T.wo

74 6 2
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Taehyung memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pusing. Ia lelah tapi situasi belum mengijinkan untuk beristirahat.

Tak.

Taehyung melirik kearah kanannya. Dimana sekaleng soda sudah bertengger di atas mejanya. Namja harimau itu mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pelakunya.

“Kang Jiyeon,” lirih Taehyung.

“Minumlah. Wajahmu terlihat sangat lelah.”

Gomawo.”

Taehyung membuka kaleng soda dan meminumnya. Rasa yang tidak asing itu bisa sedikit melegakan tenggorokannya dan membuat rasa lelahnya terobati. Hanya sedikit. Itu sudah cukup untuknya.

“Kau masih belum selesai dengan berkasnya?” tanya Detektif Kang sembari melihat kearah komputer Taehyung.

“Belum. Ada beberapa hal yang masih belum aku mengerti dengan kasusnya.” Taehyung menyandarkan punggungnya ke kepala kursi.

“Kasus ini benar-benar membuat semuanya pusing. Ditekan dari berbagai sisi membuat kita tidak bisa berpikir dengan jernih untuk menguak kebenarannya.”

Taehyung hanya diam membenarkan perkataan Detektif Kang. Tekanan dari berbagai pihak membuat tim mereka menerima begitu banyak stress. Memang yang menangani kasus ini tidak hanya satu tim. Tapi, tim Taehyung yang benar-benar mengalami tekanan berat itu.

Masyarakat menuntut untuk segera menangkap pelaku agar tidak jatuh korban. Kepala kantor pusat meminta segera menyelesaikan kasus ini untuk bisa mengambil alih kasus lain. Dan pelaku bertindak terang-terangan seperti  menantang polisi untuk menangkapnya.

Tekanan itu begitu besar untuk tim Taehyung. Mereka memang berjumlah lima orang. Tapi, reputasi mereka tidak pernah turun karena menjadi tim terbaik ketika menangani sebuah kasus. Sampai kasus tabrak lari ini muncul. Tim Taehyung benar-benar disuguhkan dengan berbagai macam tekanan.

“Detektif Kim, ah maksudku, Taehyung-ah. Kau baik?” tanya Detektif Kang sembari menoleh kearah Taehyung.

“Aku baik.” Taehyung mengangguk pelan.

Ani, kau tau maksudku, kan? Kau dan Jungkook. Kalian baik, kan?” ulang Detektif Kang.

“Bisakah kau tidak membahas soal itu lagi? Aku sudah cukup lelah.”

“Apa kau masih menyalahkannya atas kejadian itu? Itu bukan salahnya sama sekali.”

“Kang Jiyeon, aku sudah mengatakan untuk tidak membahasnya lagi, kan? Jadi, berhentilah.” Taehyung melirik Detektif Kang dengan tatapan dingin dan tajam.

“Sampai kapan kau akan menutup mata, Taehyung-ah? Kau sendiri paham dan tau kalau Jungkook sama sekali tidak bersalah. Kenapa kau selalu menyalahkannya atas kejadian yang menimpa ke-”

Brakk!

“Kang Jiyeon! Aku sudah memeringatkanmu untuk diam.” Taehyung menatap dingin Detektif Kang. Ia baru saja menggebrak mejanya dengan sangat keras.

The FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang