Ketika sepi menyapa,
ada tanya dalam benak, sesal dalam rasa, dan ragu dalam bertindak,
"kok hidup berat banget"
"kok gua gagal mulu"
dan celotehan semakna lainnya yang membuat ragu akan hari esok.
Hal itu sangat wajar hinggap didalam benakmu,
sebab ada trauma yang pernah singgah
ada rasa sakit yang belum bangkit
serta ada sedih yang belum pulih.
Lalu bagaimana?,
"Apakah salah yang aku lakukan?",
begitulah kira-kira tanyamu dalam hati.
Aku hanya ingin menyampaikan sebuah esensi
bukan untuk menggurui
atau merasa lebih tinggi
tapi Karena alur itu pernah aku lalui.
Saranku..
nikmati sendumu
sebab...
kematian butuh ratapan
begitu pula harapan yang telah mati
namun satu hal yang perlu kau hindari,
yaitu.. jangan kau terlalu larut dengan rasa yang dialami.
Menikmati rasa sakit dengan bijak
agar diri semakin berpijak
berpijak kepada kenyataan
kenyataan bahwasannya waktu terus berjalan.
Dan kamu harus mempersiapkan diri
agar kamu bisa terus berdiri saat diuji,
walaupun ada masanya kau terjatuh saat diuji
tapi ada satu esensi yang melekat dalam hati
yaitu kepastian akan datangnya mati,
sehingga saat keadaan jatuh itu kita bisa menyadari
bahwa hidup bukan perihal diakui dan dihargai,
namun diri harus terus andil dalam kebermanfaatan yang lestari
untuk menuntaskan amanah hidup yang menjadi janji
agar tidak bingung untuk menjawab di hari pertanggungjawaban nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit Untuk Menjadi Baik
Non-Fictioncerita dari sebuah proses pendewasaan diri yang pernah dilalui untuk mengambil secuil pelajaran yang sudah terjadi, untuk dijadikan pengingat diri.