Daun-daun berguguran. Pada sebuah bangku taman kau bersandar. Tanpa kau sadari, senja sudah menjejakkan kakinya di langit sebelah barat. Pada sebuah taman, kau tetap bersikukuh.
Dua cangkir kopi yang kau pegang masih mengepul. Cappucino dan Mocca, kau bergumam lirih. Matamu menatap lurus ke arah bangku taman di sebelahmu. Kosong. Kau sesap perlahan Cappucino yang kau bawa tadi. Kau buka resleting tas seraya mengeluarkan selembar foto berwarna. Tampak kau dan seorang lelaki tengah berpelukan di tengah padang ilalang. Kau tersenyum dengan barisan gigi yang kau perlihatkan, lelaki di sampingmu tengah memelukmu sambil menatap tepat di kedua bola matamu. Kau tersenyum sambil memandangi foto itu berulang kali.
Lelaki yang kau tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Sebulan berlalu, setiap akhir pekan kau selalu datang ke taman bunga ini. Lelaki yang kau tunggu tak juga datang, Moccacino yang kau beli juga tak pernah ada yang meminumnya. Kau sendiri yang habiskan. Kau bukan tipikal anak muda Jakarta. Yang suka menghabiskan waktu di akhir pekan, untuk mengosongkan isi dompet atau mengeksplorasi tempat-tempat gemerlap si setiap sudut kota.
Sebulan sebelum lelaki itu pergi entah kemana. Kau selalu menghabiskan akhir pekan bersamanya. Bermain di apartemennya sampai larut. Memasak untuknya, bersenda-gurau sambil menonton film kartun kesukaan kalian. Atau hanya sekedar tidur-tiduran di sofa sambil menunggu hari berganti bintang-gemintang. Kadang kau juga bercakap-cakap seorang diri di balkon sambil menatap taman bunga di seberang apartemen lelakimu. Taman bunga itulah tempat kedua, setelah ranjang di rumahmu yang paling sering kau kunjungi. Kau semakin sering mengunjungi taman itu. Seolah menjadi aktivitas rutinmu di tiap akhir pekan seperti makan dan minum. Sejak hari dimana lelakimu tak memberimu kabar. Membatalkan janjinya secara sepihak. Lalu tak pernah muncul lagi di hadapanmu. Kala itu kau juga memesan dua cup kopi. Cappucino untukmu dan Mocca untuknya. Berjam-jam kau menunggu, lelakimu tak kunjung datang. Hatimu teriris seperti digores pisau, dipenuhi dengan segala prasangka. Khawatir kalau-kalau dia bermain api dengan perempuan lain. Semakin hari, imajinasimu semakin liar. Tak banyak informasi yang kau peroleh. Teman, mantan pacar, bahkan tetangga tempat dimana lelakimu tinggal. Semuanya diam, bungkam. Dia bak hilang ditelan bumi. Hari ini juga. Kau harus merelakan penantianmu hanya berbayar rintik hujan di pelupuk mata. Lelakimu itu tak datang lagi.
"Halo, ini siapa?" Jawabmu ragu tatkala kau menerima panggilan telepon dari seseorang yang tak ada di kontakmu.
"Cepat buka pesan yang kukirimkan padamu." Suara di seberang sana memerintahmu. Tanpa pikir panjang kau membuka kotak pesan pada ponselmu. Sebuah video berdurasi 3 menit kau buka. Tak butuh lama, kau langsung mengenali siapa sosok yang ada dalam video itu. Ya, dia lelakimu. Lelaki yang selama ini kau cari. Terlihat dia sedang tersenyum menyalami tamu dengan seorang wanita disebelahnya. Air matamu menetes deras. Kau tidak pernah menyangka jika lelaki itu akan mengkhianatimu. Segala perhatianmu telah kau berikan pada lelaki itu. Juga hal yang kau jaga selama ini, mahkotamu. Kau biarkan lelaki itu mengambilnya. Kini, kau duduk termangu di bangku taman itu. Matamu masih basah dengan buliran-buliran bening. Satu-satunya yang kau ingat hanyalah keinginanmu. Setiap kali ke taman ini, kau selalu ingin berfoto di bawah menara itu. Kata orang-orang menara itu lambang romantisme. Kau lalu berlari ke arah menara itu. Kau memanjat menara itu seolah menaiki anak tangga rumahmu. Orang-orang ramai meneriakimu. Kau tak peduli. Kau terus memanjat semakin tinggi dan tinggi hingga hampir menyentuh puncak menara. Perlahan kau rentangkan tanganmu. Angin menerpa tubuhmu, menerbangkan anak rambut di dahimu.
Brugggg...............
Suara benda jatuh berdengung memekakkan indera pendengaran. Orang-orang berkerumun disekitarmu. Sekarang kau tak menunggunya sendirian lagi. Kau sudah bebas. Bibirmu tersenyum untuk terakhir kalinya sambil membayangkan lelakimu menangis tersedu di sampingmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/314395076-288-k6682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Martabak Keju Susu
Teen Fiction"Sejauh apapun seseorang pergi. Di tempat manapun ia berada. Sejatinya, mereka itu tak pernah menghilang. Tak pernah jauh. Mereka hidup dalam sebuah entitas berjuluk kenangan." Potongan demi potongan martabak keju susu itu memiliki sebuah makna mend...