DARAH PAGI HARI

199 6 0
                                    

"Naya... "

Aura, gadis berambut sebahu dan berwajah bulat cantik itu menangis di depan cermin wastafel. Ia terkejut pagi ini mendapat kabar bahwa teman sekelas dan sebangkunya telah meninggal.

Di luar ruangan, kerumunan siswa memadati pintu gedung olahraga dan halaman sekolah, mereka melihat menonton evakuasi Naya oleh pihak penyidik.

Awal ditemukan tidak seorang pun yang berani menyentuh mayat Naya. Mereka tidak berani melakukan apa-apa sampai penyidik datang. Kini para siswa melemparkan pandangan kasihan dengan sosok mayat yang diangkut oleh petugas tersebut.

Tatan, Pemuda berambut poni yang baru saja berlari turun dari kelasnya di lantai dua dengan panik menyeruak kerumunan untuk memastikan apakah mayat yang diangkat itu benar-benar Naya. Ia melihat tangan yang jatuh dari balik kain yang menutupi tubuh mayat dan menyadari ternyata itu benar Naya. Gadis itu menggunakan gelang benang yang dibelinya seminggu yang lalu.

***

Beberapa jam setelah kejadian saat Tatan sedang menghapus tulisan papan tulis, ia melihat Aura di dekat jendela kelasnya sedang murung dan sedih. Ia yakin hal itu pasti dikarenakan kematian teman sebangkunya padahal mereka begitu akrab.

Sebagai ketua kelas yang baik, Tatan mendekati Aura. "Lo baik-baik aja?"

"Gua ga yakin itu Naya..." Ujar Aura lirih dan terlihat frustasi. Wajahnya lebam akibat menangis. Ia coba melihat ke jendela, ke arah orang-orang di luar sana yang berpakaian polisi.

"Setiap orang pasti akan mengalami kematian ra. Entah itu muda atau tua. Kita ga tahu kapan Tuhan akan mengambil kita." Tatan menepuk pundak Aura.

Tatan sebenarnya ikutan sedih, namun sebagai ketua kelas setidaknya ia bisa memberi sedikit motivasi.

"gua cuma ga habis pikir... Kok brutal banget orang itu menghabisi gadis pendiam kaya Naya." Desis Aura.

Tatan menghala napas pelan. "Kita ga tahu permasalahan orang itu seperti apa. kita harus lebih berhati-hati lagi. Kadang tanpa sadar kata-kata kita menyakiti orang lain."

"Benar. Makasih Tatan."

Tatan tersenyum. "semangat lagi ya? Kita yakin aja, Polisi pasti bisa nangkap pelakunya."

"Iya." Angguk Aura.

***

Di halaman sekolah, jurnalis dan kameramen menyerbu tempat kejadian, Para wartawan menjejali banyak pertanyaan kepada bu Hani, kepala sekolah berambut pendek dan berkaca mata hitam yang sedang berjalan dengan ekspresi ketakutan menuju mobilnya.

"Untuk sekarang saya belum tahu. Jadi tunggu penyelidikan polisi sampai selesai." Jawab bu Hani.

Tidak ada banyak keterangan. Naya hanyalah gadis pendiam dan jarang berinteraksi dengan teman di sekolah. Semua orang terkejut mengetahui Naya ditemukan tewas di sekolah.

CCTV yang ada di ruang parkir dan gerbang masuk sekolah mereka tidak berfungsi.

"Okeh kita lanjut penyelidikan besok pagi." Ujar pak Haikal, sang kepala penyelidikan.

"Siap pak." Jawab para anggota.

Mereka satu persatu pergi meninggalkan gedung sekolah dan lanjut penelitian esok hari.

🌼🌼🌼

Bersambung.....

DARK GAME (Permainan Misterius Berujung Kematian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang