02

11 1 0
                                    

Kriiiiiinggggg~

Bel istirahat berdering. Para murid di kelas 12 IPA 5 bersorak riang. Pak Bondan selaku guru matematika segera pamit meninggalkan kelas setelah merapikan beberapa buku bawaannya. Para murid juga langsung bergegas merapikan buku-buku pelajaran serta alat tulisnya sebelum meluncur ke kantin untuk mengisi perut mereka.

Lain halnya dengan Aji yang malah menyiapkan buku tulis pelajaran fisikanya. Pemuda tinggi itu tadi meminjam buku catatan Aldi, teman yang duduk di barisan sebelah kanannya (karena mereka duduk sendiri-sendiri). Aji terlambat masuk kelas karena sesuai dugaan, dia datang terlambat karena bangun kesiangan.

Baru saja ia ingin menulis di buku catatannya tiba-tiba ia merasa ponsel di saku celana abu-abunya bergetar. Pemuda tampan itu merogoh sakunya, memandang layar ponsel yang menyala, menampilkan nama 'Cha Cha Chandra' di layar.

"Paan?" Tanya Aji mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.

"Dimana dah? Gue udah di kantin." Tanya Chandra dari seberang telepon.

"Masih di kelas." Jawab Aji memindahkan ponselnya ke telinga kiri, lalu menghimpitnya dengan pundak. Tangan kanannya mulai menulis catatan fisika yang tadi sempat ia lewatkan.

"Lo nggak denger bel?"

"Denger."

"Terus ngapain masih di kelas?"

"Gue tadi nggak sempet nulis catetan fisika. Makanya sekarang gue mau catet."

"Yaelah itu mah nanti aja sih. Udah buruan ke sini." Balas Chandra memaksa. "Lo di kelas sendirian kan? Gue denger kemaren di kelas lo ada kursi yang gerak sendiri."

"APA SIH LU!" Bentak Aji panik sekaligus kesal. Ia jadi celingukan. Benar saja. Di kelas hanya tinggal ia seorang diri.

Chandra terkekeh geli mendengar suara panik sahabatnya itu. Cih, dasar anak mama. Udah SMA aja masih takut setan.

"Makanya buruan ke sini."

"Ya udah iya gue ke sana. Tunggu." Aji memutuskan sambungan telepon dengan kesal. Sedetik kemudian, pemuda itu langsung menutup buku catatannya dan meletakkannya di laci bawah meja, yang selanjutnya ia langsung bergegas keluar kelas menyusul Chandra ke kantin.

****

Jendra, Haikal dan Janu sekarang sedang duduk santai di salah satu taman yang ada di fakultas kedokteran. Di sana ada kursi panjang, yang langsung dikuasai Haikal seorang diri karena pemuda itu merebahkan tubuhnya di sana. Jendra dan Janu duduk di kursi yang lain, berhadapan dengan kursi Haikal.

"Nu, kasih tips dong. Gimana cara bikin cewek kelepek-kelepek sama kita?" Tanya Haikal dengan pandangan menerawang ke sebuah pohon rindang yang kini menutupi tubuhnya dari paparan sinar matahari secara langsung.

"Yang pasti lo harus ganteng." Jawab Janu dengan santainya.

Haikal sontak menoleh. Menatap jengkel pada sahabatnya yang sudah tersenyum lebar sampai kedua matanya menghilang.

"Gue tuh anaknya emang suka bercanda. Tapi kalo soal perasaan gue serius." Keluh Haikal kembali memandang daun-daun di pepohonan.

"Kenapa lagi sih?"

"Si Rachel, tiap gue mau ngungkapin perasaan gue ke dia, pasti sama dia dibercandain terus. Dia bilang orang yang suka bercanda kaya gue aneh kalo tiba-tiba ngomong serius. Kan nyebelin ya."

Jendra yang saat itu sedang main game subway surf di ponselnya jadi menyahut, "Halah nyebelin gitu juga lo suka."

"Justru karena gue suka, Jen, makanya jadi nyebelin. Hidup gue kan nggak selalu bercanda. Ya gue tau gue lucu tapi kan nggak semua hal bisa dianggap lucu atau bercanda."

7 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang