1. Emma Ainsley Bolton

984 156 10
                                    

Selamat hari senin, selamat beraktifitas dan selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Happy reading😘



💗💗





Malam sudah sangat larut ketika Emma akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Ia menghela nafas lega ketika semua hal melelahkan yang menjadi tanggung jawabnya dan beberapa pelayan lainnya selesai sedikit lebih cepat. Setidaknya mereka masih punya waktu beberapa jam untuk beristirahat sebelum memulai kembali aktifitas di pagi hari.

Emma tersenyum sambil menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan untuk meregangkan otot-otot terasa kaku setelah bekerja seharian.

Pesta pernikahan sudah berakhir beberapa jam yang lalu, tapi kesibukan di kediaman sang mempelai pria baru saja berakhir. Para pekerja bekerja keras membereskan sisa pesta dan kembali merapikan kediaman sang Earl, begitu pun dengan Emma.

Meskipun lelah, Emma sangat bahagia dengan apa yang terjadi saat ini. Ia sangat bahagia bisa menjadi saksi bagaimana sepasang manusia yang dikenalnya akhirnya bersatu dalam ikatan pernikahan.

Tapi dibalik kegembiraan yang Emma rasakan terselip rasa khawatir yang menganggunya. Perasaan itu semakin kuat dirasakannya sejak pesta berlangsung. Ia khawatir dan takut kedua orang tuanya atau salah satu kenalan mereka juga menghadiri pesta pernikahan sang Earl. Hal itu bisa saja terjadi mengingat banyaknya tamu undangan yang hadir serta bagaimana megah dan mewahnya pesta pernikahan yang sang Earl persembahkan untuk sang istri.

Kekhawatiran itulah yang membuat Emma memilih berada di belakang sebagai pencuci piring. Hanya sebentar saja ia berada di tempat pesta. Itu pun hanya untuk melihat kebahagiaan yang dirasakan kedua pengantin serta memastikan tidak ada diantara orang-orang yang hadir merupakan salah satu kenalannya. Tapi sekarang Emma bisa menarik nafas lega karena kekhawatiran yang dirasakannya tidak terjadi. Ia aman, tidak ada yang melihat bahkan mengenalinya.

Sejujurnya Emma sangat merindukan kedua orang tuanya. Ia merindukan rumahnya. Ia merindukan kemewahan serta kemudahan yang didapatnya selama ini tapi ia tidak mungkin kembali sekarang. Ia butuh menikmati hidup sebelum terkurung dan menghabiskan sisa hidup bersama pria yang sama sekali tidak dicintainya.

Emma menghela nafas ketika mengingat pria yang ditunangkan dengannya. Pria yang menjadi alasan kenapa ia sampai melarikan diri dan bekerja sebagai seorang pelayan di kediaman Earl of Cambridge.

Emma pikir jika ia menjadi rakyat biasa tidak akan ada yang peduli padanya. Tidak akan ada yang mengenalinya dan mengira jika ia bekerja menjadi seorang pelayan. Dan itulah yang memang terjadi. Ia aman di kediaman Ealr of Cambridge. Tidak ada yang mengenalnya hingga saat ini.

Sebenarnya tidak ada yang kurang dari tunangannya. Pria itu tampan, kaya raya, memiliki kedudukan tinggi serta disegani semua orang. Tapi semua hal baik yang pria itu miliki tidak menjamin Emma menyukai tunangannya itu. Emma tidak menyukai aura intimidasi pria itu serta tatapan meremehkan yang kerap kali pria itu arahkan kepadanya. Mungkin karena pria itu merasa dirinya tampan jadi menganggap semua wanita akan bertekuk lutut di hadapannya.

Sayangnya pria itu keliru. Emma sama sekali tidak tertarik padanya. Ketampanan serta kesempurnaan fisik yang dimilikinya tidak bisa serta merta membuat Emma jatuh cinta. Terbukti dengan apa yang dirasakannya pada sang tunangan. Emma sama sekali tidak jatuh cinta karena ia tidak menyukai sifat angkuh yang pria itu perlihatkan. Ia jauh lebih menyukai pria yang sopan dan lembut, pria yang bisa menghargai wanita, bukan pria arogan dan merasa paling unggul seperti sang tunangan.

