bab 06

19 8 0
                                    

Happy reading 💐

"Akhirnya kelas udah selesai. Gue udah kangen sama kasur" Abe bernafas lega sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal, akibat terlalu lama duduk.

"Iyaa nih, pantat gue udah panas sedari tadi duduk Mulu" mereka berdua membereskan buku-buku di atas meja kedalam laci dibawah meja yang memang disediakan untuk menyimpan semua buku-buku pelajaran.

"Haiii guyss, lihat siapa yang aku bawa" seru seorang gadis bermata sipit dengan rambut dikepang dua andalan nya. Dia berlari kecil menghampiri Barra dan Abe.

"Bawa siapa emangnya?" Tanya Barra sembari celingukan mencari seseorang yang di bawa oleh gadis di depannya. Matanya terus memincing, tidak ada siapapun di belakang nya. Siapa yang dibawanya? Dedemit kah ?

"Mana? Gue gak liat ada orang di belakang lo, Akari" ucap Abe heran yang malah di balas senyuman oleh Akari. Kedua anak remaja laki-laki itu semakin bingung dengan kelakuan teman perempuannya ini.

"Sabar dulu. Heiii sini ayo masuk, jangan sembunyi di balik pintu dong" Abe dan Barra saling pandang lalu kembali menatap kearah pintu menunggu sosok yang akan keluar dari balik pintu. Akhirnya yang ditunggu muncul juga. Seorang cowok melangkah masuk dengan sedikit menunduk. Sesekali dia membenarkan kacamata yang merusut di hidung mancungnya. Barra terus memperhatikan cowok yang di bawa Akari. Bisa dia tebak tingginya kisaran 187 cm, beuhh tinggi ya bun setinggi harapan emak bapak lo. Cukup lama cowok jangkung itu menunduk. Dia mulai memberanikan diri mengangkat kepalanya, menatap Abe dan Barra. Mata sipit dengan tatapan tajam, rahang tegas, dan kulit putih. Bibirnya berwarna pink alami. Ketika berbicara atau tersenyum terlihat lesung pipinya semakin menambah kesan manis.

"Karunasankara panggil aja kara biar gak ribet. Gue di culik sama bocil bawel. Kalian teman sekamarnya?" Ucapnya memperkenalkan diri. Akari melotot tak terima ketika dirinya di panggil bocil bawel, enak aja.

"Aku bukan bocil ya, enak aja kalau ngomong" desisnya tak terima.

"Orang emang kenyataannya begitu"

Barra dan Abe saling pandang, mereka hanya bisa menggelengkan kepala melihat perdebatan kecil di depannya.

"Gue Barra dan di samping gue ini namanya Abe. Iya kami teman sekamarnya Akari. Lo temen sekelas nya dia?"

"Iya gue temen sekelas nya" Barra hanya mengangguk saja. Abe sedari tadi hanya diam tak berniat untuk membuka suara sama sekali. Dipikirannya hanya ada satu yaitu kasur. Dia hanya ingin segera cepat-cepat balik ke asrama dan menidurkan dirinya.

"Hari ini aku ada tugas kelompok sama kara, jadi kalian gak masalah kan kalau dia ku ajak belajar kelompok di asra_....."

"Iya tentu aja, ayo!!!" Potong Abe cepat. Tanpa basa basi dia langsung berjalan mendahului ketiga orang yang masih termangu itu.

"Keknya dia udah capek banget. Ya udah ayok lah kita ke asrama bareng-bareng" mereka pun berjalan beriringan menuju asrama.

Akhirnya Abe bisa merebahkan dirinya di atas kasur. Tubuhnya terasa remuk semua. Dia mulai membersihkan diri dan berlanjut mengganti seragam nya menjadi pakaian santai. Kaos warna putih polos dengan boxer hitam melekat di badannya. Ditatapnya wajah dalam pantulan cermin, sejenak dia mengagumi keindahan wajahnya sendiri. Bola mata berwarna coklat hazel, bulu mata lentik, alis tebal, hidung mancung, dan jangan lupa bibir tebalnya yang berwarna pink alami. Selesai mengagumi diri di depan cermin. Abe kembali untuk menuntaskan niatnya yang ingin tidur. Di ambilnya ponsel di atas meja belajar samping kasurnya. Sudah seharian ini dia tidak memegang ponsel. Dia mulai melupakan niat awalnya sejenak, beralih fokus berselancar di social media. Dibukanya akun Instagram, banyak sekali notif dari teman-teman geng nya dan juga dari cewek-cewek yang menjadi fansnya. Kemudian dia beralih membuka WhatsApp, sama dengan Instagram di aplikasi WhatsApp juga dibanjiri notifikasi dari teman-temannya dan juga dari grup geng epiphany.

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang