•mildly dubious consent
•hand jobs
•overstimulation⚘Chapter 02
____________________
.
.
.
⇲
"J-jungkook… hiks… tolong matikan…" Jimin merengek di sela erangannya. Gemetar di bawah selimut.Jungkook menghembuskan nafas yang tidak disadari ia tahan. Matanya terpaku pada pria di atas tempat tidur. Merengek dan menggeliat di antara seprei kusut. Membuat selimut terbuka, menampilkan tubuh bagian atasnya yang telanjang.
"Tolong… aku tidak bisa menerimanya… ahh.. hiks… terlalu keras…" Jimin menangis malu ketika pinggulnya mendorong ke tempat tidur yang berantakan di bawahnya. Tekanan pada ereksinya membuatnya mengerang keras. Terlalu candu untuk berhenti namun masih sadar dengan mata yang mengawasi.
Ya Tuhan, bunuh saja ia sekarang. Wajahnya terkubur di bantal. Merasa sudah tidak memiliki harga diri yang tersisa untuk melihat Jungkook.
Rasa malu luar biasa membuatnya merasa jijik pada dirinya sendiri. Tentang apa yang ia lakukan sampai membuatnya berada dalam situasi konyol dan ceroboh seperti saat ini.
Lagi pula kenapa ia selalu mudah terangsang hanya dengan memikirkan Jungkook?!
"Jungkook, tolong…" Ia memohon menyedihkan.
Jungkook tersadar ia hanya menonton tanpa melakukan apa-apa, membiarkan Jimin berantakan di tempat tidur. Ia lantas meraih benda kecil yang sempat terjatuh karena sangat terkejut.
Asumsinya tidak mungkin salah. Terlebih setelah melihat reaksi Jimin. Benda itu adalah remote vibrator.
Ia menelan ludah. Memikirkan kembali ternyata ia menekan tombol vibrator yang digunakan Jimin, hyung manisnya, yang ternyata sedang bermasturbasi.
Menggunakan vibrator yang ia yakini berada di dalam dirinya. Kata itu berulang-ulang di dalam kepalanya.
Ia menekan tombol minus dan mematikannya. Itu membuat Jimin bisa bernafas lega sedikit meski tubuhnya masih bergetar pelan.
"Jadi kau menggunakan vibrator, hm?"
Jimin memejamkan matanya erat-erat. Tidak berani melihat ke arah Jungkook.
"Katakan hyung, apakah itu benar? Remote ini untuk vibrator?"
Masih tidak ada jawaban. Itu membuat Jungkook terkekeh meskipun suaranya terdengar lebih serak.
"Aku khawatir mengira kau sakit dan inilah yang sebenarnya terjadi, kau sedang bersenang-senang."
"Jungkook…" Jimin merengek malu. Menggeser tubuhnya namun sebuah tangan menahan punggungnya. Kontak telapak tangan Jungkook ke kulit telanjangnya yang hangat membuatnya bergidik. Entah bagaimana merasa pria itu bergerak mengusap punggungnya.
Tiba-tiba, suara Jungkook menjadi lebih dekat seakan ia sedang membungkuk ke arahnya.
"Aku menyimpulkan itu benar," bisik Jungkook tepat di telinganya, hingga membuat Jimin tersentak. Benar-benar tidak menyadari pria itu telah bergeser begitu dekat.
"Sekarang aku bertanya-tanya vibrator seperti apa yang kau gunakan. Apa itu yang biasa digunakan kebanyakan pria atau… kau memasukkannya ke dalam dirimu, hm?" Ia bertanya meskipun sudah mengetahui pasti apa jawabannya.
"B-berhenti." Jimin terisak. Itu sangat memalukan. Tertangkap basah oleh Jungkook, lalu kemudian diajukan pertanyaan seperti itu.
"Tinggalkan aku sendiri," ucapnya.
"Kenapa?"
Kenapa? Jungkook masih bertanya kenapa?!
Sekarang Jimin bertanya-tanya siapa sebenarnya yang idiot disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruin My Night ∥ KM ✓ 🔞
FanfictionRate: M/A Genre: Fluff / Smut Warning: AU, Nsfw, Explicit content, Basically just porn with a plot and feelings, Housmate, Attempt at humor. Summary: Jimin tahu itu adalah keputusan paling bodoh. Bermasturbasi dengan menyebut nama temannya begitu k...