Entah bagaimana kabar tunangannya itu saat ini, Emma berharap pria itu sudah menemukan wanita lain, jatuh cinta pada wanita tersebut lalu membatalkan hubungan mereka. Itu doanya setiap hari agar ia bisa kembali ke kediaman orang tuanya dengan tenang tanpa harus dipusingkan dengan pernikahan serta dapat menjalani aktifitas seperti sebelumnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan Emma? Kenapa kau masih berada disana? Ayo kita masuk dan beristirahat."

Emma tersentak dari lamunannya. Ia mengangguk lalu berjalan meninggalkan dapur menuju kastil bagian belakang tempat dimana kamarnya berada.

Seluruh kastil sudah sepi. Para tamu sudah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Hanya ada beberapa pelayan yang masih berkeliaran untuk memastikan semua sudah rapi seperti sedia kala. Emma menjadi salah satu dari mereka dan syukurnya pekerjaannya sudah selesai beberapa saat lalu.

Langkah Emma terhenti ketika manik hazelnya menatap jendela kamar sang Earl. Ia tersenyum membayangkan kebahagiaan kedua pengantin yang kini sudah dipersatukan karena cinta yang mereka miliki.

Meskipun kehidupan pernikahan kerap kali tidak sesuai dengan harapan, tapi Emma yakin keduanya akan bahagia. Mereka memiliki cinta yang bisa menyatukan setiap perbedaan yang mungkin terjadi.

Pernikahan dengan cinta seperti inilah yang Emma inginkan. Ia ingin menghabiskan hidupnya dengan pria yang tepat. Pria yang bisa menerimanya apa adanya. Pria yang juga mencintainya, dan semua itu tidak ada dalam diri tunangannya.

Emma sudah meminta pelayan pribadinya untuk mencari tahu bagaimana sepak terjang tunangannya itu. Di luar sifat adil dan bijaksananya sebagai seorang pemimpin, pria itu adalah penjahat kelamin. Tidak sedikit wanita yang telah tidur dengannya dan Emma tidak ingin menjadi salah satu diantara mereka. Ia tidak ingin menjadi sumber kecemburuan para wanita-wanita masa lalu tunangannya itu. Ia juga tidak ingin dibanding-bandingkan dengan mereka.

Dan Emma sangat bersyukur pertunangan mereka hanya diketahui keluarga besar mereka saja. Tidak ada teman maupun kenalan yang di undang. Bukan karena kedua orang tuanya tidak ingin melakukannya, tapi karena itu permintaan pria yang menjadi tunangannya. Pria itu beralasan tidak ingin menempatkannya dalam masalah karena banyak orang yang tidak menyukainya, tapi Emma tahu alasan yang sebenarnya. Pria itu tidak ingin kehilangan pamornya diantara para wanita jika para wanita itu mengetahui statusnya yang sudah bertunangan.

Namun sejujurnya Emma sama sekali tidak peduli dengan semua hal aneh yang tunangannya inginkan. Ia menerima dan melakukan semua hal aneh yang pria itu inginkan karena ia juga tidak ingin pertunangan mereka diketahui khalayak ramai.

Emma menghela nafas. Ia kembali melanjutkan perjalanan menuju kamarnya, tapi ketika akan melangkah, Emma merasa ada yang memperhatikannya sejak tadi. Ia berbalik, matanya awas mengamati sekitar tapi tidak ada hal mencurigakan yang ditemukannya. Suasana sudah sangat sunyi. Tidak ada orang lain selain dirinya. Mungkin semua itu hanya perasaannya saja, atau mungkin....

Emma bergidik. Ia kembali menatap sekeliling sebelum berlari dengan cepat menuju kamarnya dan tidak lagi menoleh ke belakang.

Meskipun bisa dikatakan pemberani, tapi Emma tetap saja takut dengan hal-hal seperti itu. Saking takutnya, Emma sama sekali tidak menyadari jika memang sedari tadi ada yang sedang memperhatikan dirinya. Tapi bukan makhluk tak kasat mata seperti yang Emma pikirkan melainkan seseorang yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Seseorang yang menjadi alasannya melarikan diri dan bersembunyi di kediaman sang Earl. Orang itu adalah tunangannya. Sang bangsawan terkemuka, Louis Eden Dexter, Earl of Winchester. 





💗💗
01082022

(Tamat) My Sunshine (Sequel of Trapped in Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang