Baby

8.1K 364 19
                                    


Adrian dan Jena akhirnya menikah. Mereka seperti punya peran terbalik. Jena bekerja, membantu Adrian di rumah, dan juga melakukan pekerjaan suami. Adrian sebaliknya, meski ia tetap menjadi guru, tapi Adrian tetap melakukan tugas-tugasnya sebagai 'istri' Jena.

Adrian bersikap seperti pria di depan murid-muridnya. Menurut Adrian anak-anak itu harus tetap diajarkan seperti norma masyarakatnya. Mengikuti hal baik dan terarah, kemudian disaat mereka dewasa dan matang barulah mereka bisa menentukan mereka akan menjadi apa. Beberapa anak mungkin lebih dewasa dari umurnya, memiliki penalaran dan emosi stabil. Namun bagi Adrian, pada akhirnya mereka adalah anak-anak, walau sisi itu telah terkubur. Mereka memang tetap harus dihargai pendapatnya, namun sudah tugas orang dewasa sepertinya untuk membimbing mereka agar tidak salah jalan.

Meskipun di luar sekolah dan di rumah Adrian berpakaian sesukanya atas izin Jena. Wanita itu membebaskan Adrian memakai apa saja asal menutupi tubuhnya dengan baik, bukan baju kurang bahan seperti tidak diberi uang bulanan. Kalau pakai yang begitu ya dirumah saja.

Biar Jena enak eksekusinya.

Omong-omong, Adrian sudah hamil sekarang. Tidak, bukan seperti cerita sebelah si oknum "Double D" yang berubah gender dulu biar hamil, atau Jena mendadak jadi futanari, atau lebih parah Adrian di r4p3. No, no, enggak begitu. Setelah tahun kedua mereka memiliki anak namun keguguran, akhirnya Jena dinyatakan tidak bisa hamil lagi. Sebaliknya, pussy Adrian lebih subur daripada spermanya. Mereka mencoba bayi tabung, dan Adrian memaksa agar bayi mereka diletakkan di rahimnya. Jena memang tak bisa menolak suaminya, jadi dia mengiyakan dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak mereka.

Usia kandungan Adrian mencapai 9 bulan, ia telah mengundurkan diri dari sekolah sejak usia kandungan 3 bulan. Ia takut akan mencemari pikiran anak muridnya jika ke sekolah dengan tampilan ini. Meski beberapa mantan murid yang berpapasan dengannya mengucapkan selamat sih ...

"Jena, ndon!"

Jena menggaruk belakang tengkuknya canggung. "Nanti jatuh, sayang."

"Kenapa?! Aku berat ya?!"

"Eh, gak gitu ..."

"Iya kan?!"

Haduh, akhirnya pertanyaan ranjau ini ditanyakan lagi. "Riri kan sedang hamil, bagaimana kalau Jena gendong tiba-tiba jatuh, atau pas Jena gendong perutnya Riri kram? Riri gamau baby kenapa-napa kan?"

"Gamau ..."

"Pinter, ayo pangkuan aja, kita nonton Disney. Ya?"

Wajah Adrian berangsur cerah, ia mengangguk senang dan memeluk Jena. "Yayyy! Makasih, Jena."

"Sama-sama, cantik."

Adrian suka menonton series Disney Princess, sebab ingin anaknya anggun dan cantik seperti putri raja. Entahlah, tapi Adrian rasa anaknya nanti bakal perempuan, soalnya anteng ga banyak gerak bikin dia susah.

Mereka fokus menonton, tangan Jena berulang kali mengusap lembut perut besar Adrian. Jena sudah merasakan ada yang aneh, cuma karena Adrian terlihat santai, dia cuma mengira itu mulas.

"Sayang, tangan kamu dingin," Jena menyadari beberapa saat kemudian. Bulir keringat sebesar biji jagung mulai terlihat di pelipis suaminya.

"J-jena ..."

"Iya, sayang?"

"Dedeknya mau keluar."

"Hah?"

"D-DEDEK NYA MAU KELUAR JENA! HUWAAA PERUT AKU SAKIT!"

Jena berteriak, lalu membopong Adrian masuk ke mobilnya dan tancap gas ke rumah sakit. Diam-diam dia menyesal sebab tidak mendengarkan saran ibunya memasukkan Adrian ke rumah sakit seminggu sebelum lahiran, soalnya suaminya merayunya agar tetap dirumah. Nah sekarang mereka jadinya mereka kelimpungan.

Hadeh Jena, makanya jangan bulol.


***

Pagi yang cerah untuk keluarga Aresta, cuaca bagus, burung peliharaan Jena bersiul ceria, serta mentari yang teduh. Kepala keluarga namun juga istri keluarga, Jena, tengah menyesap kopi setelah selesai memasak sarapan.

"Mma?" bocah lelaki dan perempuan berumur lima tahun bergandengan. Keduanya menggandeng plushie imut bergambar rubah dan serigala.

"Hello babies, how is ur morning?"

Keduanya tersenyum memamerkan gigi susu mereka. "Good papa!" si sulung, Rhea mengangguk semangat. Ia mencubit pipi saudara laki-lakinya yang masih mengantuk.

"Sweepy ..." desis si bungsu. Ia mengulurkan tangan dan nemplok di gendongan mamanya. Hehe, Resta suka mama, mama itu tinggi dan hangat.

Rhea berdecak kesal, bayi perempuan itu juga suka mama. Mama baik, walau kadang ngeselin kalau mandiin mereka. Masa pernah bayi-bayi malah dimandiin pake rinso. Gila memang si mama. Gadis kecil itu merentangkan tangannya juga, Jena menggendong Rhea ke meja makan bayi dan memasangkan celemek leher. Rhea tersenyum cerah memandang masakan itu, warnanya lebih merah dan telur mata sapinya kuningnya matang. Pasti buatan mama.

"Yayy! Mama cook!"

"Yes baby. Nah, dek Resta bangunin papa ya nak? Biar kita sarapan bareng? Mama goreng nugget deh."

"Ottay!"

Jena tersenyum puas, ia melepaskan bungsu untuk membangunkan mamanya. Jena tersenyum melihat bayi berpantat montok itu berjalan antusias, nampaknya anak bungsunya mewarisi gen sang papa. Mirip boti.

Ditengah Jena yang menggoreng nugget untuk ist-uhuk, suaminya, teriakan melengking terdengar. Jena buru-buru meniris nugget dan mematikan kompor. Ia juga memyambar Rhea dan membawa anak itu ke kamar mereka.

"Kenapa love? Kenapa?!"

Jena terkejut melihat Adrian yang matanya berkaca-kaca. Disisinya anak bocah lelaki yang kebingungan atas sikap papanya.

"Resta ... dia bangunin aku."

"Terus?"

"I-its my first time ... hic b-biasanya kalau di bangunin Rhea aku di brutalin, sama Resta dia nunggu sampai aku gerak. Huhuhu terharu~"

"... oh."

"IH KOK OH!? SENENG TAU, RESTA KALEM KAYA AKU!"

Mon maap pak, anda kalem dari mana? Kayaknya dari awal anda yang binal dan brutal.

"Oh, y, siap yg pling klem." balas Jena poker face. "Ga malu diliat anak-anak nangis, sayang? Mending ikut aku ke ruang makan, aku goreng nugget."

"E-eh?! Beneran???"

"Iya, beneran. Siapa yang mau nugget ke ruang makan. Yang paling lama datang nugget nya paling dikit."

Whuzzz!

Ketiganya langsung balap lari, meninggalkan Jena yang geleng-geleng heran.

"Like mom, like children." desisnya sebelum ikut menyusul mereka untuk sarapan.

End

Berhubung watashi tidak pandai membuat cerita ber plot atau marriage life, watashi akan akhiri disini. Thanks sudah membaca, hontou arigatou gozaimasu~

LeeAh

Eater ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang