Dengan tubuh lelah Adrian memasuki kamar Sarah lewat tengah malam. Kekasihnya masih membaca buku di atas ranjang. Netra keduanya selintas bersitatap.
"Kok, belum tidur?"
"Kamu sendiri belum pulang, dari pada nanti aku kebangun, terus susah tidur lagi." jawab Sarah sambil membenahi letak kacamatanya.
"Sudah kubilang nggak usah nunggu."
"Lagian belum ngantuk. Kamu dari mana?"
"Baru selesai dari acara Bu Hutama tadi. Baca apa?" tanya Adrian sambil membuka kaos kakinya.
"Biographi Bung Hatta. Tim kami akan mengulas tentangnya untuk acara menjelang tujuh belas Agustus nanti. Aku harus riset duluan, meski nanti ada tim yang akan mengerjakan naskah. Ramai tamu undangannya?"
"Pastilah dia bukan orang baru di dunia pers. Sudah sejak jaman kakeknya dulu. Pergaulannya mereka juga luas. Tidak terbatas pada orang-orang pemerintahan. Juga Dengan pesohor di negeri ini. Aku juga ketemu papi kamu tadi."
"Oh ya? Aku malah sudah dua minggu ini belum ketemu. Sama-sama sibuk. Dan kami selalu ada diacara berbeda. Bagaimana keadaan Mami kamu?"
"Sudah pulang, bukannya sudah kuberitahu kemarin?"
"Kabarnya hari ini maksudku."
"Belum kutanya, tenang saja ada Alana di rumah. Justru aku mau bicara sesuatu yang serius dengan kamu."
"Tentang apa?"
"Apa kamu sudah siap bertemu Mami?"
"Maksudnya?" Sarah sedikit memicingkan mata.
"Aku ingin memperkenalkan kalian."
"Apa nggak terlalu cepat? Kamu yang bilang belum mau menikah, lalu sekarang mau memperkenalkan aku dengan mereka? Aku sudah bilang tidak mau mendengar pertanyaan yang akan menimbulkan masalah besar. Apalagi diburu-buru untuk menikah."
"Hanya sekadar makan malam bersama, aku akan mengingatkan Mami untuk tidak bertanya tentang itu. Jangan khawatir."
"Akan kupikirkan. Tapi ingat aku belum siap menikah. Kamu tahu prioritasku saat ini."
"Aku ingin kalian saling kenal saja."
"Mungkin aku bukan menantu yang diinginkan oleh Mami kamu."
"Dia tidak perlu menginginkan kamu. Cukup aku saja."
"Okey. Mandi dulu, gih, biar tidur habis ini." Ucap Sarah sambil menutup bukunya. Kemudian bangkit untuk mengambil air minum.
***
"Lana bagaimana kabar Mami?"
Suara Adrian di seberang sana terdengar khawatir, membuat kekecewaan Alana sedikit berkurang. Sejak tadi malam ia benar-benar kesal pada Adrian. Tapi mau melampiaskan pada siapa? Jelas tidak berani memarahi kakak iparnya tersebut. Bagaimana kalau nanti pria itu emosi dan malah balik menyerangnya. Sedikit banyak ia tahu karakter putra sulung keluarga Tjakra itu. Setelah mengembuskan nafas panjang akhirnya ia menjawab,
"Masih dirawat."
"Kok, bisa!?" teriakan kakak iparnya kembali terdengar.
"Kenapa nggak bisa, namanya juga orang sakit! Lagian bisa pulang ke rumah bukan berarti sudah sembuh total." jawab Alana ketus. Baru kali ini dia berani menyampaikan kekesalan terhadap Adrian.
"Kapan masuk rumah sakitnya?"
"Hari yang sama waktu kepulangan Mami, malamnya telepon katanya dadanya sesak lagi. Langsung kukirim ambulans." Sengaja Alana tidak bertanya kenapa Adrian meninggalkan Mami sendirian di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RASA
RomanceAdrian adalah seorang chef ternama. Pria yang memiliki tiga buah restoran di Jakarta, Bali dan Singapura ini terkenal sibuk. Ia sudah berkomitmen menikah dengan pekerjaannya. Alana adalah istri Benjamin, adik laki-laki Adrian yang berprofesi sebagai...