Dua

4 5 0
                                    

Sejak pertama kali Zio menginjakan kaki di sekolah ini, semua mata tertuju pada nya. Bukan, semua mata tertuju pada orang yang sedang berjalan di depannya, Reymon.

Zio tidak menyukai situasi ini, ia selalu merasa takut dan tidak percaya diri. Karena itulah Zio tidak suka pergi ke tempat ramai terlebih lagi bersama ke enam kakak nya, ia merasa tidak pantas karena ke enam kakaknya sangatlah tampan dan bersinar padahal dirinya pun tak kalah tampan hanya saja dia tidak percaya diri.

"Zio?" Reymon menatap pugung si bungsu yang terus berjalan sambil menunduk. Bahkan Reymon memanggil pun anak itu tidak menggubris nya sama sekali, sepertinya dia sedang melamun.

"Hei Zio!" Kali ini Zio berhasil menoleh, kedua alisnya terangkat seakan bertanya 'ada apa?'

"Ruang gurunya disini, fokus dong!"

"Eheheh.."

Zio berlari kecil menghampiri Reymon dengan cengiran bodoh nya.

🍌🍌🍌

Jantung Zio berdetak kencang, nafasnya terasa sesak ketika semua orang sedang menatapnya dengan terang-terangan. Ini yang ke tiga kalinya Zio memperkenalkan diri sebagai murid baru namun rasanya tetap sama, berdebar dan juga gugup.

Ia tidak ingin hal yang kemarin-kemarin terulang lagi maka dari itu ia mencoba untuk lebih percaya diri sedikit demi sedikit, kali ini ia akan mencoba untuk ramah dan berbaur pada teman sekelasnya meskipun itu sulit bagi Zio si anak introvert.

Di sekolah ini setiap bangku di isi oleh dua orang, kebetulan di bangku tengah paling depan ada seorang gadis berambut ranjang duduk seorang diri, wajahnya terlihat pucat rambutnya yang panjang terlihat sedikit berantakan. Dimata Zio gadis itu menyeramkan.

Pak guru menyuruh Zio duduk di samping gadis itu, dan di sini lah permasalahan itu di mulai.

🍌🍌🍌

Setelah jam istirahat Zio berpikir untuk diam dikelas sambil mempelajari kembali materi yang tadi ia pelajari, namun tidak lama setelah bel itu berbunyi bangku Zio langsung di kerumuni orang-orang yang ingin tahu tentang Zio. Begitu antusias sampai beberapa orang berdesak-desakan.

Zio yang merasa trauma langsung menutup mata juga telinga dengan kedua tangannya.

'Kumohon, jangan lagi!' batin Zio.

"Yow bro!" Seseorang merangkul pundak Zio, membuat Zio tersentak hingga ia kembali membuka mata.

"Kenapa kok kaya ketakutan gitu?" Tanya seorang perempuan berambut pendek dengan kacamata bulatnya yang lucu.

Zio menoleh ke samping kanan, seorang laki-laki yang barusan merangkul nya tersenyum ramah, rambut ikal serta kulitnya yang sedikit gelap terlihat sangat manis.

"Kenalin gue Fadly, anaknya pak haji Sholeh." Kata cowok ikal itu seraya mengajak Zio untuk bersalaman.

"Zio."

"Hai, Gue Amel, ini Anel, itu Ane. Kita nggak kembar cuma se gank, mau masuk gank kita?"

"Mel, sejak kapan cowok boleh masuk gank kita?"

"Mulai hari ini cowok ganteng boleh masuk gank kita."

"Oh yes! Zio mau ya?"

Zio menelan saliva nya, Harus kah begini lagi?

Di sekolah sebelumnya awal-awal memang seperti ini, namun tidak lama keramahan itu perlahan berubah mereka yang awalnya bersikap baik di depan kemudian menindas nya di belakang. Zio sudah tidak percaya pada siapapun lagi sekarang, tapi ia harus tetap berhati-hati dan tidak boleh gegabah ia harus bersikap ramah agar mereka tidak mengucilkannya.

Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang