa, mengambil air yang ada dimeja, lalu meneguknya dengan cepat. Dia berdiri, berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya–tidak mandi, hanya membersihkan diri saja.

Berjalan menuju kasur, lalu dengan cepat ia merebahkan dirinya di samping seseorang yang tertidur di kasur king size nya. Memeluk orang itu dengan erat, mencium dahi dan kedua pipinya. “Sleep tight, baby.”

oOo—

AZKAVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang