4. Ancaman

545 117 15
                                    

Btw, aku ganti cover 😁

Biasanya aku kalau ganti cover artinya ceritanya udah tamat😁, alhamdulilah ceritanya emang udah selesai aku ketik, tinggal tunggu tayang di google play yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya aku kalau ganti cover artinya ceritanya udah tamat😁, alhamdulilah ceritanya emang udah selesai aku ketik, tinggal tunggu tayang di google play yah.
Kalau udah tayang nanti aku infokan yah. Happy reading


💗💗



Emma pikir begitu acara pernikahan Carter dan Lara selesai dan para tamu mulai kembali ke kediaman mereka masing-masing, hidupnya akan kembali aman dan damai seperti sebelumnya. Ia tidak harus diliputi perasaan khawatir dan terus bersembunyi di dapur sepanjang hari hanya untuk menghindari orang-orang yang mungkin mengenali dirinya dan keluarganya, tapi ternyata apa yang terjadi saat ini sbertolak belakang dengan apa yang Emma pikirkan.

Emma mungkin bisa menghindari semua orang –yang kemungkinan besar mengenalnya dan kedua orang tuanya– tapi teryanta ia tidak bisa menghindar dari satu-satunya orang yang paling dihindarinya, satu-satunya orang yang sangat tidak ingin ditemuinya lagi. Orang itu kini berdiri tepat dihadapannya, menatapnya dengan tatapan angkuh seperti yang terakhir kali Emma ingat. Tatapan yang membuat Emma muak.

Dari awal bertemu dengan Louis Eden Dexter, Earl of Chester –pria yang ternyata sudah sejak kecil di tunangkan dengannya– Emma tidak menyukai pria itu. Ia tidak suka dengan sikap angkuh yang pria itu tunjukkan, dan ketidaksukaan Emma semakin diperparah begitu ia mengetahui bagaimana sepak terjang Louis selama ini.

Terkadang Emma bertanya-tanya apa kedua orang tuanya tidak tahu bagaimana kelakukan Louis selama ini? Apa mereka menutup mata atas semua itu hanya karena Louis adalah bangsawan yang sangat terpandang dan dekat dengan keluarga kerajaan? Apa mereka mengabaikan betapa brengseknya Louis yang kerap kali mempermainkan wanita hanya karena pria itu adalah pahlawan saat di peperangan Inggris melawan Prancis? Atau semua karena sang Papa berhutang budi kepada Papa Louis yang pernah menyelamatnya saat mereka sama-sama menjadi seorang tentara dulu?

Apa pun alasannya, seharusnya kedua orang tuanya tidak memaksakan perjodohan yang sama sekali tidak Emma inginkan.

Penolakan Emma bukan karena cinta. Bagi Emma cinta tidak terlalu penting. Fakta bahwa sulitnya menemukan cinta dalam pergaulan bangsawan membuat Emma tidak berharap banyak akan cinta. Ia hanya menginginkan seorang pria yang setidaknya menghargainya dan hal itu jelas tidak ia dapatkan dari Louis.

Sayangnya Emma tidak cukup berani untuk menyuarakan keinginannya kepada kedua orang tuanya. Ia terlalu menyayangi keduanya dan tidak ingin membuat mereka kecewa. Itulah kenapa Emma pergi dengan sebelumnya meninggalkan surat untuk kedua orang tuanya. Emma ingin mencari tempat dimana ia bisa menenangkan diri dan berdamai dengan diri sendiri, karena Emma tahu ia tidak bisa membatalkan perjodohannya dengan Louis kecuali pria itu sendiri yang melakukannya.

Emma sangat menyayangi kedua orang tuanya meskipun mereka cenderung keras, kaku dan juga sangat konservatif. Bagaimana pun juga kedua orang tuanya sudah merawat dan membesarkannya dengan baik. Mereka juga melindunginya dari segala hal buruk yang ada di dunia. Emma pikir menerima perjodohan itu adalah salah satu cara untuk membahagiakan keduanya. Itulah kenapa Emma menerima perjodohannya dengan Louis meskipun ia tidak mengenal pria itu sebelumnya.

Louis adalah pilihan orang tuanya, pria itu pasti sangat baik hingga sang Papa memilih Louis menjadi calon suaminya. Sayangnya apa yang Emma pikirkan sangat bertolak belakang dengan kenyataan. Ketika ia bertemu dengan Louis untuk pertama kali di hari pertunangan mereka ia langsung tidak menyukai Louis. Sikap angkuh Louis menjadi faktor utama. Apalagi setelah ia mengetahui semua hal tentang Louis dari pelayan suruhannya.

Emma butuh waktu untuk sendiri dan menenangkan diri. Itulah kenapa ia memutuskan untuk pergi sementara waktu. Akan tetapi di tengah usahanya menenangkan diri dan mencoba menerima perjodohannya dengan Louis, pria itu justru hadir di depannya dan mengancamnya.

