Lonceng elektrik sekolah sudah berbunyi sebanyak tiga kali, menandakan sesi pembelajaran SMA Windu telah berakhir. Sayang, guyuran hujan di Bulan November tidak bersahabat dengan murid-murid di SMA tersebut.
Ya, dengan datangnya hujan, banyak murid yang terpaksa harus menunda kepulangan mereka karena beberapa alasan, seperti tidak membawa payung atau jas hujan.
Seperti Adelia.
Gadis perempuan itu sedang menunggu hujan berhenti di pinggiran pos satpam SMA, tangannya sengaja direntangkan untuk bersentuhan dengan hujan.
"Adel ga bawa payung lagi?" tanya Rina, gadis bermata sayu yang berdiri didepan Adelia, ia melindungi tubuhnya dengan payung berwarna hitam bertuliskan nama salah satu boyband Korea. "Yodah ayo bareng!" ajaknya.
Adelia menggeleng dan tersenyum. "Duluan aja. Hujannya lumayan gede, gamuat payungmu."
Rina diam sebentar, memandang langit yang gelap, tidak memberikan celah sedikit pun untuk matahari. "Iya sih... tapi kamu gimana?"
"Ya nunggu hujan raat. Konsekuensi ga bawa payung, gapapa rumahku kan dekat. Hus hus!" Adelia mendorong kedua bahu Rina menjauh, Rina berteriak seperti mau jatuh lalu berjalan meninggalkan Adelia sambil marah-marah.
Rutinitas menunggu hujan sudah biasa dilakukan Adelia dibulan ini. Ia selalu lupa membawa payung, -bukan, ia tidak suka membawa payung. Menambah beban tasnya yang sudah berat.
"Masuk kedalam saja neng Adel!" seru Pak Satpam yang sudah biasa melihat Adel berteduh.
"Wah makasih pak!"
Tanpa ragu Adel masuk kedalam pos satpam dan akhirnya berbincang dengan Pak Satpam yang bernama Mang Kus itu, hingga ia tidak sadar.
Diam-diam, ada yang mulai memperhatikannya.
(bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyelamat hujan
Teen FictionKetika hujan tidak pernah bisa diprediksi seperti hati. Lewat belaian rintik hujan dan hawanya yang menyejukkan. Begitulah Adelia yang mendambakan hujan. Namun, setiap ia merasa sudah selangkah lebih dekat ternyata ia malah semakin jauh untuk bertem...