•••happy reading•••
"Intinya Allah nda suka orang sombong. Sama-sama dari tanah, kembalinya juga ke tanah."
Aina Cantika Saraswati seorang siswi yang pindahan dari pondok membuat dirinya di juluki guru agama ke dua. Anaknya ngeselin, kalau ngomong gak pake otak, "Ngomong itu pakai mulut bukan pakai otak." Begitulah kira-kira yang di katakan oleh Sinar.
Anak pertama dari satu bersaudara. Ibunya telah meninggal tiga tahun yang lalu dan ayahnya pun sudah menikah lagi. Tapi pernikahan ke dua dari ayahnya adalah hal yang sangat menyakitkan oleh Aina. Selain posisi ibunya yang terganti, ibu tirinya pun tak seagama dengan ayahnya.
Ibu tiri Aina pindah agama karena menikah dengan ayahnya, Aina awalnya tidak setuju tapi dia tidak bisa apa-apa karena semua keputusan ada di tangan ayahnya. Selain Aina kakak tirinya pun tidak setuju, dan kerena itulah rumah yang Aina tempati sering dalam keadaan dingin, tak sehangat yang dulu.
"Aina, bisa gak lo tuh kalau ngomong pake otak?" Tanya gadis yang sejak tadi gemas dengan Aina
"Adissss. Berapa kali, Ai bilang. Ngomong itu pake mulut, bukan otak." Jawab Aina kepada sahabatnya yang bernama Adis tersebut.
Adistiana adalah sahabat semata wayang dari Aina Cantika, dia yang paling mengerti dan paling sabar menghadapi sikap Aina yang polos tapi goblok itu. Pintar dalam mata pelajaran dan agama tapi sangat lemot jika di ajak bicara.
Adis memiliki satu adik dan satu kakak. Hidup Adis dan Aina berbanding terbalik, jika hidup Aina sangat mewah maka kehidupan Adis cukup di bilang seadanya. Adis berteman dengan Aina bukan karena harta yang di miliki Aina, tapi karena Adis ingin belajar agama dengan Aina.
Selain itu Adis juga menyukai kakak tiri dari Aina. Walaupun dia tahu resikonya besar, karena Adis muslim dan kakak dari Aina non.
Adis mengelah nafas beberapa kali, "Karepmu wae, Ai. Lama-lama mumet aku." Adis berkata dengan jengah.
Adis berdiri dan meninggalkan Aina sendirian di koridor sekolah merasa muak dengan anaknya Broto satu ini.
Aina bangkit dari duduknya, "Mau ke mana, Dis? Jangan suka baperan, nanti cepet mati."katanya membuat Adis mencibikan bibirnya. "Ehh tapi Alhamdulillah sih, jadi kan bang Bara gak jadi sama kamu. Otomatis aku gak iparan sama kamu!!" Lanjutnya membuat Adis ingin mencekiknya begitu saja.
Bara adalah kakak sambung dari Aina sejak mulai memutuskan untuk bersekolah dan meninggalkan pondok pesantren, lebih tepatnya dua tahun yang lalu.
Bara itu non muslim sedangkan ibu dan adiknya muslim. Kenapa hanya bara yang nonim? Jawabannya bara tidak ingin pindah kepercayaan begitu saja. Baginya pindah kepercayaan sama dengan mengkhianati agamanya sendiri. Karena itu dia memutuskan untuk menetap dengan agama yang selama ini dia anut.
Bara terkenal dingin dan cuek, karena itu Adis sangat sulit untuk mendekatinya. Bara selalu mencaci Adis agar gadis itu menjauhinya. Tapi yang terjadi malah dirinya yang terjebak dalam perasaanya sendiri.
Bisakah Bara melewati semua ini? Ataukah Bara akan kalah dengan cintanya? Apa kepercayaan nya yang akan menang? Disinilah kisah hidup Bara, Aina, dan Adis akan di uji habis-habisan oleh sang kuasa.
Bersambung......
Ok gitu aja cuman mau bilang I Love You Sakebonnnnn
Next chapter selanjutnya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝙽𝚃𝙰𝚁𝙰 || 𝙰𝙸𝙽𝙰 & 𝚃𝙰𝙼𝙰𝚁𝙰
General Fiction"Gak usah sombong, hidup gak ada yang tahu."--- Aina Cantika Saraswati "Hidup dan mati. Berada diantara kehidupan." Tamara Ledika Khalid ⚠️ Warning bijak dalam membaca!!⚠️ ⚠️Ceritanya gak jelas!!⚠️