Louis tahu kelemahannya adalah kedua orang tuanya. Emma tidak mungkin membiarkan Louis melukai hati keduanya dengan fakta jika ia bekerja sebagai pelayan di kediaman Cambridge. Papanya pasti akan sangat kecewa jika mengetahui putri yang selama ini dijaganya layaknya wanita bangsawan pada umumnya justru melakukan pekerjaan seorang pelayan. Emma tidak bisa membayangkan kesedihan kedua orang tuanya jika mengetahui apa yang dilakukannya selama ini. Jika sudah seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi Emma selain mengikuti apa pun yang Louis inginkan darinya.

Emma menatap Louis tajam. Pria itu tampan. Semua orang yang pernah bertemu dengan Louis Eden Dexter tidak akan meragukan betapa tampannya pria itu. Semua wanita pasti akan tergila-gila jika berhadapan dengan Louis seperti ini, tapi hal itu tidak berlaku bagi Emma. Ia tidak menyukai pria angkuh seperti Louis, apalagi pria itu juga pemain wanita.

"Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Emma sinis.

Louis memiringkan kepala, menatap Emma dengan tatapan mengejek. "Jadi, kau menyerah?"

"Bukan urusanmu, katakan saja apa yang kau inginkan dariku."

Louis terkekeh. "Aku tidak menyangka akan semudah ini memenangkan pertarungan ini denganmu. Aku pikir kau akan tetap melawanku. Ternyata nyalimu tidak sebesar perkiraanku."

Emma menghela nafas. Jika Louis ingin membuatnya semakin kesal dan muak, maka pria itu berhasil melakukannya, tapi Emma tidak akan membiarkan Louis merasa menang. Ia tidak akan menunjukkan kekalahannya. Ia tidak akan membiarkan Louis mendapatkan apa yang pria itu inginkan darinya.

"Melawanmu hanya akan menghabiskan tenagaku dan aku tidak ingin membuang percuma tenagaku," Emma tersenyum. "Jadi kau bisa mengatakan apa yang kau inginkan dariku agar aku tidak harus melihatmu lagi."

"Keinginan yang sangat melukaiku, My Lady dan sayangnya aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu itu."

"Kalau begitu katakan saja apa yang kau inginkan."

Louis mendekat. Ia menunduk tepat dihadapan Emma. Manik hijaunya bertemu dengan manik hazel Emma. Tatapan tajam Emma yang sejak tadi mengarah padanya sama sekali tidak berkurang saat mereka berada dalam jarak yang sangat dekat.

Louis cukup terkesan melihat perubahan Emma saat ini. Emma sangat pemberani, terlihat berbeda dengan Emma yang selama ini dilihat Louis.

"Kau tahu, sebenarnya aku tidak masalah jika kau pergi, tapi apa yang kau lakukan itu sangat melukai harga diriku sebagai seorang pria. Kau membuat seolah-olah aku tidak cukup pantas untuk menjadi calon suamimu, dan meskipun aku juga tidak menginginkan perjodohan kita terjadi, keputusanmu untuk melarikan diri membuatku sangat marah. Jadi aku ingin kau mendapatkan balasan atas kesalahan yang telah kau lakukan."

"Jadi kau juga tidak setuju dengan pertunangan kita?" tanya Emma. Ada nada bahagia yang terselip dari nada bicaranya dan Louis jelas bisa menangkap hal itu.

"Sama sekali tidak," Louis hendak mengelus pipi Emma, tapi Emma dengan cepat menjauhkan wajahnya dari Louis. Bukannya marah, Louis justru tertawa melihat apa yang Emma lakukan.

"Kau tahu, tadinya aku berniat membatalkan pertunangan kita karena dari awal aku juga tidak menginginkannya. Aku tidak menyukai wanita lemah seperti dirimu. Untuk menjadi istriku, kau jelas bukan wanita yang aku inginkan, tapi melihat apa yang telah kau lakukan dan sikapmu tadi, aku memutuskan untuk membatalkan niatku itu, setidaknya tidak dalam waktu dekat."

"Apa maksudmu?" tanya Emma waspada. Perasaannya mendadak tidak enak ketika melihat bagaimana Louis menatapnya.

"Aku tidak akan membatalkan pertunangan kita dan kau akan kembali pulang denganku. Tidak ke kediaman kedua orang tuamu tapi ke kediamanku," kata Louis tegas. Ia kembali menambahkan sebelum Emma sempat menyuarakan penolakan. "Aku tidak menerima penolakan, My Lady. Aku yakin kau tahu apa yang bisa aku lakukan untuk membawamu bersamaku."

Emma mengepalkan kedua tangannya. Mulutnya tertutup rapat. Ia ingin memaki Louis tapi Emma berusaha sekuat mungkin menahan diri.

Emma tahu maksud ucapan Louis. Ia tidak perlu mempertanyakan apa yang akan Louis lakukan karena semua terlihat jelas dari kedua mata pria itu. Pria itu tidak sedang membual dengan apa yang dikatakannya.





💗💗
03102022

(Tamat) My Sunshine (Sequel of Trapped in Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang