2

7 1 0
                                    

Kara melenggangkan kakinya pergi dari rumah yang sangat megah itu. Dia tidak tahu arah juga tidak punya tujuan. Kara gadis itu diusir orang tuanya dan kini dia berada di ibu kota Jakarta.

Namun kara adalah gadis yang cerdik dia sudah menyiapkan barang-barang berharganya sebelum dia diusir keluar dari rumah.

Sebagai anak orang kaya Kara adalah anak yang pandai menabung dan tidak terlalu suka berfoya-foya. Berbeda dengan saudara-saudaranya mereka suka menghabiskan uang saku mereka untuk hal-hal yang tidak penting.

Kara adalah anak keempat dari empat bersaudara. Kakak pertamanya adalah laki-laki dia berprofesi sebagai dokter spesialis Ortopedi sedangkan kakak keduanya dokter spesialis Obyin. Dan kakak ketiganya mahasiswa kedokteran di universitas ternama.

Keluarga Kara adalah keluarga dokter. Mulai dari kakek nenek Kara. Hingga kini mereka memiliki rumah sakit swasta di Denpasar yang dipimpin papa Kara.

Kara sebagai anak terakhir dan sering diabaikan. Membuatnya biasa saja saat diusir dari rumah. Justru jika Kara tidak diusir mungkin dia yang akan keluar dari rumah ini. Walaupun rumah ini megah tetapi bagi Kara dia bagai hidup di neraka.

Satu hal yang Kara cukup terkejut karena dia diusir disaat yang tidak tepat. Seharusnya dia pergi dari rumah ini setahun atau dua tahun lagi. Tapi Tuhan berkata lain dan Tuhan memberikan jalan yang lain dan Kara harus ikhlas menerima jalan hidupnya.

Kara lahir disaat yang tidak diinginkan hal itu yang membuatnya merasa diabaikan. Apalagi saat mamanya tahu jika Kara tidak pandai dalam pelajaran sekolah dan sering memukulnya saat mendapatkan nilai jelek berbeda dengan kakak-kakaknya.

Kini Kara seorang diri berada di tempat yang baru dan asing. Tapi Kara bukan orang yang mudah menyerah dia juga memiliki ambisi.

Kara terbangun saat matahari menerobos masuk melalui jendela kecil itu. Tubuhnya yang kecil itu berupaya melakukan peregangan. Kara memutuskan untuk tinggal di tempat kos kecil yang disewanya dengan harga murah.

Setelah membersihkan tubuhnya Kara bersiap untuk mencari sarapan diluar. Karena Kara tidak terbiasa memasak. Biasanya dia selalu dilayani dengan baik di rumahnya.

Kara memutuskan untuk sarapan bubur ayam. Dia sangat ingin memakan bubur ayam yang berada di sebelah rumah Bagas. Kara tau itu saat dia tidak sengaja bertemu Bagas.

Ojol yang dia pesan sudah tiba Kara merasakan perutnya mulai keroncongan dan dia tidak sabar untuk memakan bubur ayam.

Kara sedang menikmati bubur ayam piring yang kedua. Entah kenapa bubur itu seperti terjun bebas di kerongkongannya. Setelah piring kedua habis dia menikmati teh hangat tanpa gula. Padahal dulu tidak bisa minum teh tanpa gula tapi sekarang dia begitu ingin. Entah setan apa yang merasukinya.

Belum selesai minumannya Kara melihat sosok yang sangat dia kenal. Pria itu menggunakan kaos berwarna hitam dan celana pendek longgar abu-abu di atas lutut. Dengan rambut yang masih berantakan seperti baru bangun tidur dan membuat Kara ingin tertawa.

Bagas memang tampan apalagi wajah blaterannnya masih terlihat tidak sia-sia jika Kara menjadikan Bagas suaminya. Lagi pula tidak ada lagi yang dia kenal kecuali Bagas.

Kara menatap Bagas tiada hentinya seperti matanya tidak ingin berpaling dari pria yang membuatnya jatuh dan entah mengapa hatinya begitu berbunga-bunga hanya dengan melihat wajah Bagas.

"Hei". Sapa Kara.

Bagas menoleh cuek bahkan dia hanya melihat sekali saja. Harusnya Kara tidak usah menyapa tapi kenapa mulutnya tidak bisa dikendalikan.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Young WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang