Chapter 3

74 21 4
                                    


....

Percayalah akan ada kebahagiaan dibalik masalah yang begitu banyak walau hanya sedikit layaknya sebuah senja yang setia muncul disaat semuanya telah lelah beraktifitas

....


Seharian Varo dan Kia tak saling menghubungi satu sama lain. Bukan karna tak ingin, hanya saja Varo sudah beberapa kali menghubungi, namun hanya ada jawaban dari operator yang memberikan pernyataan sama 'bahwa nomor yang anda hubungi sedang sibuk'

"hehhhhh" sudah yang kesekian kalinya Varo menghembuskan nafasnya kasar hari ini.

Bahkan sejak Rayen bersama Varo, belum ditambah dengan sebelum mereka bertemu, 'gue rasa bisa-bisa kehabisan nafas lo gara-gara kakak gue bang' ucap Rayen dalam hati menatap Varo dari kaca ruang dapur rumah Cila.

Iyaa, mereka sudah sampai sekitar setengah jam yang lalu di kediaman rumah Indri dan Wijaya. Sesampainya dirumah mami papi Varo itu. Dia lantas menuju ke taman belakang rumah.

Orangtua Cila sudah dianggap seperti Mami Papi bagi Varo, setelah Mama nya gatau kemana, dan Papa nya yang sibuk bekerja kemana-mana. Setiap hari Varo bersyukur karna dia tak punya kakak dan adik yang akan bernasib sama dengan dia. Dia sangat mensyukuri tak akan ada saudara yg bernasib sama dengannya.

Varo mengotak-atik handphone nya berharap ada panggilan masuk dari kekasihnya. Untuk sekedar memberitahu bahwa pacarnya itu baik-baik saja dan tak kecapean hari ini. Dia tak menginginkan Kia perhatian terhadapnya. Dia hanya tak mau Kia lagi-lagi melupakan lambungnya yang memiliki riwayat maag.

Dia akan sangat merasa tersakiti jika kekasih hatinya itu sakit, "Ayolah sayang, kamu belum pulang hmmm? Aku khawatir kamu ga ngabarin aku seharian ini" monolognya memegang hp.

Sementara dibalik kaca pintu belakang Rayen merasa iba. Alhasil dia coba menghubungi kakaknya, walau sebenarnya rasa malasnya sangatlah besar, karna kakaknya belakangan ini sangatlah egois.

Nada panggilan bahwa telpon yang sedang dihubungi aktif sudah berbunyi. Dering kelima setelah menunggu lama akhirnya diangkat dan menyahut dengan nada khas bangun tidur,

"haloo..." jawab di seberang sana pelan mengumpulkan nyawanya yang habis tertidur pulas

"lo udah dirumah kak?" Tanya langsung Rayen mendengar nada kakaknya yang sepertinya habis tidur itu,

"astagaaa...." Bukannya menjawab Kia malah kaget dan langsung melirik jam di ruangan itu.

Setelahnya dia melihat caller id penelpon yang ternyata adiknya itu, "ya ampun dek gue ketiduran disini. Ya Allah gue ditinggal sendirian. Huaaa Rayen tolongin guee. Aaaaa...." teriak Kia ketakutan di seberang sana.

Seketika Rayen langsung kaget dan menjawab dengan sedikit normal, agar kakaknya sedikit tenang disana, ya walaupun tak dipungkiri dia juga khawatir mengingat hari yang sudah mulai malam.

"tenang kak, gue kesana. Lo jangan kemanapun tetap di ruangan itu kunci semua pintu dan jendela di ruangan itu. Gue langsung jalan sekarang. Bye.." tutup Rayen yang langsung membereskan barang-barangnya.

Walaupun Kia sangat menyebalkan bagi Rayen, tapi tetap saja Kia adalah saudara satu-satunya yang dia punya. Wanita kedua yang dia jaga setelah Maminya itu tak boleh terluka sedikit pun.

"ehh..ehh... lo mau kemana?" Tanya Cila melihat raut wajah Rayen yang panik itu.

"gue mau jemput kakak gue di sekolah, dia ketakutan, dia trauma tempat gelap dan sepi" lanjut Rayen memakai kedua sepatunya.

S E N J ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang