"Waktumu tidak banyak. Kapan kau akan memutuskan untuk kemoterapi?"
Aku hanya duduk terdiam, termenung dan berpikir.
"Lebih cepat lebih baik, semakin lama kau menundanya, kondisimu akan memburuk nantinya."
Aku tersenyum pahit mendengarnya.
"Ini hanya masalah waktu kan dok? Cepat atau lambat, toh pada akhirnya tetap saja aku akan mati. Sama saja. Kalau boleh memilih, aku mau menjalani sisa hidupku ini sesuai keinginanku, bukan dengan terbaring di tempat tidur rumah sakit sambil menahan sakit dengan segala macam bentuk pengobatan itu. Boleh kan dok?"
Dokter menatapku dengan tatapan kasihan.
"Terserah padamu, ini hidupmu, kamulah yang menentukan jalan hidupmu sendiri. Tapi bukankah memperpanjang hidup walau hanya sebulan atau bahkan sehari lebih lama itu akan sangat berarti? "
Dia terdiam sejenak, lalu bertanya padaku, "Apa kau punya seseorang yang kau cintai atau yang mencintaimu? Seseorang yang bersamanyalah kamu ingin menghabiskan sisa hidupmu di sampingnya."
Aku tertegun mendengar pertanyaan Dokter. Dan hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala sambil tertunduk sedih.
"Pacar, orang tua, atau sahabat? " Tanyanya lagi. Dan lagi-lagi kujawab dengan gelengan kepala.
Yah, memang hidupku sangat menyedihkan. Aku sebatangkara di dunia ini. Keluargaku, yaitu orang tua dan adikku, sudah lama meninggal dalam kecelakaan ketika hendak menghadiri upacara kelulusanku. Aku tidak punya keluarga lain selain mereka, karena memang dulu pernikahan orangtuaku itu tanpa restu dari kedua belah pihak. Jadi kami terbiasa hidup mandiri tanpa mengandalkan siapa pun.
Dan sekarang, apakah aku juga akan mati sendirian? Membayangkannya saja sudah membuat hatiku hancur. Aku merasa takdir sedang mempermainkanku sekarang. Kalau memang pada akhirnya aku akan mati juga, kenapa tidak membuatku mati bersama keluargaku, malah membiakanku sendirian dan kesepian. Toh pada akhirnya, aku juga menyusul mereka.
Akhirnya aku kini hanya bisa tertunduk diam dan menangis, meratapi nasibku. Dokter yang sedari tadi menatapku, berusaha menghiburku. Dia perlahan mendekat dan menepuk nepuk pundakku agar semua beban di pundakku jatuh tak bersisa hingga aku kembali merasa ringan untuk berdiri tegak.
"Masih ada waktu untuk memikirkannya. Saya yakin, di luar sana ada seseorang yang siap mendampingimu sampai akhir. Kuharap kau segera menemukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Favor
RomanceJika ditanya apa permintaan terakhirmu dalam hidup, apa jawabmu? Kalau aku hanya ingin merasakan rasanya jatuh cinta pada seseorang. Masalahnya aku tidak ingin orang yang kucintai itu mencintaiku. Tidak boleh. Karena mencintaiku hanya akan membuatny...