3. Mawar dan Krisan

562 66 5
                                    

Renjun hari ini mendapat jadwal menunggu Jeno di rumah sakit. Ini sudah hari ke 12 dirawat di rumah sakit. Pada hari ke 9, Jeno menggerakkan jemari nya. Semua orang termasuk Renjun yang kebetulan sedang berada disitu sangat panik. Orang tua Jeno memanggil suster dan dokter. Mereka mengatakan Jeno sudah melewati kritis.

Dan sekarang, Jeno sedang disuapi makan oleh Renjun. Lelaki mungil nan cantik itu bergegas merapihkan meja makan untuk Jeno dan menaikan ranjangnya sedikit.

Renjun duduk di ranjang Jeno, begitu dekat dengan lelaki itu.

"Makan ya?"

Jeno mengangguk lemah. Renjun menyendok bubur itu dan memasukan nya ke dalam mulut Jeno.

Lelaki itu tampak masih lemah. Bahkan menurut dokter, saraf di kaki nya masih belum bisa bergerak. Dan juga kini Jeno berbicara dengan terbata. Efek dari racun yang tidak sengaja termakan oleh Jeno. Racun itu adalah racun sianida. Racun yang cukup berbahaya. Namun entahlah, mungkin Tuhan masih memberi Jeno kesempatan kembali untuk hidup.

Renjun menatap Jeno. Ada tatapan sendu di sana. Mata Renjun berkaca-kaca namun segera ia menggelengkan kepalanya.

"Ke-kenapa s-sayang?"

"Hm tidak ada. Ayo makan lagi aaaaa."


***


Jaemin berjalan tanpa arah. Ini hari weekend. Jika hari biasa mungkin ia akan bertemu dengan Renjun dan bertegur sapa. 

Jaemin duduk di taman. Memandangi pasangan yang sedang asik berduaan disana. Jaemin menendang batu ke arah mereka. Batu itu mengenai punggung dari si perempuan.

"Akh!"

"Kau tidak apa-apa?"

Lelaki itu menatap punggung si perempuan. Ada batu yang berukuran sedang di situ. Ia melirik ke sekitar dan menemukan Jaemin sedang duduk menatap mereka. 

Geram. Lelaki itu menghampiri Jaemin.

"Ada urusan apa kau dengan kami hah? Sampai menendang punggung dari kekasihku seperti itu."

Lelaki itu berdecak pinggang. Jaemin menatap datar lelaki itu.

"Minta maaf, brengsek."

Lelaki itu mengambil kerah baju Jaemin dan membuatnya berdiri. Mata mereka bertemu dan saling pandang. Namun tiba tiba lelaki itu melepaskan tangannya dari kerah baju Jaemin. Menatap takut pada mata hitam milik Jaemin.

Ia langsung menarik tangan si perempuan untuk pergi dari taman itu.

"Ayo kita pergi dari sini. Ada psikopat rupanya."

Jaemin hanya menatap tak minat pada mereka dan kembali duduk. Ia mempersiapkan kamera DSLR kebanggaannya. Hari ini ia akan hunting foto di sekitar danau untuk keperluan kuliah. Ia berkeliling di sekitar danau, memotret bangunan, danau dan juga angsa-angsa liar yang berenang disana. 

Jaemin berjalan terus dan melihat sekumpulan bunga mawar yang sedang bermekaran. Ia berjongkok dan menciumi mawar itu sembari memejamkan matanya. Bayangannya tertuju pada Renjun.

Ia berdiri dan berjalan menjauhi danau. Mencari toko bunga yang paling dekat dengan area danau. Ia masuk dan berjalan perlahan sembari menatap sekeliling.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

Jaemin mengelus dagunya.

"Saya ingin membeli bouquet bunga mawar merah."

Sang florist membungkuk.

"Ada lagi tuan?"

"Ah. Bunga krisan kuning juga."

Florist tersenyum dan segera menata bouquet milik Jaemin. Jaemin dengan sabarnya menunggu bunga itu. Bahkan ia mengeluarkan kameranya untuk memotret beberapa bunga di toko itu.

"Ini tuan."

Sang florist memberikan dua bouquet itu untuk Jaemin. Dengan senang hati Jaemin menerimanya setelah membayar bouquet itu.

Besok akan dia berikan untuk Renjun.



 Jaemin memarkirkan mobilnya di parkiran fakultas. Beberapa orang menatap Jaemin. Jarang sekali lelaki itu memakai mobil ke kampus. Namun hari ini hari yang spesial. Ia tidak ingin bunga yang akan ia hadiahkan untuk Renjun menjadi rusak. 

Jaemin memegang dua bouquet itu menuju fakultas Renjun. Orang-orang mulai berbisik tentang dirinya. Tak sampai 15 menit, ia sudah tiba di depan kelas milik Renjun. Ia melihat Ketua Dekan sedang mengajar di ruangan itu. Jaemin memeluk satu bouquet dan mengetuk pintu kelas.

Ketua dekan membuka pintu kelas.

"Na Jaemin? Ada apa kamu ke kelas saya?"

Semua mahasiswa di kelas itu mulai ribut ketika mendengar nama Jaemin. Termasuk Renjun.

"Saya ada urusan dengan Renjun. Boleh saya masuk?"

Ketua dekan bermarga Choi itu menggidikan bahu dan mengangguk pelan.

"Silahkan."

"Terimakasih Tuan Choi."

Jaemin melewati Tuan Choi dan berjalan ke meja Renjun. Renjun merasa terintimidasi dengan tatapan teman-temannya.

Jaemin berdiri di depan mejanya dan tersenyum manis.

"Ini. Untukmu Renjun."

Renjun mengerutkan dahinya.

"U-untukku?"

Jaemin menganggukkan kepalanya.

"Ya. Ambillah."

Renjun yang bingung hanya mengikuti apa kata Jaemin. Ia mengambil bunga itu dan tersenyum. Bisik-bisik gosip mulai menyebar. Bahkan ada yang memotret mereka.

Jaemin tidak malu dengan semua itu.

Karena itu adalah rencana. Mengirimkan bunga mawar dan krisan pada Renjun di depan umum itu rencana nya.

Jaemin sengaja memancing amarah Jeno.




tbc

Love Me (Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang