Is it love?

25 11 2
                                    


3 Tahun yang lalu

POV: Deva

Akhirnya aku kembali ke sini, di tempat aku sempat berkuliah dulu. Namun sayangnya aku tak dapat menyelesaikannya sampai lulus. Karena aku berhenti di tengah jalan untuk fokus merawat ibuku yang sakit dan bekerja untuk membiayai pengobatannya. Sampai akhirnya ibuku menghebuskan nafas terakhir, aku tetap tidak bisa melanjutkan studiku karena kini aku adalah tulang punggung keluarga yang harus menghidupi adik perempuanku

Syukurlah adikku, Devi, berhasil menyelesaikan kuliahnya di kampus yang sama denganku dulu. Dan hari ini adalah hari kelulusannya. Untuk itu aku hadir kembali di sini untuk menyaksikan wisudanya. Ada perasaan bangga dalam hatiku, walaupun aku tidak bisa menjadi sarjana, minimal adikku bisa.

Aku melangkah menuju pintu masuk aula dengan membawa buket bunga di tanganku sebagai hadiah kelulusan untuk adikku. Aku berjalan setengah berlari karena sebenarnya aku datang pada waktu yang mepet, sebentar lagi acara wisudanya dimulai. Kulihat memang di luar gedung aula terlihat sepi, mereka semua sudah masuk ke dalam ruangan.

Namun langkahku terhenti karena melihat seorang gadis berpakaian wisuda masih berdiri di dekat pintu masuk. Wajahnya cantik tapi pucat. Dia sedang berbicara di ponselnya dan menunjukkan ekspresi kaget dan sedih. Sepertinya dia baru saja mendengar berita buruk dari lawan bicaranya. Dan beberapa detik kemudian kulihat tiba-tiba tubuhnya jatuh ke lantai. Aku segera berlari menghampirinya. Ternyata dia pingsan. Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak mau membuat keributan dengan berteriak minta tolong karena di dalam gedung sedang berlangsung acara penting.

Langsung saja aku mengangkat tubuhnya dan menaruhnya di punggungku. Aku menggendongnya sambil berlari. Aku ingat ada sebuah klinik yang letaknya tidak jauh dari kampus. Aku berlari dan berlari sambil sesekali berhenti untuk membetulkan posisi gadis di punggungku. Hingga akhirnya sampailah aku di klinik tersebut. Dokter yang menyambutku langsung menyuruhku meletakkan gadis itu di ranjang pasien lalu bertanya tentang keadaan si gadis. Aku hanya menjawab bahwa dia tiba-tiba pingsan.

Tiba-tiba ponselku berdering. Kulihat nama yang tertera di situ adalah Devi. Gawat hampir saja aku lupa. Aku lalu segera meninggalkan klinik itu dan segera berlari kembali ke gedung aula kampus. Setibanya di sana aku langsung mencari-cari sosok adikku diantara barisan wisudawan yang ada di atas panggung. Kulihat ia masih berada di barisan belakang.

Untunglah, belum terlalu terlambat. Aku masih bisa menyaksikan nama adikku dipanggil di atas panggung. Kulihat di kejauhan, dia juga sedang menyipitkan matanya, menyapu seluruh bangku pengunjung, seperti sedang mencari seseorang. Aku segera melambaikan tanganku ke arahnya. Dan dia pun akhirnya melihatku. Senyumnya segera mengembang di wajahnya. Tampak senang dengan kehadiranku.

Aku sungguh senang dan terharu melihat adikku memakai seragam wisuda dan berdiri di atas panggung kelulusan itu. Tidak sia-sia usahaku selama ini harus berkerja di beberapa tempat demi bisa menyekolahkan adikku.

Namun tiba-tiba aku teringat gadis itu. Gadis yang tadi pingsan dan kini sedang berada di klinik. Seharusnya dia juga ada di atas panggung sekarang. Ini juga adalah acara penting baginya. Aku merasa kasihan padanya. Sebenarnya apa yang ia dengar sampai ia terlihat sedih dan tak sadarkan diri ketika mendengarnya? Pikiranku dipenuhi olehnya.

Setelah selesai acara wisuda, aku menghampiri adikku dan memeluknya sambil memberinya ucapan selamat. Sayangnya, aku melupakan buket bunga yang kubawa tadi. Tadi ketika melihat gadis itu terjatuh, aku spontan langsung berlari ke arahnya dan melempar buket itu entah kemana. Begitu kembali ke tempat wisuda pun aku tak sempat mencarinya karena terburu-buru. Sekarang aku memberi ucapan selamat pada adikku dengan tangan kosong. Tapi dia tidak keberatan dengan itu. Devi adikku itu adalah orang yang sangat pengertian. Dia tidak pernah meminta hadiah apapun dariku. Kehadiranku saja sudah membuatnya bahagia. Kalimat yang sering ia ucapkan adalah "Terimakasih Kakak sudah hadir dalam hidupku. " Dan setiap kali kumendengarnya, hatiku tersentuh. Karena akupun merasakan yang sama. Aku merasa sangat bersyukur memiliki adik yang menyayangiku dan selalu mendukungku. Karena kedua orang tua kami telah tiada, kami menjadi sangat bergantung satu sama lain.

My Last FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang