An yang sedari tadi merangkul Dita bahkan hingga kini membuat gadis itu lama-lama merasa kepanasan. Ia melihat An yang duduk di sampingnya. Memandang manik mata itu yang juga menatapnya dengan cemas. Mata Dita tertuju pada bibir An yang sedikit terbuka. Terlihat sekali napasnya memburu mengkhawatirkannya. Entah dorongan dari mana, Dita mencoba menegakkan duduknya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah An. Melumat bibir An yang membuat dirinya bahkan menginginkan lebih.
An yang mendapat serangan mendadak itu sangat menikmatinya. Ia membalas ciuman Dita, tanpa memedulikan Tira yang sedang membawa mobil.
***
Ciuman keduanya makin memburu, bahkan hingga tak sadar bahwa kini mereka sudah sampai di depan apartemen milik An. Tira yang melihat bosnya dari spion tengah pun tak bermaksud ingin mengganggu, hanya saja saat ini dia juga harus segera pergi.
Handphone Tira yang sedari tadi berbunyi akhirnya menyadarkan An. Segera ia menghentikan aktifitasnya dan menatap sekelilingnya.
Ternyata ia telah sampai.
An melihat sekertaris di depannya yang tengah menatap layar handphonennya gelisah.
"Aku akan segera turun. Kau boleh pergi." Ucap Anan yang hendak turun dari mobil
Belum sempat melangkah, An menambahkan lagi "Bawa saja mobilku. And have fun Tir."
An menuju pintu sebelahnya, membukakan pintu untuk Dita. Kali ini ia tidak memapah wanita itu, ia langsung menggendongnya bak pengantin baru.
Setelah bosnya turun, Tira segera meninggalkan halaman apartemen itu.
Sedangkan An langsung menuju lift hendak membawa serta Dita menuju apartemennya. Apartemen An berada di lantai tujuh belas. Ia menurunkan Dita ketika lift sudah tertutup. Sambil menunggu, An kini melancarkan aksinya lagi. Ia menggiring Dita ke arah pojok lift dan menciumnya intens disana. Satu tangannya ia letakkan di belakang kepala Dita, sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk merangkul pinggang Dita agar jarak mereka lebih dekat.
Dita yang sudah merasa kepanasan dari tadipun tak bisa lagi menahan desahan yang lolos disela-sela ciuman mereka.
An menghentikan ciumannya, menatap lekat mata Dita. Ada yang aneh. Ia mengecek suhu badan gadis itu. Karena fokus berciuman, ia sampai lupa dengan keadaan gadis itu. Badan gadis itu sangat panas.
"Are u okay darling?" Tanya An khawatir masih memegang pipi dan kening gadis itu yang suhunya tinggi
Dita hanya mengangguk dengan nafas yang memburu, apalagi ketika tangan An turun mengecek suhu pada bagian lehernya. Sentuhan itu sangat biasa bagi Dita, namun entah mengapa malah membuatnya ingin diperlakukan lebih oleh An.
Lift berbunyi tepat pada lantai tujuh belas. An segera menggendong gadis itu kembali hingga memasuki apartemennya. Segera ia membawa gadis itu menuju kamarnya dan menidurkan gadis itu di kasurnya. An berdiri melihat baju Dita yang sudah basah dibanjiri keringat dan berbau alkohol. Iapun berinisiatif mengambil salah satu kemeja yang ada di lemarinya untuk dikenakan Dita.
An mendudukkan Dita, mencoba menurunkan resleting belakang dress yang Dita kenakan, namun lagi-lagi ketika An menyentuh kulitnya Dita mendesah pelan, namun suara itu tetap terdengar di telinga An. An menghentikan tangannya. Memegang pundak gadis itu menghadap arahnya.
"Are u okay?" Tanya An
"Apa minuman yang kau pesan tadi?" Tambahnya
An menatap lekat pria di depannya, akhirnya iapun berusaha membuka suaranya "Aku hanya memesan wine tadi."
An mengernyit
"Ceritakan padaku secara jelas."
Dita mengangguk lagu menceritakan secara singkat semua yang ia lakukan di diskotik tadi
"Tadi aku pergi kesana bersama Raquel (sahabat Dita), lalu tak lama pacarnya datang. Akhirnya mereka berdua pergi. Lalu aku hanya duduk disana, memesan dua gelas wine. Dan tidak ada apapun yang terjadi."
"Tapi..."
"Tadi ada seorang pria mendatangiku dan mengajakku mengobrol. Dia juga memberiku segelas-"
Damn!
Belum sempat Dita menyelesaikan kalimatnya An langsung mengerti apa yang diminum gadis itu.
An bingung harus apa sekarang. Tidak mungkin ia akan melakukan hal itu pada Dita.
An tersadar tatkala tangan Dita menyentuh lemgannya yang masih berbalut jas. An kembali menatap Dita.
"Aku akan membawamu ke kamar mandi. Pergilah mandi dibawah shower."
Ya, ini yang terbaik bagi dirinya dan Dita.
Kemungkinan besarnya adalah Dita meminum minuman yang berisi obat perangsang. Sungguh, An sangat emosi saat ini. Berani-beraninya ada pria yang berbuat serendah ini kepada miliknya. An tak akan tinggal diam, besok ia akan pastikan mencari pria itu dan membuat perhitungan padanya.
Dita mencoba bangun, berjalan ke arah pintu di pojok ruangan itu yang sudah pasti adalah kamar mandi yang An sebutkan tadi. Dita jiga bukan wanita bodoh yang tidak tahu apa yang tadi ia minum, ia tahu lelaki tadi memberinya obat perangsang yang membuat badannya menjadi seperti itu. Maka dari itu, tadi Dita mencoba pergi dari pria itu. Untung saja ada An disana yang menyelamatkannya.
Tapi masalah tak selesai disitu, saat ini obatnya sudah bereaksi lebih dari yang dia kira tadi. Badannya sangat panas, pandangannya berkabut. Bersama An, pertahanannya sungguh tak dapat ia kendalikan. Ia sangat menginginkan lebih ketika bersentuhan dengan An.
Ketika bersiap berjalan, Dita tiba-tiba saja jatuh terduduk tepat diatas pangkuan An yang juga sibuk dengan isi pikirannya.
Mereka berdua sama-sama kaget. Hingga akhirnya Dita merasakan sesuatu yang keras dipantatnya. Sungguh ia sadar betul apa yang ada disana. Ia sadar betul bagaimana posisi mereka saat ini.
Dita menghadap belakang, melihat An disana. Belum sempat melalukan apa-apa, An sudah menciumnya lebih dahulu. Ciuman mereka lebih intens dibandingkan saat di lift tadi. Bahkan saat ini posisi Dita sudah berada dibawah tubuh An.
Dita yang sudah tidak bisa mengontrol dirinya mengambil tangan An yang berada di samping kepalanya. Menuntunnya menuju dua gundukan milik Dita. Menyuruhnya untuk bermain disana juga.
An paham apa yang diinginkan Dita, tapi sungguh ia tidak mau melakukan ini semua kepada Dita, apalagi saat ini gadis itu berada dibawah pengaruh obat.
"An," Panggil Dita ketika An menghentikan ciumannya.
"Aku ingin. Sungguh. Tapi tidak dengan kondisimu yang seperti ini." Ucap An sungguh-sungguh
Ia berusaha turun dari atas badan Dita, namun wanita itu mencegahnya. Dita menggenggam tangan An. Pondasi An mulai roboh. Jika seperti ini terus ia tidak akan bisa mengontrol dirinya. Melihat gadis itu seperti sekarang saja membuat miliknya berkedut minta dikeluarkan.
Pikiran An sudah kacau. Ia juga menginginkan Dita. Lelaki bodoh mana yang mau menolak jika ada gadis cantik seperti Dita dengan situasi sekarang.
"Aku menginginkanmu Dit." Ucap An lembut tepat di telinga Dita, membuat bulu kuduk gadis itu langsung berdiri
-
Don't forget to vote and coment :)

KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Romance"I found you, my winter rose." - Ananta Danayuha (An) "Shut up and remember, I'm not yours!" - Anandita Natalie (Dita) Bagi An, Dita adalah candu, she's like morfin. Di balik sifat egois dan kasar An, dia sangat mencintai gadis itu. Bahkan walau t...