04

8 1 0
                                    

Pagi itu Mahen tiba di kampus satu jam lebih awal. Kelas pertamanya dimulai jam 10 nanti, tapi ia tiba di parkiran kampus sekitar jam 9 untuk bertemu dosennya, melakukan bimbingan terkait proposal skripsi yang sedang ia kerjakan.

"Ya sudah ini kamu tinggal tambahkan variabel X nya setelah itu kamu ajukan ulang jadi tidak perlu mengikuti seminar proposal lagi." Ucap Bu Fitri, selaku dosen yang membimbing Mahen.

"Terima kasih, Bu. Nanti akan saya perbaiki lagi."

Setelah berpamitan dengan dosennya itu, Mahen keluar dari ruangan dosen tersebut. Ia menghela nafas. Dalam hati berharap semoga ini menjadi usaha terakhirnya untuk mengganti judul proposal skripsinya.

"Hey!"

Mahen tersentak saat tiba-tiba ada yang mengagetinya. Ia menoleh ke sebelah kiri, mendapati ada seorang gadis cantik dengan rambut sebahu sudah berdiri disana entah sejak kapan, Mahen tidak terlalu memperhatikan tadi.

"Gimana? udah di acc?" Tanya gadis cantik itu.

Mahen menghela nafas sesaat sebelum menjawab pertanyaan gadis di sebelahnya. "Mau nambahin satu variabel lagi, abis itu ajuin ulang."

"Ya udah semangat dong. Jangan loyo. Tenang aja, gue tungguin. Kita pasti lulus bareng." kata gadis itu menyemangati. Mendengar ucapan gadis itu, entah kenapa Mahen merasa hatinya menghangat, ia tersenyum lebar.

Gadis cantik itu bernama Ariana Bunga Puspita, biasa dipanggil Arin. Ia adalah teman dekat Mahen sejak semester tiga. Mereka jadi dekat karena Arin termasuk gadis yang mudah berbaur dengan orang lain. Lucunya, awal perkenalan mereka dimulai saat Arin dan Mahen secara kebetulan datang terlambat di hari pertama perkuliahan di semester ketiga. Arin yang saat itu belum tau dimana kelasnya dengan santainya bertanya pada Mahen kemana pemuda itu akan pergi. Dan saat mengetahui Mahen ternyata satu kelas dengannya tentu saja ia merasa senang.

"Lo gimana?" tanya Mahen.

"Masih nunggu pengumuman dosen pembimbing sih. Kemaren gue udah kode sama Bu Farah supaya gue dipegang sama dia, tapi nggak tau deh." gadis itu menggidikkan bahu santai. Kini mereka berjalan beriringan menyusuri lorong gedung utama kampus.

Arin berhenti saat ponsel di genggamannya bergetar. Ia merunduk, membaca nama penelepon yang tertera di layar ponsel yang menyala.

"Ck!"Arin mendecak sebal.

Mahen yang melihat reaksi Arin langsung melirik layar ponsel gadis itu. Terlihat nama Ajun tertera di sana.

"Nggak usah diangkat." Kata Mahen.

"Dari tadi udah nggak gue angkat tapi dia nelepon terus." layar ponsel Arin kembali mati, menandakan panggilan berakhir. Tapi beberapa detik kemudian, layar ponselnya kembali menyala dengan penelepon yang sama.

Mahen langsung merebut ponsel Arin dari tangan gadis itu dan menggeser tanda dial hijau untuk menjawab teleponnya.

"Jangan ganggu Arin lagi." Kata Mahen dengan suara berat dan tegasnya. Lalu lantas mengakhiri panggilan itu secara sepihak.

"Blokir aja kalo lo nggak nyaman." kata Mahen mengembalikan ponsel Arin ke sang pemilik.

Arin tidak menanggapi banyak ucapan pemuda itu. Ia hanya menerima ponselnya dalam diam. Sebenarnya Arin ingin sekali memblokir nomor Ajun tapi gadis itu merasa tidak sampai hati. Ajun adalah mantan kekasihnya. Mereka baru putus sekitar satu minggu lalu karena Ajun ketahuan berselingkuh dengan gadis lain. Ajun dan Arin sudah berpacaran sejak mereka masih SMA. Mereka memilih kampus yang sama sebagai tempat melanjutkan pendidikan dengan tujuan agar mereka bisa sering bertemu dan pulang pergi bersama. Semenjak putus dari Arin, Ajun memang kerap kali masih menghubungi gadis itu untuk meminta maaf dan mengajaknya kembali menjalin hubungan. Tapi Arin yang sudah terlanjur sakit hati tidak ingin memberikan kesempatan pada laki-laki yang pernah menjalin kasih dengannya selama kurang lebih empat tahun itu.

7 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang