36. Luka Mereka Akhirnya Diutarakan
***
Di hari minggu yang cerah, Jerdian sudah bersiap untuk pergi. Dia akan mengunjungi makam bunda pagi ini. Sendirian, tanpa ditemani Juandra. Dirinya merasa akan ada banyak hal yang mau ia ceritakan, dan ia tak ingin membuat kembarannya menunggu lama. Selain itu, dia juga tak ingin Juandra mendengar segala kesedihan yang ia ceritakan nanti. Jerdian menyambar kunci motor Yamaha Xsr 155 miliknya.
Jerdian melipir ke sebuah toko bunga terlebih dulu, membeli bunga kesayangan almarhum bundanya dari uang yang sudah sengaja ia sisihkan. Rasanya pasti ada janggal kalau ia tidak datang bersama bunga kesayangan mendiang sang bunda. Paling tidak, ia membawa meski hanya satu tangkai. Sesampainya di sana, Jerdian mengambil posisi jongkok sembari mengelus batu nisan yang sudah agak usang. Perasaan cowok itu jadi tak karu-karuan. Netra hitam legamnya sudah berkaca-kaca, padahal belum ada satu kalimat pun yang terlontar dari mulutnya.
Bentala setidak peduli itu dengan para penghuninya. Terbukti bahwa sehancur apapun seseorang, waktu tetap berjalan maju, tak lantas berhenti untuk menunggu suara tangis mereda. Esok akan tetap datang, meski ada banyak riang yang hilang. Kini ada beberapa hal yang perlu disadari, berlarut dalam kesedihan adalah hal yang percuma untuk di lakoni.
"Bun, kalo Ian selalu nguatin Juandra, terus yang nguatin Ian siapa?" Jerdian berujar lirih, nyaris tak terdengar. Sebelum datang kesini, ia sudah merangkai banyak cerita di kepalanya. Akan tetapi, kini lidahnya malah kelu. Selama beberapa saat, hanya terdengar helaan napas berat. Menjelaskan luka lewat lisan adalah yang tersulit untuk di lakukan. Itulah kenapa, ia gemar menulis untuk menumpahkan segala resahnya yang tak terucap.
"Bun, di titik ini, Ian mulai terbiasa dengan kehilangan, meskipun rasanya tetap menyesakkan. Mungkin cuma bunda yang bisa lihat, sehancur apa perasaan Ian sekarang. Orang-orang yang Ian sayangi, selalu menyembunyikan fakta tentang kepergian. Bunda nggak pernah cerita kalo selama ini, mata yang Ian pakai buat lihat dunia itu, mata milik bunda. Ayah juga nggak pernah cerita kalo dia rela ngambil langkah yang salah, supaya Ian sama Andra bisa hidup enak. Terus, coba Bunda tebak, hal apa yang Juandra sembunyiin dari Ian? Di posisi ini, Ian beneran terlihat kayak orang bodoh. Nggak bisa berguna untuk membantu siapa pun." Jerdian bermonolog, menyalurkan segala rasa sesak yang mengisi setiap rongga hatinya. Orang-orang di sekitarnya pasti mengira bahwa mereka bisa menutupi rahasianya. Tapi, mereka lupa bahwa diam-diam Jerdian adalah anak dengan tingkat rasa ingin tahu yang tinggi. Cowok itu sudah memprediksi kalau setelah ini, daftar orang-orang yang hilang dari sisinya akan di isi oleh Juandra.
Apa yang ada di dalam pikiran Jerdian adalah sebuah kenyataan bahwa, semakin beranjak dewasa, akan ada banyak hal perlu dibiasakan, salah satunya adalah kehilangan. Meskipun sebagian orang paham tentang sebuah konsep bahwa setiap insan akan datang dan pergi, namun tak akan ada yang siap bila itu terjadi.
Jerdian menghapus kasar sisa-sisa air matanya yang menetes. Ia berdiri sembari menepuk-nepuk ujung bajunya untuk menghilangkan kotoran yang menempel akibat duduk di tanah. Matanya melirik ke arah layar ponsel yang menyala karena ada pesan masuk. Fokusnya lebih dulu terarah ke angka yang menunjukkan pukul sepuluh siang, kemudian beralih ke sebuah notifikasi dari Juandra.
Juan
Gue nongkrong sama Eden.
Disamper Hardian soalnya, nggak enak kalo nolak
📍send a location
Kalo mau ikut, susulin ya.Oke.
Send.Jerdian memasukkan ponsel ke saku celananya, kemudian berlalu menuju tempat dimana ia memarkirkan motor. Selama di perjalanan, entah kenapa pikirannya terus melayang ke arah Juandra. Meskipun matanya fokus terhadap jalanan, dan masih bisa menyalip mobil-mobil besar, namun otaknya sudah berkelana kemana-mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi (Sudah Terbit)
أدب المراهقينJerdian dan Juandra, si kembar yang berlomba-lomba untuk menutupi lukanya masing-masing. Terlihat saling ingin menjatuhkan, padahal mereka saling sayang. Mereka hanya tak tau bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang seperti orang pada umumnya. Mamp...