01

15 1 0
                                    

"AJIIIIIIII BANGUN!!!! UDAH JAM BERAPA INI?????"

Teriakan mama di pagi hari itu menjadi alarm yang paling nyaring. Namun, teriakan itu tetap saja tidak mampu membangunkan seorang anak muda yang sedang mengalami masa pubertas itu dari dunia mimpinya.

Sang mama akhirnya melangkah menaiki tangga menuju lantai dua. Sudah siap dengan segelas air di tangan yang niatnya akan ia cipratkan ke wajah si bungsu.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Sedangkan bel sekolah berdering jam 8 tepat. Bagi Aji, siap-siap 45 menit itu tidak cukup. Pemuda itu harus bengong dulu saat bangun tidur, belum lagi ada kemungkinan tidur di dalam kamar mandi. Karena kalau kata Jendra, sang kakak, Aji nggak akan keluar kamar mandi kalau nggak diteriakin. Belum lagi siap-siap pake baju dan sarapan.

Sebenarnya mama juga sudah mencoba membangunkan anak itu berkali-kali. Mama juga sudah meminta Jendra untuk membangunkan adiknya saat pemuda itu hendak naik ke lantai 2 setelah selesai mandi. Tapi nyatanya sampai saat ini keduanya tak terlihat batang hidungnya, padahal mama sudah menyiapkan sarapan untuk kedua puteranya.

"AJI!!!"

Mama membuka pintu kamar. Ia memang sengaja menempatkan satu kamar besar dengan dua tempat tidur untuk masing-masing anaknya. Dan bukan hanya Aji yang masih tertidur pulas, tapi Jendra juga ikut berbaring di sebelah Aji dan memeluk punggung adik kesayangannya itu.

"YA AMPUNNN!! MAS JENDRAAA!!!" Jendra terkesiap saat mendengar suara mama. Ia langsung bangkit. Masih dengan kaos oblong putih dan celana pendek yang tadi ia kenakan.

"Bukannya kamu mau ke kampus?" Tanya mama saat Jendra mengerjap, mencoba mengumpulkan kesadaran.

"Kelasnya diundur jadi jam 9. Makanya aku tidur lagi." Jawab Jendra tanpa beban.

"Mama kan suruh kamu bangunin Aji. Udah kesiangan dia nih."

"Tadi udah aku bangunin. Tapi dianya susah." Ucap Jendra beralasan. Sebenarnya Jendra juga tidak bohong. Tadi dia memang sudah berusaha membangunkan adiknya itu. Lalu dia mengecek ponselnya sebentar dan mendapat kabar dari teman kuliahnya kalau kelas pagi ini diundur menjadi jam 9. Jadilah dia kembali bergulat dengan kasur.

Mama hanya geleng-geleng kepala. Lalu kembali fokus pada tujuannya membangunkan si bungsu.

"Aji. Bangun. Udah jam berapa ini, hey?!" Mama menggoyangkan tubuh jangkung Aji yang tertidur pulas sambil memeluk guling.

Aji hanya menggeliat sesaat, dalam tidurnya ia bergumam, "iya besok aku ke bulan lagi." Katanya sebelum kembali tertidur pulas.

Mama menghela napas kasar. Habis sudah kesabarannya. Ia menuangkan air dari gelas ke telapak tangan sebelah kanan, lalu menyipratkannya ke wajah polos Aji.

"Bangun nggak! Nanti Chandra nyamper kamu belum siap awas aja ya! Berangkat jalan kaki!" Omel mama masih terus menyipratkan air berkali-kali. Jendra yang melihat adiknya sudah mendapat amukan mama hanya terkekeh kecil lalu beranjak ke tempat tidurnya yang ada di sebelah tempat tidur Aji untuk kembali melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda.

"MAS JENDRA NGGAK USAH TIDUR LAGI!" Omel mama saat Jendra hampir merebahkan punggungnya ke kasur. Bagaikan terkena kutukan, pemuda itu langsung diam mematung.

"Turun dulu. Sarapan sana."

Aji yang sudah setengah sadar langsung bangun saat merasa wajahnya mulai banjir karena cipratan air dari mama.

"Bangun. Mandi cepet. Bentar lagi Chandra nyamper kamu belum ngapa-ngapain ditinggal kamu."

Aji bangkit dengan malas. Matanya masih sayup-sayup terbuka. Pemuda itu duduk di atas kasur dengan setengah sadar.

7 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang