"Suka doang tapi gak ada pergerakan namanya bulshit."
Jola duduk di tepi taman. Melakukan aktivitas wajibnya, membaca novel. Sangat jarang orang melihatnya melakukan kegiatan seperti wanita pada umumnya. Bersenda gurau atau semata membicarakan kakak kelas yang disukai. Bahkan tidak jarang beberapa siswa mengira bahwa dirinya tidak memiliki teman.
"Jo, ayo kantin kek kali-kali gitu," dengus Ira yang semakin lelah dengan usahanya menjadikan Jolanda kaum ekstrovert seperti dirinya.
"Lo aja deh. Gue masih baca." Ya, gadis itu tidak memalingkan sedikitpun perhatiannya pada Ira yang sudah memasang wajah melas. Rasanya Ira ingin sekali membakar semua novel yang ada di dunia biar temannya bisa me-notice nya.
Ira memperhatikan sekitar. Mencari cara agar bisa mengalihkan perhatian temannya dari magnet buku yang cukup kuat. Yap, dan sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya. Kini matanya menangkap sosok Joe, pria yang diam-diam disukai oleh Jola.
"Cakepnya jodoh masa depan gue. Gak sia-sia ya Kak Joe potong rambut cepak begitu."
Tanpa hitungan menit, Jola langsung menoleh dan mencari keberadaan pria yang baru saja dibicarakan sahabatnya. Matanya langsung tertuju kepada seorang pria urakan yang menjadi musuh para guru. Entahlah, walaupun tidak ada hal baik yang bisa ditangkap dari pria itu, tetapi dada Jola terus berdegup kencang melihatnya.
"Ya, sepertinya hanya dua hal yang bisa membuat Jolanda Chandraningtyas teralihkan perhatiannya. Yang pertama buku, dan yang kedua Kak Joe," celetuk Ira yang sontak membuat Jola tersipu malu.
Joe berjalan melewati Jola dan Ira yang terus menatapnya tanpa henti. Memang ada rasa risih dalam hatinya, tapi baginya itu hal yang lumrah seorang pria tampan di sekolah memiliki banyak fans. Walaupun raga Joe sudah tidak terlihat, tetapi aroma khas tubuhnya masih tertinggal. Kayaknya dia mandi parfum dulu sebelum ke sekolah.
"Suka doang gak ada pergerakan mah bulshit, Jol. Masa seorang Jola gak bisa mendapatkan hati seorang Kak Joe. Kalau dia gak mau lapor ke bokap lo aja, biar dibantai." Kali ini Jola menatap tajam ke arah Ira. Membuat Ira segera menutup mulutnya rapat-rapat sebelum dua buahnya tanduk muncul di kepala temannya itu.
*****
"
Jol!" Teriakan seseorang sontak membuat sang empunya nama menoleh ke sumber suara. Jola mendapati Dirga –kakak kelas sekaligus ketua ekskul jurnalistik yang diikutinya– sedang berlari ke arahnya. Jola hanya bisa tersenyum dengan perasaan aneh. Pasalnya ini bukan jadwalnya untuk pertemuan ekskul dan juga ia tidak memiliki janji dengan pria itu.
"Kamu belum dijemput?" tanya Dirga.
"Yailah nih kakak kelas kayak gak bisa liat aja. Dan... Kamu? Dia pake kata 'kamu'? Ada apa nih?" gumam Jola dalam hati. Sedangkan ia hanya bisa menggeleng ke arah Dirga.
"Lagi sibuk gak?" Jola mengerutkan keningnya. "Engga sih, Kak. Kenapa emangnya?"
Kini senyuman cerah merekah di bibir Dirga.
"Jadi gini, minggu depan aku harus terbitin artikel mengenai bisnis yang bisa dilakukan anak sekolahan gitu. Tapi kayaknya butuh banyak referensi. Dan... Kamu mau gak temenin aku cari buku gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Break It!
Teen FictionPatah hati terburuk ternyata mampu menghancurkan semua yang tersisa dalam hidup. Tidak pernah membayangkan bagaimana bisa seseorang yang sudah sekuat tenaga untuk dicintai kini menghantam semua ekspektasi dalam hidup. Persetanan dengan cinta yang me...