03 AZKAVA | Muach!

2 4 1
                                    

Sorenya, Alina terbangun dan mendapati dirinya di kamar. Dia melihat sekeliling lalu mengangguk pelan, dia berada di kamar Azka -lebih tepatnya kamar apartemen Azka. Alina menuju kamar mandi yang ada di sana, tak lupa mengambil bajunya yang tertata rapi di lemari Azka. Setelah selesai, Alina keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit rambutnya, dia menggosok-gosok rambutnya dengan handuk. Menatap wajahnya di cermin dengan raut datar, lalu melanjutkan menggosok rambutnya.

Alina menuju dapur—setelah menggantung handuknya di balkon kamar Azka—lalu membuka kulkas dan melihat bahan-bahan apa yang bisa dimasaknya. Telur ceplok? Sepertinya tidak buruk. Nanti dia akan menelpon Azka agar saat pulang membawa makanan untuknya. Sambil menggoreng telur, Alina memotong-motong buah mangga, lalu memasukkan kedalam blender kecil yang sudah ia siapkan. Menekan tombol on lalu menunggunya sembari membalik telur yang digorengnya.

Setelah selesai Alina membawa makanannya menuju ruang tengah, menyalakan televisi dan menikmati makanannya dengan santai. Handphone yang Alina letakkan di atas meja itu berdering, ada yang meneleponnya. Setelah melihat siapa si penelpon, Alina dengan segera mengangkatnya.

Azkava. A.

“Hm?”

Mau apa?

“Biasa,” jawab Alina

Apa?

Alina meneguk jus mangga nya. “Bakso, seblak, martabak, boba?”

Ok.

“Hm.”

Tutt.

Sesingkat itu? Ya, kalau bisa singkat kenapa harus panjang-panjang? Buang-buang waktu, pikir Alina.

Alina merebahkan dirinya di sofa sembari melihat televisi yang menayangkan kartun dua botak favoritnya. Entahlah meskipun dengan raut datarnya, Alina dapat menikmati acara menontonnya. Rosalina Amberley, dia bukan anak yang humoris tapi, dia bisa mengubah suasana dengan wajah datar andalannya. Bukan, bukan karena seseorang ataupun apa. Dia memang seperti ini sejak kecil—dingin dan cuek—apalagi jika berhadapan dengan orang yang tak disukai, terkadang dia akan mengeluarkan kata-kata mautnya.

Pintu apartemen terbuka, menampakkan lelaki berpawakan tinggi yang menenteng beberapa kresek berisi makanan. Alina meliriknya sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada televisi. “Sekalian, mangkuk,” ucapnya pada Azka yang menuju dapur.

Meletakkan tiga mangkuk dan 2 gelas pada meja, Azka mendudukkan dirinya di karpet berbulu, menghadap televisi. Alina pun menurunkan dirinya, duduk di bawah bersebelahan dengan Azka. “Udah makan?” tanya Azka dengan dagu menunjuk bekas piring Alina yang belum dikembalikan. Alina menatap Azka lalu mengangguk. “Sedikit,” jawabnya sambil menuangkan bakso ke mangkok yang diambil Azka.

Azka berdiri menuju kamarnya, mengambil 3 botol obat dengan merk berbeda-beda. Lalu menuju dapur mengambil air putih. Menyerahkan obat itu pada Alina, yang disambut malas olehnya. Alina mendengus, tapi tak urung meminum obat itu. Lalu memakan makanan yang dibawa oleh Azka dengan santai.

Azka membuka kotak martabak manis, mengambil sepotong dan memasukkan kedalam mulutnya. “Not bad.” Komennya saat parutan keju dan coklat menyatu dalam mulutnya. “Beli di mana?” tanya Alina saat melihat parutan keju yang bejibun banyaknya.

Azka menelan martabaknya. “Taman kota. Baru,” jawabnya sambil mengambil starbucks miliknya.

“Ohh.” Alina mengambil martabak tersebut dan memakannya, dia memejamkan matanya, menikmati parutan keju serta lumeran coklat yang menyatu. “Enak,” gumamnya, lalu mengambil sepotong lagi.

“Pulang?” tanya Azka memecah keheningan diantara mereka.

Alina menggeleng. “Nginep,” balasnya santai, seolah sudah biasa.

“Gue mau pergi.”

“Yaudah, pergi aja.”

Azka menatap Alina. “Oke,” ucapnya setelah itu, “jangan kemana-mana.”

Alina bergumam. “Masih nanti, kan?”

“Jam 8.”

“Tawuran?”

“Iya. Sama MP.”

Alina mengerutkan keningnya. “Sekolah?”

“Hmm, mereka yang ngajak.”

Alina mengangguk dan melanjutkan makannya. Memakan bakso yang lumayan besar, membuat mulutnya penuh, pipinya mengembung penuh dengan baso yang dimakan. Terlihat lucu. Azka yang melihat pun terkekeh, mendekatkan wajahnya pada Alina, lalu menggigit pipi Alina yang terdapat baso nya. “Akhh!” pekik Alina. “Sialan!”

Azka tertawa, mengusap bekas gigitannya. Terlihat membekas, mungkin dia terlalu keras saat menggigitnya. Azka meringis melihat itu. “Sakit?” tanyanya dengan tangan yang tak berhenti mengusap pipi Alina.

“Iyalah, anjing!”

Azka memberhentikan usapannya. “Biasa aja dong!” nyinyirnya, menekan-nekan pipi Alina.

Muachh!

“Udah sembuh!!” seru Azka setelah mencium pipi Alina yang digigitnya.

Alina menampol bibir Azka. “Jijay! Ini air ludah lo kenapa ikut-ikutan, sial!” Azka tak mempedulikannya, dia menangkup kedua pipi Alina.

Cup
Cup
Cup
Cup
Muachh

Setelah puas menciumi seluruh wajah Alina, Azka berlari menuju kamarnya. Meninggalkan Alina yang terpaku ditempatnya, dia meraba bibirnya. “Sial! Gue baper!” lirihnya menatap tangga yang menuju kamar Azka.

°°°

Alina mengalihkan pandangannya dari ponsel ketika pintu kamar mandi terbuka, terlihat Azka bertelanjang dada—hanya memakai handuk sebatas pinggangnya. Azka melangkah mendekati kasur, mengambil pakaian yang sudah disiapkan oleh Alina. Menatap Alina yang juga menatapnya, dia menyeringai kecil, mendekatkan wajahnya pada Alina. Cup. Azka mencium dahi Alina singkat. Kembali menuju kamar mandi, memakai pakaiannya.

Alina memutar bola matanya, sudah biasa. Dia bersandar pada sandaran kasur, menunggu Azka selesai berpakaian. Terlihat Azka keluar dengan memakai kaos hitam dilapisi jaket kulit berwarna navy, serta celana jeans yang terdapat sobekan kecil di lututnya. Azka menuju cermin, menata rambutnya yang berantakan, mengambil parfum dan menyemprotkan pada tubuhnya. “Caper!” cibir Alina.

Azka melangkah mendekati Alina. “Siapa?”

“Lo, lah!”

“Masa?”

“Gak!”

“Oh.”

Emboh!”

Azka dan Alina saling tatap dengan tajam. Sudah menjadi rutinitas mereka berdebat kecil seperti itu, ya walaupun dengan kata-kata singkat yang hanya mereka pahami. Azka menjitak dahi Alina dengan keras, lalu menyodorkan tangannya. Alina mendengus, mengusap dahinya yang terasa panas. Mengambil tangan Azka dan menciumnya, lalu dengan cepat dia menggigit punggung tangan Azka. Tersenyum pongah. “Rasain!”

“Sakit, tau!”

“Bodo.”

“Gue berangkat,” pamit Azka.

“Ya.”

-𓆩Azkava𓆪-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZKAVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang