Empat

202 22 33
                                    

Disaat Jongwoon sedang duduk berdua dengan ibunya sambil menonton Tv. Jongwoon tiba-tiba saja menoleh pada ibunya yang nampak melamun.

Sesaat kemudian dia menghela nafas karena dia tahu pasti apa yang sedang dilamunkan oleh ibunya.

" Bagaimana jika sebenarnya Yesung itu masih hidup?" Ucap ibunya.

Kata-kata ini mungkin sudah jutaan kali didengar Jongwoon terucap dari mulut ibunya. Meskipun begitu, Jongwoon tidak pernah bosan mendengarnya karena kata orang, ucapan itu adalah do'a. Bisa saja apa yang dikatakan ibunya selama ini dikabulkan Tuhan dan adiknya benar-benar masih hidup.

" Kita harus kesana untuk membuktikannya" Sahut Jongwoon.

Ibunya nampak kesal, dia bahkan memukul meja sebagai bentuk kekesalan nya " Sampai matipun aku tidak akan mau kembali kesana"

" Oh"

" Tapi,?"

" Ada apa?"

Ibunya melihat Jongwoon dengan kedua matanya yang nampak meneliti " Siang tadi kau nampak sangat rapi. Tapi setelah kembali lagi kenapa langsung berubah jadi gembel lagi?"

" Rapi? Aku bahkan tidak menukar pakaianku siang tadi."

" Hah?"

" Ibu, nampaknya ibu sedang tidak enak badan. Ucapan ibu sejak tadi entah kemana-mana" Jongwoon mematikan Tv lalu memegang tangan ibunya untuk membawanya pergi kekamar " Ibu harus istirahat. Jika besok masih tidak enak badan, kita pergi ke dokter"

Ibunya memijat pelipisnya sambil berkata " Mungkin kau benar, ibu butuh banyak istirahat"

" Ehm, tidurlah"

" Selamat malam, Jongwoon-ah"

" Selamat malam ibu"

Setelah memastikan ibunya benar-benar menutup pintu, Jongwoon mematikan lampu kemudian pergi ke kamarnya sendiri.

.
.
.

Yesung pergi kedapur ketika semua orang sudah tidur. Dia duduk termenung. Entah apa yang sedang ia fikirkan.

Seharusnya dia bahagia karena sudah bertemu dengan ibunya, tapi hatinya masih merasa kosong. Dia masih belum merasa bahagia.

Sebelah tangannya terulur mengambil pisau yang ada diatas meja. Memandang pisau itu sebentar kemudian mengiris pergelangan tangannya hingga menetes darah dari pergelangan tangannya sedikit demi sedikit.

Cukup sakit, tapi Yesung sering merasakan hal yang lebih sakit dari pada ini. Dia hanya memejamkan matanya membiarkan luka itu tanpa diobati.

Sampai ada seseorang yang memegang tangannya lalu membebat luka itu agar darahnya tak lagi menetes. Dia adalah, Kyuhyun.

Yesung yang terkejut tak sempat berkata apa-apa melainkan hanya melihat wajah Kyuhyun yang nampak menahan amarah.

" Apa dengan menyakiti diri seperti ini membuat hatimu tenang?" Tanya Kyuhyun diantara kesedihan dan amarah nya " Kau sudah berjanji untuk bahagia bersamaku. Tidak perlu seperti ini"

" Aku hanya" Yesung tak melanjutkan kata-katanya ketika Kyuhyun mencium luka yang telah ia bungkus dengan rapi.

" Yesung-ah, hubungan kita masih begitu singkat. Aku mengerti jika kau belum begitu yakin padaku. Tapi berjanjilah padaku untuk tidak mengulangi hal seperti ini lagi."

Yesung mengangguk.

" Sebenarnya apa yang sedang kau fikirkan?"

Yesung menyerahkan ponselnya kehadapan Kyuhyun, menunjukkan apa yang membuat nya merasa jika hidupnya sangat sia-sia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tujuh Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang