04. ROMANTIC CHILDREN

503 70 5
                                    

Disarankan baca menggunakan tema gelap dengan font SERIF


"Kau begitu cantik, apa lagi rambutmu dikuncir style ponytail seperti ini. "

Cecilion terdiam seribu bahasa, ia mencoba mencerna kata-kata yang diucapakan Xavier. Seketika itu juga Cecilion menutupi wajahnya yang merah memadam seperti tomat membuat Xavier gemas sendiri.

Sial, menggemaskan sekali Batin Xavier walau mencoba mengeluarkan ekspresi biasanya (baca; datar). Cecilion membalikkan badannya membelakangi surai biru itu.

"Oh iya, kita belum pernah kenalan ya? Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku." Kata Xavier sembari membenarkan posisi pakaiannya. "Perkenalkan, namaku Xavier. Aku seorang prajurit dari Moniyan." Jelasnya sembari tersenyum.

Cecilion hanya terdiam seribu bahasa sebelum akhirnya ia membuka mulutnya. "Umm... namaku... Cecilion." katanya.

"nama yang bagus!"

"benarkah?"

Lelaki itu pun semakin dibuat malu oleh Xavier. Bagaimana tidak? jantungnya terasa terpacu-pacu oleh Xavier yang terus memberikan kata-kata yang membuat orang salah tingkah. Sedangkan si pria bersurai langit itu hanya tertawa kecil.

"BENARKAH!? KAU RAS BLOOD DEMON TERAKHIR!?." Xavier terbelalak sehabis Cecilion menceritakan semua perjalanan hidupnya.

"Ya... seperti itulah."

"Sungguh mengagumkan"

Xavier berapa kali memuji-muji Cecilion. Kini mereka sudah berada di sebuah kafe kecil. Sebenarnya Cecilion merasa tak enak karena takut beberapa orang tahu tentang identitasnya tapi beruntung saja suasana disana cukup sepi.

Masih dengan sebuah jubah menutupi seluruh surai hingga menyentuh tanah, Xavier mencoba membuka tudungan hitam itu namun selalu saja ditepis oleh Cecilion.

"Ish, kenapa sih kau menepis tanganku terus? memangnya aku tidak boleh melihat wajahmu?" tanya Xavier sembari mengelus tangannya yang sedaritadi ditabok.

"Lihat kondisi bodoh! kalau identitasku ketahuan memangnya kamu mau tanggung jawab, hah!?" jawab Cecilion diiringi dengan membuang muka.

Xavier hanya menggaruk pipinya sembari terkekeh pelan. Cecilion hanya menatap pria itu dengan datar. Menurut Xavier, Cecilion itu tsundere. Iya, dari wajahnya memang orangnya kelihatan sangat gengsi.

"Kalau boleh tahu... kau tinggal dimana?" Xavier mencoba mencairkan suasana agar tidak terlalu canggung. Cecilion menaikkan satu alisnya dan menatap Xavier dengan tidak suka... Oh ayolah, sampai kapan pria ini stop menanyakan tentang hidupnya.

Cecilion menghela nafasnya dan menaruh cangkir cantik sedaritadi ia nikmati itu diatas meja, berusaha untuk tidak menghancurkan harga dirinya, Cecilion pun menjawabnya dengan singkat.

"Aku tinggal berpindah tempat."

"Memangnya kau tidak punya tempat tinggal?"

"Bacot."

"Maaf"

Xavier langsung dibuat kicep oleh Cecilion, salahnya ia juga karena terlalu menggali-gali tentang privasinya. Walaupun begitu, dimatanya Cecilion masih tetap menggemaskan. Ingin sekali rasanya ia menerkamnya sekarang, atau kalau perlu Xavier bisa membuat lelaki didepannya ini tidak bisa jala-- oke pikirannya sudah terlalu liar sekarang.

"Xavier..." kata Cecilion lirih. Tangan pucatnya kini menyentuh tangan pria itu. Terasa dingin namun lembut seperti menyentuh sebuah bunga dandelion yang terhampar disebuah lapang luas diselimuti oleh rerumputan hijau.

Netra merah milik Cecilion dan biru Xavier kini saling berpandang satu sama lain. Terlihat sebuah raut kesedihan terlukis jelas diwajah mereka masing-masing. Seperti merasakan kesedihan yang sama namun, tidak bisa diungkapkan begitu saja.

Suasana Deja vu pun menyelimuti kedua jejaka itu. Atmosfir seketika berubah drastis seperti merasakan waktu yang terasa terhenti seketika. Suara-suara kendaraan berlalu lalang pun terasa hening dan sunyi, seperti tak punya kehidupan.

Masih dalam keadaan membatu, kedua tangan pucat Cecilion beralih memegang wajah sempurna dan menghadapkan wajah Xavier di depan wajahnya. Ia membelai surai biru laut dengan pelan.

Xavier pov's

Aku tak bisa melakukan apa-apa sekarang, lidahku terasa kelu susah untuk mengeluarkan satu katapun. Aku bisa merasakan tubuhnya yang bergetar sekarang, raut wajahnya seperti ingin menangis tercampur oleh sebuah dendam yang mendalam.

Layaknya sebuah kertas polos yang terbakar oleh nyalanya panas api. Aku ingin tahu lebih dalam tentangnya. Apakah maksud kehadirannya ini? Takdir apakah yang akan berlanjut esok hari?

Parasnya yang begitu cantik ini mengingatkanku kepada kejadian 21 tahun yang lalu. Dimana daerah tempat tinggalku dihancurkan oleh pasukan misterius. Mereka terkenal bengis dan kejam, bahkan mereka tak segan-segan membunuh orang yang berada dihadapannya.

"Xavier, maukah kau membantuku..." Cecilion sengaja menggantungkan kata-katanya, membuat rasa penasaranku semakin menaik.

"Membantu untuk ap ━━"

chup~!

Aku pun terkejut disaat sebuah benda lembek namun sedikit basah mendarat dikeningku. Ya, Cecilion mencium keningku membuat aku salah tingkah sekarang. Rasanya aku ingin menghilang dari bumi sekarang.

Duhai, Maut! cabutlah nyawaku sekarang! aku rela nyawaku dicabut olehmu sekarang dari pada harga diriku melorot begitu saja. Aku berbatin terus berbatin, berharap maut ingin mencabut nyawaku sekarang juga.

Cecilion kembali menatap wajahku, lalu tersenyum lembut. Namun sedikit membuatku curiga sekarang. Dan tanpa aku sadari, kini tubuhnya duduk tepat dipahaku. Pinggangnya yang terus bergoyang kesana kemari seperti ingin mencoba menggodaku.



"Maukah kau membantuku...





... dibawah sini?"







To be continue

mampus saya gantungin, aowkowk.
ngarep ya kids?? yahaha, yakali saya
tampilin sekarang :3. intinya jgn lupa
vomment dan follow ya adik-adik~ 💋

jujurly gue ga ada ide buat lanjut. tp
karena banyak bgt yg nagih ini ep ep,
jadinya ya ceritanya agak miring dikit
gpp kan ye... 🗿

˗ˏˋ 𝓡𝐎𝐌𝐀𝐍𝐓𝐈𝐂 𝐂𝐇𝐈𝐋𝐃𝐑𝐄𝐍, xavceci 'ˎ˗ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang